BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 19 Juni 2013

PENCURI DAN BULAN

Pada suatu malam, seorang pencuri masuk kedalam kuil, dengan kecewa melihat sekelilingnya tidak ada sebuah barang berharga yang patut untuk dicuri.

Pada saat ini bhiksu Liangquang baru pulang dari luar, kepergok dengan pencuri tersebut.

Bhiksu Liangquang dengan tenang berkata kepada pencuri tersebut , "Engkau tentu telah melakukan perjalanan yang jauh sampai kesini, tidak seharusnya pulang dengan tangan kosong, saya akan memberikan baju yang saya pakai ini sebagai hadiah untukmu, ini saya hadiahkan kepadamu." Sambil berkata demikian bhiksu Liangquang membuka bajunya menyerahkan kepada pencuri tersebut.

Pencuri ini dengan grogi menerima baju tersebut lalu segera berlari meninggalkan tempat tersebut.

Bhiksu Liangquang bertelanjang dada hanya bisa duduk diteras kuil, dia memandang ke bulan yang bersinar terang, didalam hatinya berkata, "dia adalah seorang yang menyedihkan, jika memungkinkan, saya ingin sekalian memberikan kepadanya  bulan yang indah  ini!"

Malam telah berlalu, fajar mulai menyingsing. Bhiksu Liangquang berjalan masuk kedalam kuil, dia berjalan kedepan altar dan duduk didepan altar, tiba-tiba dia menyadari, baju semalam yang dihadiahkan kepada pencuri tersebut, sekarang terlipat dengan rapi diletakkan di atas altar.

Bhiksu Liangquang dengan belas kasihnya, mengubah pencuri tersebut. Yang dia hadiahkan kepada pencuri tersebut bukan hanya sehelai pakaian,  juga sebuah bulan purnama.

Bulan purnama adalah kebaikan hati, karena didalam hatinya ada bulan purnama, sehingga dapat menyinari sanubari orang lain. [Aprilda Bong / Makassar]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
Selanjutnya ->

Senin, 17 Juni 2013

KEKUATAN MORAL TERBESAR DAN TERKUAT

Mencius (372 SM – 289 SM) lahir di negara Zou pada Periode Perang antar Negara (475 SM-221 SM). Ia menulis buku bernama "Buku Mencius" dan dianggap sebagai "orang bijaksana berikutnya" setelah Konfusius. Filosofi mereka dinamakan "doktrin Konfusius dan Mencius." Mencius pernah berkata kepada murid-muridnya, "Saya ahli dalam mengkultivasikan semangat mulia saya. Ini adalah kekuatan terbesar dan terkuat. Itu akan mengisi langit dan bumi dengan pikiran mulia. Harus dipasangkan dengan moralitas dan kebajikan, jika tidak akan kurang kekuatannya. Di samping itu, harus terus didukung dengan kebajikan dan moralitas guna menjaganya, alih-alih daripada mengandalkan pada tindakan keadilan sekali-sekali." "Tahan terhadap godaan kekayaan dan jabatan tinggi, tidak tergetarkan oleh kemiskinan dan tidak dapat ditundukkan dengan paksaan." Mencius mendukung pemerintah yang baik seumur hidupnya. Dalam urusan dengan raja-raja feodal dan bangsawan, ia tidak tunduk maupun menentangnya. Pengejarannya terhadap kebenaran sangat berpengaruh pada generasi berikutnya.

Pandangan Mensius akan nasib adalah langit memiliki keinginan tertinggi. "Mandat dari langit menentukan perubahan pada dinasti-dinasti dan kaisar-kaisar, naik dan turun serta kaya dan miskin. Orang harus mengikuti keinginan langit dan bagaimana mendedikasikannya, mengenal langit dan melakukannya demi langit. Mereka yang tunduk pada keinginan langit akan makmur dan mereka yang menentangnya akan mati." Mencius menekankan pada kultivasi moral. Ia menganggap moralitas adalah bawaan dasar, bawaan dalam pikiran manusia dan hati nurani dari orang-orang. Jika semuanya dapat mempertahankan kebaikan dan berusaha meningkat dalam kultivasi pribadi, orang-orang akan dapat seperti Kaisar Yao dan Shun. Baik Mencius dan Konfusius bepergian ke berbagai negara untuk mengajarkan ajaran mereka. Ia menyebarkan kebajikan dan pemerintahan bijaksana dari kaisar kuno Yao, Yu Shun dan lainnya. Raja Wei Hui menerimanya dengan sangat sopan dan Raja Qi Xuan menganggapnya sebagai pejabat tinggi. Ia membujuk mereka untuk menerapkan pemerintahan yang bijak yang populer menjunjung kepatuhan dan banyak kali menghindari perang.

Mencius pernah melakukan perjalanan dari Qi ke Wei dan terhenti karena hujan deras. Orang-orang mengetahuinya dan segera menyebarkan berita. Banyak orang datang mengunjunginya untuk meminta saran. Melihat orang-orang begitu ingin belajar, ia memutuskan untuk tinggal beberapa hari untuk mengajar. Mencius percaya orang dengan karakter luhur harus mengejar moralitas dan membujuk monarki untuk menetapkan supermasi moral dan menghargai keadilan di atas keuntungan materi. Berikut adalah cerita-cerita tentang tekad teguhnya untuk membujuk orang-orang melakukan hal baik.

Memerintah Negara dengan Adil, Mengapa Membicarakan Manfaat?

