Pada suatu hari, ada seorang wanita paruh baya datang ke pintu pengadilan meminta bantuan. Di depan banyak orang, ia menceritakan suaminya di kampung yang menderita penyakit parah.
Ia membutuhkan biaya perjalanan kembali ke kampung untuk merawat suaminya, tetapi uang yang dimiliki sama sekali tidak cukup untuk membeli selembar tiket bus.
Orang yang mengelilinginya semakin lama semakin banyak. Wanita itu menangis dengan sedih berkata, "Hanya 10 dollar, siapa yang mau meminjami saya?" Matanya yang memohon, memandang kepada orang ramai yang mengelilinginya.
Tidak ada orang yang percaya kepadanya. Setelah Papa berpikir sepertinya yang dikatakan wanita ini benar, akhirnya Papa memberi 10 dollar kepadanya.
Keesokan harinya, wanita itu datang lagi ke pengadilan seraya menangis. Dikerumunan orang ramai dia mengenali Papa, dia berlutut di lantai. Sambil menangis sedih berkata, bahwa ia telah menjemput suaminya dan telah dibawa ke kota. Sekarang berada di depan pintu rumah sakit. Namun ia harus membayar 80 dollar supaya suaminya bisa dirawat di rumah sakit itu.
Lalu dia memohon kepada Papa minta pinjaman 80 dollar lagi. Papa merasa kasihan kepadanya, lalu meminjamkan uang 80 dollar kepadanya.
Kemudian Papa menceritakan hal ini kepada mama, mama tidak berkata sepatahpun. Ternyata sebelum papa menceritakan hal ini kepada mama, sudah ada orang yang mengadu kejadian ini kepada mama, masih menambahkan bahwa wanita ini sangat cantik.
Beberapa hari kemudian, ketika Papa dan Mama ke mal sedang melihat pakaian. Tiba-tiba ada seorang wanita menangis dari belakang, berlutut dan memeluk kaki Papa sambil menangis berkata, "Tuan penolong, tolonglah suami saya! Papa segera mengenalnya, wanita ini lagi, lalu Papa memapahnya berdiri. Wanita itu dengan tangan erat memegang tangan Papa, sambil menangis mengatakan suaminya menderita penyakit kanker, harus dioperasi, tetapi setelah mencari uang ke sana kemari masih kurang 200 dollar untuk biaya operasi.
Lalu dia memohon papa meminjamkan uang lagi. Ia mengatakan setelah musim gugur sawahnya akan panen, dia akan membayar semua hutang-hutangnya. Papa melihat Mama memalingkan kepalanya. Papa lalu berkata kepada wanita ini gajinya untuk bulan ini sudah habis untuk membayar keperluan rumah tangga, mau meminjam uang harus menunggu gaji bulan depan. Ketika dalam perjalanan menuju rumah Papa masih berkata: "Jika apa yang dikatakan wanita ini benar, saya seharusnya tidak berbuat demikian."
Pada musim gugur, ada orang mengetuk pintu, Papa membuka pintu, di depan pintu wanita yang meminjam uang berdiri didepan pintu. Wajahnya pucat pasi, di sebelah tangannya ada ban hitam (tanda dukacita), dia mengeluarkan uang 90 dollar seraya berkata kepada Papa: "Terima kasih tuan telah membantu saya, Tuan adalah seorang yang baik hati!"
Papa dengan berat menerima uangnya, lalu Papa berkata turut berdukacita untuk menghibur wanita ini. Setelah wanita itu meninggalkannya, selama seminggu Papa tidak mengucapkan sepatah katapun.
Papa selalu menasehati saya, "Jangan takut melakukan kesalahan karena berbuat baik, walaupun berbuat amal terkadang bisa kehilangan sedikit dalam ekonomi atau psikologi, tidak perlu menyesal. Karena jika engkau memang seorang yang baik hati, karena takut disalahkan orang engkau kehilangan kesempatan menolong orang lain. Pada suatu hari ketika engkau menyadari mengkhianati kebaikan, meninggalkan kebaikan, bertentangan dengan hati nurani, maka kelak engkau akan menyesal, merasa bersalah, menyesal sepuluh kali bahkan seratus kali dari kehilangan kecil yang engkau keluarkan." [Sofia Ng / Jember]
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id