Ketika mengunjungi Liang, Raja Liang Hui berkata padanya, "Kamu telah bepergian jauh untuk datang ke sini. Kamu pasti punya sesuatu yang memberikan manfaat untuk negara saya?" Mencius menjawab, "Raja, mengapa membicarakan tentang manfaat? Cukuplah membicarakan keadilan." Raja Liang berkata, "Bagaimana itu dapat memberikan manfaat untuk negara saya?" Mencius berkata, "Jika orang-orang selalu menanyakan: 'Bagaimana keluarga saya akan memperoleh manfaat darinya?' dan 'Bagaimana saya memperoleh manfaatnya?' akibatnya setiap orang akan bersaing demi keuntungan mereka. Kemudian negara akan dalam bahaya! Dalam negara dengan 10.000 kereta perang, sering pejabat senior yang memiliki 1000 kereta perang akan membunuh raja mereka sendiri. Di negara yang memiliki 1000 kereta perang,  raja sering dibunuh oleh pejabat senior yang memiliki 100 kereta perang. Kamu tidak bisa berkata pejabat senior ini tidak memiliki cukup. Tetapi, mereka yang menempatkan kepentingan mereka di atas keadilan tidak akan pernah puas dengan apa yang telah mereka miliki dan akan berusaha mengambil posisi monarki. Mereka yang selalu berpikir bajik tidak akan pernah meninggalkan orang tua mereka dan mereka yang selalu berpikir adil tidak akan meninggalkan kerajaan mereka. Maka, mengapa kamu hanya membicarakan tentang keuntungan?" Sejarahwan terkenal Sima Qian di Dinasti Han Barat mendesah ketika membaca dialog antara Mencius dan Raja Liang, "Kepentingan pribadi benar adalah sumber kekacauan!"

Suka Jadi Orang Baik Cukup Layak untuk Memerintah Dunia

Kerajaan Lu ingin membiarkan Le Zhengzi yang memerintah. Mencius sangat senang mendengar berita ini. Muridnya Gongsun Chou bertanya, "Apakah Le Zhengzi sangat berpengalaman?" Mencius berkata, "tidak." Gongsun Chou bertanya, "Maka mengapa Anda gembira?" Mencius berkata, "Ia suka mendengarkan saran membangun dan selalu menyelesaikan tugasnya." Gongsun Chou bertanya lagi, "Apakah ini cukup?" Mencius berkata, "Dengan kualitas seperti ini, seseorang bisa memerintah dunia, apalagi memerintah kerajaan Lu! Jika seseorang suka mendengar kebenaran, ia hanya ingin bertemu orang baik dan penjahat tidak mendapatkan kesempatan. Jika seseorang tidak suka mendengarkan nasihat bagus, maka mereka yang berpandangan luas akan menyingkir dan mereka yang berkarakter jahat akan datang. Ia akan dikelilingi orang-orang berkarakter jahat. Bagaimana ia dapat memerintah negara dengan baik? Pejabat harus berani menjunjung keadilan dan kebenaran. Jika seseorang tidak dapat rajin dan bertanggung jawab, mengapa kemudian seseorang mau menjadi pejabat?

Setiap Hari Saya Berharap Raja Qi akan Berubah Hatinya!

Mencius pergi ke Qi dua kali untuk membujuk Raja Qi menjalankan kebijakan dengan kebajikan, tetapi ia tidak mendapat kesempatan menemui raja. Ketika Mencius meninggalkan Qi kedua kalinya, seorang warga Qi, Yinshi, berkata kepada murid Mencius Gaozi, "Tidak mungkin tidak mengetahui Raja Qi tidak akan menjadi raja seperti Kaisar Shang Tang atau Kaisar Zhou Wuwang. Jika tahu Raja Qi tidak dapat diyakinkan dan Mencius masih juga datang ke Qi, kelihatannya ia berharap mendapatkan keuntungan. Setelah bepergian jauh untuk menemui raja, ia menemukan raja tidak dapat dibujuk dan kemudian pergi. Tetapi Mencius masih tinggal selama tiga hari sebelum pergi. Mengapa ia begitu enggan untuk pergi? Saya sungguh tidak menghargai Mencius." Gaozi memberitahu Mencius tentang komentar Yinshi.

Mencius berkata, "Bagaimana Yinshi bisa tahu hati saya? Saya bepergian jauh untuk menjelaskan jalan raja kepada Raja Qi dan itulah keinginan saya. Saya memprotes tanpa hasil dan pergi, apakah saya menghendaki itu? Saya tidak punya pilihan selain pergi. Saya tinggal tiga malam sebelum pergi. Saya pikir itu terlalu dini. Saya pikir Raja Qi mungkin berubah hatinya dan meminta saya kembali. Jika ia memanggil saya kembali, saya harus menggunakan kesempatan baik ini. Setelah saya pergi, ia tidak mengirim orang untuk meminta saya kembali. Maka saya bertekad untuk pergi. Meski saya pergi, apakah saya menyerah kepada raja? Raja Qi dapat memerintah dengan baik. Jika ia menjalankan pemerintahan yang bijak, tidak hanya Qi akan menjadi damai, tetapi juga orang-orang di seluruh negeri. Setiap hari saya berharap ia akan berubah! Apakah saya kelihatan orang yang berpikiran sempit? Saya tidak dapat memprotes kerajaan, menjadi marah dan pergi dengan kesal dan kemudian bepergian sepanjang hari sebelum bermalam." Setelah mendengar ini, Yinsi berkata, "Saya sungguh orang rendahan."

Orang Akan Menang dengan Kebijakan

Ketika mendengar Raja Qi Xuan hendak menggunakan kekuatan untuk menguasai negara lain, Mencius bergegas ke Qi untuk ketiga kalinya. Raja Qi Xuan menanyakannya, "Adakah prinsip ketika berurusan dengan negara tetangga?" Mencius menjawab, "Ya, ada. Hanya kerajaan bijak dari negara besar dapat melayani negara kecil, seperti Kaisar Shang melayani Ge. Raja pintar dari negara kecil akan melayani negara besar, seperti Gou Jian melayani Raja Wu. Raja dengan kekuasaan besar melayani negara kecil adalah mematuhi aturan langit, sementara raja dari negara kecil melayani negara besar adalah menaati nasib. Patuh pada kehendak langit dapat membawa kedamaian dan kestabilan negara, sementara menaati nasib dapat membuat seseorang mempertahankan negaranya." Dari "Buku Nyanyian"(1) dikatakan: 'dengan menaati martabat langi, sebuah negara dapat mempertahankan kestabilannya.' Raja Qi Xuan berkata, "Bagus! Tetapi saya punya masalah, saya suka berperang."

Mencius menjawab, "Rajaku, jangan memperdulikan urusan kecil tentang keberanian. Ketika kamu memegang pedang dengan muka garang, 'Siapa berani menentang saya!' Ini hanyalah keberanian pribadi. Apakah keberanian sejati?" "Buku Nyanyian" berkata, 'Kaisar Zhou Wenwang tiba-tiba murka dan mempersenjatai pasukannya untuk melindungi Ju.' Inilah keberanian Kaisar Zhou Wenwang. Kemurkaannya menstabilkan hati rakyat." Buku Shang (kompilasi dokumen sejarah terawal. Salah satu buku klasik kaum Konfusius) menyatakan, "Langit menciptakan semua orang dan mendirikan kerajaan dan menyediakan guru untuk membantu langit memelihara orang-orang dan mengikuti kode etik dengan ketat. Siapa yang berani melewati tugasnya? Ketika ada seseorang mengacaukan negara, Kaisar Zhou Wuwang merasa malu. Inilah keberanian Kaisar Wuwang. Kemarahannya menstabilkan negara. Sekarang jika raja dapat menjadi marah dan menstabilkan negara, orang-orang akan kuatir bahwa raja saya tidak suka menjadi pemberani!"

Lanjut Mencius, "Rajaku seharusnya menerapkan politik kebijakan dan mengurangi pajak sehingga orang-orang akan belajar setia, adil, etis dan dapat dipercaya di waktu senggang mereka. Maka orang akan terdorong untuk hidup damai dan tentram dan orang-orang dari tempat jauh akan datang untuk bergabung denganmu. Jika kerajaan lain melakukan ketidakadilan bagi rakyatnya dan membuat mereka sengsara, ketika rajaku pergi berperang dengan kerajaan itu, siapa yang akan menentang rajaku? Orang-orang akan menyambut tentaramu dengan makanan dan minuman. Apakah mereka ada permintaan lain? Mereka hanya ingin menghindari jurang penderitaan. Jika tidak, orang-orang akan mencari orang lain untuk menyelamatkan mereka. Ketika raja memperdulikan rakyatnya dan menyatukan negara, tidak ada seorangpun dapat menghentikannya." Raja Qi Xuan mengangguk. Mencius menguraikan jalan raja dengan hukum alam dan sentimen populer dan akhirnya membuat Raja Qi Xuan membubarkan perang dan menerapkan politik kebijakan yang menghasilkan ketertiban umum. Orang-orang sangat berterima kasih pada keluwesan Mencius.

Kerajaan yang Penuh Kebijakan Tak Terkalahkan

Mencius berkata, "Hanya orang bijak dapat tak terkalahkan di dunia dan hanya dengan pemerintahan bijak negara dapat makmur dan rakyat bisa hidup damai. Jika orang-orang pemerintahan tidak dapat mengikuti alasan dan akal sehat untuk mengekang dirinya sendiri dan orang-orang di bawah tidak menggunakan hukum untuk mengekang diri mereka, jika pemerintah tidak percaya akan moralitas dan keadilan, pejabat-pejabat tidak tunduk pada hukum, orang akan melanggar keadilan, penjahat melanggar hukum kriminal maka negara sungguh beruntung jika dapat bertahan. Negara yang tidak memiliki tanah luas atau memiliki kekayaan besar bukan terkutuk. Tidak mengacu pada moralitas adalah bencana bagi negara. Konsekuensinya, memprotes raja untuk mengkultivasikan kebajikan dan menjalankan pemerintahan bijak adalah hormat kepada raja seseorang.  Menguraikan kepada raja alasan untuk membersihkan ide jahatnya adalah hormat kepada raja. Menyanjung dan menjilat raja adalah menjebaknya. Ketika raja jujur, dunia akan bersekutu dengannya. "Buku Nyanyian" menyatakan, 'Bekerja sama dengan mandat dari langit dan seseorang akan mendapatkan kebahagiaan.' Hidup dalam dunia luas – kebajikan; berada di tempat paling tepat – etiket; berjalan di jalan paling lebar di dunia – kebenaran; kekayaan tidak dapat membingungkan hati seseorang, jabatan tidak dapat merubah tabiat seseorang dan kekerasan tidak akan membuat tunduk seseorang. Inilah apa yang orang bijak lakukan."

Mencius hidup di pertengahan Periode Perang antar Negara, di mana etiket dilupakan dan masyarakat dalam keadaan kacau. Tetapi ia tidak ragu memajukan moralitas dan keadilan. Ia percaya perbedaan di antara orang bukanlah kaya atau miskin, tetapi, kemampuan mempertahankan moralitas mulia dan memiliki hati nurani yang jelas. Tercerahkan pada sisi baik dari pikiran orang dan menolong mereka mengikuti jalan langit adalah alasan sebenarnya untuk menasihati orang-orang.

Dalam dunia materialisme dan menurunnya standar moral, Falun Dafa menolong orang-orang untuk mendapatkan masa depan lebih cerah dan mengingatkan orang-orang untuk mengikuti dan menghargai karakteristik dari alam semesta; Sejati-Baik-Sabar.
1) "Buku Nyanyian" adalah koleksi sajak China pertama. Ada 305 kumpulan sajak dimulai dari awal Dinasti Zhou Barat (1100 BC) sampai ke pertengahan Periode Musim Semi dan Gugur (600 SM) [Susanti Lim / Pontianak]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id














Selanjutnya ->

Jumat, 14 Juni 2013

KARMA WANG QIONG

Pada masa Tang Dezong, hakim Wang Qiong dari Danyang, setelah 3 kali periode berturut-turut menjabat, dia masih tidak mendapat promosi, bahkan akhirnya malah dicopot dari jabatannya.

Wang merasa sangat kesal dan marah. Oleh sebab itu dia pergi ke pendeta Tao dari Maoshan yang bernama Ye Luzhong dan menginap disana.

Wang berpuasa, serta meminta Ye Luzhong menulis laporan kepada kaisar, mempertanyakan nasibnya. Pada saat itu, Ye Luzhong sudah berusia 90 tahun, karena permintaannya Ye terpaksa menulis surat.

Setelah selesai menulis surat, seketika itu juga surat tersebut beserta dengan dupa terbang ke atas langit, menghilang tanpa jejak. Setelah lebih kurang 1 jam, surat itu dari langit jatuh ke lantai.  Pada akhir laporan, tertulis dengan tinta merah, "Menerima suap emas dua ratus tael, korupsi gaji 3 tahun, salah membunuh 2 nyawa, setelah meninggal akan mendapat balasan."

Akhirnya, Wang Qiong mendapat penyakit dan meninggal.

Rupanya ketika Wang Qiong menjadi hakim, dia menerima suap emas dua ratus tael, oleh sebab itu dia tidak dipromosikan naik pangkat, bahkan jabatannya dicopot. Korupsi  gaji 3 tahun, salah membunuh 2 nyawa, dengan segera mendapat balasan meninggal.

Setelah meninggal akan menerima hukuman. Apa hukuman dan berapa lama hukuman, tidak ditulis oleh Dewa, sehingga tidak jelas.

Kelihatannya, menjadi manusia tidak boleh berbuat jahat, tidak boleh hutang. Berbuat jahat pasti akan mendapat balasan, hutang harus dibayar. Bahkan harus dibayar dengan bunga-bunganya, mungkin juga harus membayar dua kali lipat. [Widya Wong / Pontianak]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
Selanjutnya ->

ORANG BAIK DILINDUNGI TUHAN

Pada era 60-an di Huaibei Pingyuan ada seorang tabib ajaib bermarga Jia, yang mempunyai etika medis yang mulia.

Dia seorang tabib yang pintar, ketika mengobati penyakit dia sering menggunakan pencerahan jiwa untuk mengobati kesehatan fisik dan mental pasien.

Oleh sebab itu dia diberi julukan sebagai orang baik marga Jia.

Ketika mengobati pasien miskin dia tidak mau menerima uang sepersenpun, bahkan memberikan pasiennya obat cuma-cuma.  

Pada suatu ketika ada seorang nenek marga Wang yang berumur lebih dari 80 tahun di kampung mereka sakit keras dan tidak dapat bangun dari tempat tidur. Tabib Jia melihat keluarga mereka sangat miskin. Bukan hanya tidak menerima uang pemberian mereka, malahan dia merogoh kantongnya yang berisi uang 60 Yuan dan dengan diam-diam meletakkan di sepatu nenek itu.

Ketika tabib Jia telah pergi, putra nenek yang bernama Wang Gang melihat uang kakaknya 20 Yuan yang diletakkan dibawah bantal nenek telah hilang, beranggapan tabib Jia yang mencuri. Lalu dia pergi mencari ke rumah tabib Jia. Dia bertanya kepadanya apakah mencuri uangnya. Tabib Jia mengaku dia yang mencuri uang nenek, bahkan dari laci mejanya mengeluarkan uang 20 Yuan menyerahkan kepada Wang Gang. Wang Gang memaki serta menyepak tabib Jia 3 kali.

Wang Gang kembali kerumahnya. Dia baru tahu bahwa kakaknya yang mengambil uang yang diletakkan di bawah bantal ibunya, Wang Gang sangat tercengang, dia segera kembali  ke rumah tabib Jia, dia berlutut di hadapan tabib Jia dengan tidak mengerti bertanya, "Engkau tidak mencuri uang kami, kenapa harus mengaku?"

"Ibumu sedang sekarat, tidak boleh marah. Jika dia mengetahui uangnya hilang,  dia akan panik maka nyawanya akan terancam. Demi kesehatan ibumu, maka saya mengaku mencuri. Saya percaya hal ini cepat atau lambat akan terbongkar, jika penghinaan terhadap saya bisa menggantikan nyawa dan kesehatan ibumu itu sangat berharga,"  jawab Tabib Jia. 

Setelah mendengar perkataan tabib Jia, Wang Gang merasa sangat bersalah dan malu.

Suatu ketika, ada seorang perempuan cilik menyeberangi sungai mencari tabib Jia untuk mengobati penyakit ibunya. Ketika tabib Jia dan perempuan cilik ini sampai di tepi sungai, perahu telah penuh terisi. Tabib Jia melangkah naik keatas perahu, tukang perahu menyuruh tabib Jia turun. Semua orang memohon kepada tukang perahu agar membawa tabib Jia menyeberangi  sungai. Namun tukang perahu bersikeras menolak.

Perempuan cilik itu menangis melihat kejadian itu, sambil berlutut ia memohon agar tukang perahu berbaik hati membiarkan tabib Jia naik ke perahu menyeberangi sungai untuk mengobati ibunya. Akan tetapi Tukang perahu tetap tidak mengizinkan.

Melihat gelagat ini tabib Jia berkata, "Baiklah, kalian semua menyeberangi dulu, saya menunggu perahu berikutnya. "

"Engkau menunggu sampai hari gelap, saya tetap tidak akan menyeberangi kamu," kata Tukang perahu. 

Orang-orang di dalam perahu merasa heran, kenapa tukang perahu tidak mau menyeberangkan tabib Jia. Lalu mereka bertanya kepada tukang perahu, tetapi tukang perahu menutup mulut tidak menjawab. Akhirnya perempuan cilik itu tidak jadi naik perahu dan menemani tabib Jia menunggu perahu berikutnya.

Tabib Jia dan perempuan cilik itu berdiri diseberang selat menghela nafas memandang ke perahu yang telah berlayar. Ketika perahu berada ditengah sungai, tiba-tiba diserang oleh angin topan. Perahu terbalik dan seluruh penumpang perahu terjatuh di sungai lalu tenggelam. Hanya tukang perahu yang bisa menyelamatkan diri karena bisa berenang jauh ke tepian.

Ketika tukang perahu ditolong dan naik kedarat, dia berkata kepada tabib Jia, "Semalam saya bermimpi 3 kali,  begitu saya tertidur dewa bumi memberitahukan kepada saya, besok tabib Jia akan menyeberangi sungai, jangan menyeberangi dia."

Di tengah malam dewa sungai berkata kepada saya, "Besok tabib Jia akan menyeberangi sungai, jangan membawa dia. Begitu fajar mulai menyingsing. Dewi Kwan Im berkata kepada saya,  "Besok pagi ketika tabib Jia akan menyeberangi sungai, jangan membawa dia."

"Mereka semua berkata menyeberangi engkau akan menyusahkan saya, oleh sebab itu saya tidak berani membawa engkau. Sekarang saya baru mengerti maksud mereka, ternyata mereka ingin menghindarkan tuan dari bencana, pasti tuan adalah orang yang berhati mulia," tutur Tukang perahu.

Benar-benar berbuat baik akan mendapat amal, berbuat jahat akan mendapat karma. Tabib Jia sangat berterima kepada para dewa-dewa yang menyayangi dia. [Jasisca Wang / Jambi]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

BELAS KASIH TANPA MEMILIH

Di masa perang, para penguasa di berbagai negara saling berebut kekuasaan, hingga rakyat menjadi sangat menderita.

Pada suatu ketika, Raja Xuan duduk di aula. Dia melihat seorang pelayan sedang membawa seekor kerbau melewati koridor. Raja Xuan bertanya kepada pelayan itu.

"Engkau akan membawa kerbau ini pergi kemana?"

"Lapor baginda, saya akan membawa kerbau ini ke tempat penjagalan, dan menjagalnya untuk dijadikan kurban," jawab pelayan itu dengan hormat.

Mendengar jawaban itu, Raja Xuan berkata, "Lepaskan dia! Lihat dia ketakutan sampai seluruh badannya gemetar, saya tidak tega melihat, dia seperti orang yang tidak bersalah mendapat hukuman!"

Pelayan itu terpikir sebuah ide bagus dan mengutarakan kepada raja. "Jika memang demikian, tidak perlu menggunakan darah binatang untuk kurban, apakah bisa?"

"Adat seperti ini tidak boleh sembarangan menghapusnya! Engkau pergi menangkap seekor kambing, tukarlah dengan darah kambing sebagai penggantinya!" kata Raja Xuan.

Mencius mendengar kabar ini, lalu datang  kehadapan raja Xuan, dan memrotesnya.

"Baginda, rasa kasihanmu, adalah kebaikan dari hatimu! Tetapi baginda hanya kasihan melihat kerbau, tetapi tidak melihat kambing juga perlu dikasihani. Apabila baginda dapat menggunakan sifat belas kasih kepada kerbau, menjadi lebih besar dan luas terhadap rakyat, maka baginda akan menjadi raja dari segala raja didunia ini." [Elisabeth Wang / Banda Aceh]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
Selanjutnya ->

Selasa, 28 Mei 2013

TIDAK MENYESAL BERBUAT AMAL

Papa sering menceritakan kasus dan pengalamannya ketika menjadi hakim di pengadilan sipil.

Pada suatu hari, ada seorang wanita paruh baya datang ke pintu pengadilan meminta bantuan. Di depan banyak orang, ia menceritakan suaminya di kampung yang menderita penyakit parah.

Ia membutuhkan biaya perjalanan kembali ke kampung untuk merawat suaminya, tetapi uang yang dimiliki sama sekali tidak cukup untuk membeli selembar tiket bus. 

Orang yang mengelilinginya semakin lama semakin banyak. Wanita itu menangis dengan sedih berkata, "Hanya 10 dollar, siapa yang mau meminjami saya?" Matanya yang memohon, memandang kepada orang ramai yang mengelilinginya.

Tidak ada orang yang percaya kepadanya. Setelah Papa berpikir sepertinya yang dikatakan wanita ini benar,  akhirnya Papa memberi 10 dollar kepadanya.

Keesokan harinya, wanita itu datang lagi ke pengadilan seraya menangis. Dikerumunan orang ramai dia mengenali Papa, dia berlutut di lantai. Sambil menangis sedih berkata, bahwa ia telah menjemput suaminya dan telah dibawa ke kota. Sekarang berada di depan pintu rumah sakit. Namun ia harus membayar 80 dollar supaya suaminya bisa dirawat di rumah sakit itu.

Lalu dia memohon kepada Papa minta pinjaman 80 dollar lagi. Papa merasa kasihan kepadanya, lalu meminjamkan uang 80 dollar kepadanya.

Kemudian Papa menceritakan hal ini kepada mama, mama tidak berkata sepatahpun. Ternyata sebelum papa menceritakan hal ini kepada mama, sudah ada orang yang mengadu kejadian ini kepada mama, masih menambahkan bahwa wanita ini sangat cantik.

Beberapa hari kemudian, ketika Papa dan Mama ke mal sedang melihat pakaian. Tiba-tiba ada seorang wanita menangis dari belakang, berlutut dan memeluk kaki Papa sambil menangis berkata, "Tuan penolong, tolonglah suami saya! Papa segera mengenalnya, wanita ini lagi, lalu Papa memapahnya berdiri. Wanita itu dengan tangan erat memegang tangan Papa, sambil menangis mengatakan suaminya menderita penyakit kanker, harus dioperasi, tetapi setelah mencari uang ke sana kemari masih kurang 200 dollar untuk biaya operasi.

Lalu dia memohon papa meminjamkan uang lagi. Ia  mengatakan setelah musim gugur sawahnya akan panen, dia akan membayar semua hutang-hutangnya. Papa melihat Mama memalingkan kepalanya. Papa lalu berkata kepada wanita ini gajinya untuk bulan ini sudah habis untuk membayar keperluan rumah tangga, mau meminjam uang harus menunggu gaji bulan depan. Ketika dalam perjalanan menuju rumah Papa masih berkata: "Jika apa yang dikatakan wanita ini benar, saya seharusnya tidak berbuat demikian."

Pada musim gugur, ada orang mengetuk pintu, Papa membuka pintu, di depan pintu wanita yang meminjam uang berdiri didepan pintu. Wajahnya pucat pasi, di sebelah tangannya ada ban hitam (tanda  dukacita), dia mengeluarkan uang 90 dollar seraya berkata kepada Papa: "Terima kasih tuan telah membantu saya, Tuan adalah seorang yang baik hati!"

Papa dengan berat menerima uangnya, lalu Papa berkata turut berdukacita untuk menghibur wanita ini. Setelah wanita itu meninggalkannya, selama seminggu Papa tidak mengucapkan sepatah katapun.

Papa selalu menasehati saya, "Jangan takut melakukan kesalahan karena berbuat baik, walaupun berbuat amal terkadang bisa kehilangan sedikit dalam ekonomi atau psikologi, tidak perlu menyesal. Karena jika engkau memang seorang yang baik hati, karena takut disalahkan orang engkau kehilangan kesempatan menolong orang lain. Pada suatu hari ketika engkau menyadari mengkhianati  kebaikan, meninggalkan kebaikan, bertentangan dengan hati nurani, maka kelak engkau akan menyesal, merasa bersalah, menyesal sepuluh kali bahkan seratus kali dari kehilangan kecil yang engkau keluarkan." [Sofia Ng / Jember]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

SEUMUR HIDUP

Menjalani hidup ini, jika dipikirkan dengan teliti, hanya saat masih bayi dan ketika sudah tua, bisa menjalani hidup ini dengan benar. 

Saat masih bayi, ketika lahir, tidak bersaing, tidak merampas dan tidak mengambil hak milik orang lain. Sedangkan orang tua sudah pernah merampas, bersaing, dan mengambil hak milik orang lain.

Namun sekarang tidak bisa lagi karena saat tua, menderita sakit, terbaring di tempat tidur. Badan rapuh ini seperti kapas di tempat tidur, hanya tinggal menghitung hari-hari terakhirnya. "Kekayaan dan status, apakah berguna? Asalkan bisa terus hidup sudah sangat baik!"

Benar, orang yang sudah tua dan mendekat ajal, tutur katanya biasanya akan menjadi baik. Tetapi kenapa pada masa muda kita tidak menyadarinya, tidak tahu menjalani hidup, tidak menghargai waktu yang berlalu sebagai barang yang paling berharga untuk melakukan hal-hal yang berguna, hanya bersaing, hipersensitif dan munafik.

Saya teringat sebuah cerita, dahulu ada seorang perempuan tua, selalu karena hal-hal yang kecil membuat dia marah. Pada suatu hari dia pergi menjumpai seorang Petapa membahas masalah itu. Setelah mendengar keluh kesahnya, Petapa itu membawanya ke sebuah kamar kecil, mengunci dia di dalam kamar.

Perempuan itu langsung memaki dan marah-marah. Setelah memaki cukup lama, Petapa sama sekali tidak peduli kepadanya. Perempuan tua ini kemudian memohon, namun Petapa masih tidak peduli kepadanya.

Setelah perempuan tua ini tidak bersuara, Petapa datang kedepan pintu kamarnya bertanya, "Apakah engkau masih marah?"

Perempuan tua ini berkata, "Sekarang saya marah kepada diri saya sendiri, kenapa saya bisa datang ke tempat ini menerima hukuman?"

"Orang yang tidak bisa memaafkan diri sendiri, bagaimana hatinya bisa setenang air?" Petapa mengibaskan tangannya berlalu dari sana.

Beberapa saat kemudian Petapa datang bertanya lagi, "Apakah masih marah?"

Perempuan tua ini berkata, "Tidak, saya tidak marah lagi."

"Kenapa?" Petapa bertanya.

"Apa gunanya marah?"

Petapa pergi lagi. Ketika Petapa ketiga kalinya kembali ke depan pintu kamar, perempuan tua berkata kepadanya, "Saya tidak marah lagi, karena tidak pantas untuk marah."

Petapa sambil tertawa berkata, "Engkau masih sadar apakah itu pantas atau tidak, kelihatannya di dalam hatimu masih ada akar marah."

Ketika bayangan tubuh Petapa yang disinari matahari senja berdiri di depan pintu kamar, perempuan tua ini bertanya, "Guru, apa itu marah?"

Petapa menuangkan teh yang berada di dalam cangkirnya ke tanah. Wanita tua itu merenung cukup lama. Tiba-tiba dia sadar, setelah itu berterima kasih kepada Petapa, kemudian berlalu dari sana.

Kehidupan kita sama dengan teh yang berada di tangan Petapa itu, dalam sekejap bersatu dengan tanah. Waktu sangat singkat, hal-hal kecil dalam hidup ini, apakah berharga untuk membuat kita marah?

Percayalah, hal-hal yang membuat kita marah dalam kehidupan ini, karena ingin bersaing, melihat siapa yang paling kuat, tetapi kekuatan dari perjuangan untuk melawan, akhirnya siapapun tidak akan menang. Mungkin dalam hal ini Anda bisa memenangkannya, namun dalam hal yang lain Anda kalah darinya.

Menang dan kalah, kalah dan menang, ketika memejamkan mata berpamitan dengan dunia ini, apakah Anda tidak akan sama dengan seluruh orang yang ada di dunia ini? Anda tidak akan memiliki apapun, kedua tangan kosong.

Hidup di dunia ini, yang paling penting adalah mengerjakan sesuatu hal yang bermakna, dengan demikian kita tidak akan menyesal menjalani kehidupan yang indah ini. Jangan melewatkan hidup ini mengejar hal duniawi terus menerus, karena marah selalu disebabkan karena ingin bersaing. Jika tidak bersaing, maka tidak akan marah dan emosional. Tanpa marah dan emosional maka Anda akan melakukan hal-hal yang baik, jika tidak marah maka akan hidup dengan sehat. Orang yang selalu marah sulit untuk tidak sakit. [Yenni Huang / Solo]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

Senin, 20 Mei 2013

JIKA HATI KITA LAPANG, DUNIA AKAN MENJADI LUAS

Dalam hidup pasti selalu ada masalah, tapi jika hati kita lapang maka tidak akan merasa terganggu.  

Tidak peduli apapun perubahan di dunia ini, asalkan batin kita tidak terbawa dan digoyahkan oleh keadaan dunia luar, kehormatan, ketenaran, benar dan salah, memperoleh dan kehilangan tidak akan menggoyahkan kita karena hati kitalah yang membuat dunia yang luas ini menjadi sempit.

Ada seorang pria yang difitnah, akhirnya masuk penjara. Ruang sel yang sangat kecil, membuatnya tinggal di dalam sangat tidak nyaman dan tidak dapat bebas bergerak.

Hatinya selalu dipenuhi dengan kemarahan dan ketidakadilan. Keluhan dan sedih. Tinggal di ruang sel ini bagaikan tinggal di neraka di bumi. Setiap hari dia berkeluh kesah, malam pun tak dapat memejamkan matanya untuk tidur.

Pada suatu hari di ruang selnya terbang masuk seekor lalat. Lalat berdengung tidak berhenti. Terbang membabi buta. Didalam hatinya berpikir, "Saya sudah cukup galau, ditambah dengan suara bising dan dengungan lalat yang menyebalkan, bisa membuat saya menjadi gila, saya harus menangkapmu!"

Dengan hati-hati dia mencoba menangkap lalat tersebut, tetapi lalat sangat lincah, ketika dia sudah akan menangkapnya, lalat segera terbang lebih tinggi lagi. Lalat terbang ke utara dia mengejar ke utara; lalat terbang ke barat, dia ikut mengejar ke barat.

Setelah beberapa saat mengejar, dia sama sekali tidak dapat menangkap lalat tersebut. Sambil menghela nafas dia berkata kepada dirinya sendiri, rupanya sel ini tidak kecil. Karena seekor lalat saja saya tidak bisa menangkapnya, kelihatannya sel ini cukup besar !

Tiba-tiba tanpa dia sadari, munculah sebuah kesadaran yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, " Jika di dalam hati kita ini ada masalah, maka pikiran kita akan menjadi sangat sempit. Tetapi jika di dalam hati kita tidak ada masalah, maka pikiran kita akan menjadi luas dan akan bisa tidur dengan nyenyak. 

Ukuran hati di dunia luar besar kecil tidaklah penting, yang penting adalah dunia batin kita sendiri. Begitu hati melapang, maka ruangan sel pun menjadi luas dan menyenangkan ! Sementara semua masalah yang ada akan menjadi kecil, sekecil lalat.

Seseorang yang berpikiran luas dan toleran, walaupun terkurung di dalam ruang sel yang kecil, asalkan dapat beradaptasi, maka dapat membuat ruangan sel yang kecil ini menjadi dunia yang sangat luas karena dunia di dalam batin kita luasnya tak terhingga.

Tetapi seseorang yang selalu berpikiran picik, tidak pernah merasa puas, maka walaupun tinggal di rumah yang sangat luas, tetap akan merasa semua hal tidak berjalan sesuai dengan keinginan hatinya. [Aida Lim / Magelang]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

KECANTIKAN BERTAHAN LAMA

Seorang sastrawan Rusia mengatakan, "Anak yang cantik disenangi semua orang, tetapi orang yang menyayangi anak yang jelek barulah benar-benar menyayangi anak". 

Semua orang punya sifat hati yang suka akan keindahan, terhadap anak yang cantik, biar tidak saling mengenal juga akan timbul rasa suka, tak bisa menahan diri ingin memujinya, ingin menimangnya. Tapi terhadap anak yang jelek, yang kita tidak kenal, akan merasa acuh tak acuh serta menjauhi.

Walau orang mengatakan tidak bisa menilai seseorang dari penampilan luar, namun wajah yang cantik memang benar dapat mempengaruhi perasaan, sikap dan perilaku kita terhadap seseorang. "Kecantikan adalah sebuah surat jalan". 

Ini adalah kenyataan yang kerap terjadi di kalangan orang dewasa, walau ternyata tidak baik. Pada umumnya orang yang berwajah cantik lebih mendapat kesan baik dan diterima, melakukan perkerjaan lebih mudah. Bahkan dalam perdebatan, orang yang cantik lebih mudah meraih kemenangan, tingkat menyakinkan orang juga lebih tinggi. 

Di tengah pergaulan masyarakat, orang yang memiliki daya tarik relatif lebih bebas dan percaya diri; dalam pekerjaan, yang berparas lebih unggul, prestasi kerjanya akan lebih mendapat pengakuan, dalam hal pelayanan, peningkatan jenjang dan aspek lainnya, mereka akan mendapat prioritas khusus.

Orang yang berwajah cantik dan memiliki daya tarik lebih disenangi orang dibandingkan dengan orang yang tidak cantik dan tidak memiliki daya tarik. Lahir dengan wajah cantik memang adalah suatu keberuntungan, namun hal apapun juga mempunyai dua sisi positif dan negatif, fungsi kecantikan juga memiliki batas .

Orang yang cantik sering kali dimabukkan dan terlena oleh kecantikannya sendiri, pada masa muda kehidupannya akan sangat nyaman, sering mendapat pujian dan perlakuan istimewa dari orang lain, sangat mudah mendapatkan sesuatu yang diinginkan, membuat mereka tidak punya suatu dorongan untuk mengembangkan kemampuannya. 

Dengan demikian, ketika mereka sudah benar-benar terjun ke masyarakat, dimana perlu secara mandiri menghadapi kehidupan dan pekerjaan, maka sering kali akan terasa tidak memiliki kemampuan sesuai kebutuhan; sewaktu kecantikan semakin pudar termakan usia, wajah yang cantik menjadi tua, ketika sudah tidak lagi mendapat pujian dan sanjungan, mereka akan merasa semakin kesepian dan sedih.

Di zaman Tiongkok kuno ada pepatah mengatakan, "Orang cantik pendek umur" dan "orang cantik sumber bencana", dengan memiliki wajah yang cantik tidak berarti pasti senang dan bahagia, mungkin saja ia akan menjadi rintangan atau masalah pelik dalam kehidupan seseorang. Wajah yang cantik membuat orang terpesona. 

Sejak dulu hingga kini, para ahli filsafat selalu memikirkan masalah yang berkaitan dengannya; para novelis romantis selalu mengangkat kisah-kisah yang melukiskan tentang hal ini; bahkan ada beribu-ribu pria dan wanita secara gila menghabiskan banyak uang, menahan rasa lapar, menahan penderitaan operasi dan sebagainya, hanya demi mengejar kecantikan.

Namun bunga indah mudah layu, kecantikan mudah pudar. Kecantikan yang bersifat permukaan bagaikan sekuntum bunga yang tidak bisa bertahan lama. Apalagi bagi orang yang kotor bathinnya, kecantikan di permukaan bahkan lebih mudah sirna. 

Karena sekali orang telah melihat jelas sifat aslinya yang bagaikan, "Emas di permukaan, benda busuk bersarang di dalamnya", maka mereka akan segera menjauhi bahkan membenci orang yang selalu mengutamakan penampilan luar. 

Oleh karena itu, wajah cantik juga harus disertai kebijakan, pengetahuan, keahlian, kemampuan dan kualitas, untuk membuat bunga cantik mekar dengan lebih indah, dan bertahan lebih lama.

Sekalipun seseorang dilahirkan dengan wajah yang biasa biasa saja, jika dia dengan tekun belajar terus, meningkatkan diri sendiri dalam berbagai aspek, memupuk kebajikan dan kesabaran, dia juga pasti mempunyai daya tarik, penuh dengan pancaran cahaya. Karena pengetahuan dan moral yang luhur akan menambah daya tarik internal, kemudian terwujud di permukaan, membuat individu memiliki kharisma yang tak tertaklukkan oleh orang lain.

Mungkin karena aku seorang wanita kecil yang berpenampilan biasa biasa saja, aku merasa apa yang dikatakan oleh Goethe sangat tepat, " Kecantikan luar hanya dapat menyenangkan sesaat, kecantikan dari dalam barulah dapat bertahan lama tidak pudar." [Ernawati H / Medan]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->

MELEPASKAN KERISAUAN

Dalam perjalanan kehidupan, jika kita bisa dengan penuh perhatian menebarkan benih-benih kebaikan dan kegembiraan, di dalam ladang hati diri sendiri dan orang lain, maka sinar mentari kegembiraan itu setidaknya bisa menyirami kegelapan dan kesendirian di dalam dunia yang ada di hati kita.
 
Akan tetapi, mengapa dalam kehidupan kita tampaknya sangat sulit untuk mencari dan menemukan kegembiraan dalam hidup?

Ada berapa banyakkah kerisauan dalam hidup kita, sepertinya tidak ada orang yang pernah berpikir secara saksama, tetapi seumur hidup manusia selalu diikuti oleh kerisauan. Sejak dulu hingga kini, keluhan seperti ini boleh dikata banyak sekali bagai lautan asap.

Dari dulu hingga sekarang, begitu banyak pujangga agung, sajak yang mereka tuliskan sudah meninggalkan nama baik sepanjang masa, tetapi mereka tetap tidak bisa terhindar dari serangan puluhan ribu kerisauan dalam kehidupan ini.

Syair sajak yang ditulis oleh penyair perempuan Li Qingzhao (1084–1151) mengatakan, "Kecemasan ini tiada cara untuk dihilangkan, baru turun dari alis dan kepala, sudah berada dalam hati." Kelihatannya, penyair perempuan yang pandai ini terhadap kecemasan dan kerisauan juga tidak berdaya.

Beginilah kecemasan tentang keruntuhan negara dari Li Yu (1610–1680) diungkapkan kepada kita semua, "Menanyakan kepada tuan bisa ada berapa banyak kerisauan, persis seperti air musim semi di sungai yang mengalir ke arah timur." Kerisauan itu banyaknya seperti air sungai musim semi, perumpamaan seperti ini masih bisa kita lihat. 

Sedangkan sajak dari Li Bai (701 – 762) menuliskan, "Bersama dengan Anda menghapuskan kerisauan sejak dahulu kala." Banyaknya kerisauan itu membutuhkan kita untuk membayangkan.

Walaupun tiga orang sastrawan tersebut sangat jenius, akan tetapi mereka tetap saja tidak bisa melepaskan diri dari belitan kerisauan. Orang zaman dahulu demikian, sehingga orang masa kini juga mengulangi lagi kesengsaraan dan kerisauan orang zaman dulu.

Manusia mempunyai begitu banyak kerisauan, tapi juga bisa mempunyai kegembiraan yang cukup banyak. Dalam hidup ini jika kita kekurangan kegembiraan, maka kita pasti akan merasakan hidup ini sangat tidak nyaman dan kekurangan makna keberadaannya. 

Kita harus tahu bahwa kegembiraan itu benar-benar adalah benda berharga yang sulit sekali ditemukan dalam dunia fana ini. Orang-orang sering kali mengumpamakan waktu sebagai sungai yang mengalir, jika kita bisa setiap saat berada dalam kegembiraan maka kegembiraan itu akan selalu menyirami diri kita. Tetapi, bagaimana kita bisa menemukan kegembiraan yang melimpah seperti air? Dimanakah sumber dari kegembiraan berada?

Saat ini, gunung serba hijau berada di luar jendela, melihat gunung nan hijau itu, membuat saya teringat sebuah syair sajak pada taraf yang berbeda, "Saya melihat gunung nan hijau itu begitu indah, gunung nan hijau melihat saya seharusnya juga demikian."

Ketika saya mengamati gunung hijau itu dengan suasana hati yang tenang dan damai, gunung hijau itu juga akan membalasnya dengan keramahannya yang lembut dan indah. Dengan sebuah hati bersyukur saya berangkat menapaki kehidupan. Ini adalah kata-kata wejangan untuk diri saya sendiri.

Saya akan berkata demikian kepada diri sendiri, menggunakan sorot mata yang lembut memberitahu sanak keluarga, juga orang asing yang bertemu di jalan. Saya akan berkata kepada gunung dan air serta awan di langit biru yang ada di luar jendela, akan saya katakan juga kepada perjalanan hidup yang saya lalui, dan perjalanan hidup itu bukan lagi hanya sebuah perjalanan panjang dan tak berdaya.

Dalam perjalanan hidup ini, ketika kecemasan dan dendam dalam hati kita pudar bagaikan asap dan awan, maka kegembiraan kita akan bisa menyebar luas di dunia yang berada dalam hati kita.

Dengan penuh perhatian dan berperilaku sebagai orang baik dengan melakukan segala hal, agar orang lain bisa merasakan perhatian dan memusatkan segenap pikiran, atau ketika kita dengan penuh perhatian menuliskan kalimat, meletakkan sangat banyak sekali kegembiraan ke dalamnya. Jika banyaknya kegembiraan itu bisa menyirami orang lain, bukankah itu adalah sebuah keajaiban?

Teman, marilah kita menyirami jiwa orang lain dengan kebaikan dan kegembiraan, persis seperti kita menyirami tubuh kita sendiri dengan air. Bukankah hal itu suatu kegembiraan yang tiada tara? [Selvia Zheng / Gorontalo]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

Selanjutnya ->
Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA