BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 26 Januari 2011

SERBA SERBI IMLEK

Di rumah-rumah keluarga Tionghoa yang merayakannya, biasanya ruang tengah disulap menjadi meja sembahyang. Dua lilin merah berukuran besar dinyalakan.Yang diletakkan di meja tersebut adalah buah-buahan, kue-kue, dan samseng,yaitu tiga jenis makanan wajib: daging babi, ayam, dan ikan (biasanya bandeng).

Ada pula yang mewajibkan ayam kampung yang belum bertelur untuk persembahan di altar. Buah-buahan wajib adalah yang berbentuk bundar seperti jeruk manis, jeruk bali, apel merah.

Bundarnya jeruk melambangkan kesempurnaan, di samping juga berbunyi chi yang berarti kebaikan,mengandung makna harapan kesempurnaan untuk musim tanam yang akan datang. Imlek memang sebetulnya bukan ritual agama, melainkan festival atau perayaan menyambut musim semi.

Karena itu, sebenarnya ucapan yang lebih pantas adalah Xin Nian Kuai Le (Selamat Tahun Baru), Xin Chun Yi Kai (Selamat Menyambut Musim Semi), atau Xin Nian Mung En (Tahun Baru Diberkati Tuhan). Istilah yang umum sekarang, Gong Xi Fa Choy, arti harafiahnya adalah: Selamat Tahun Baru, Semoga Tambah Kaya.

Setelah bersembahyang, seluruh keluarga menikmati santapan makan malam akhir tahun yang istimewa, disebut ciak tua kai. Sebetulnya, istilah lengkapnya adalah Chu Xi Tuan Yuan. Artinya, malam akhir tahun berkumpul bersama.

Ada berbagai tradisi untuk makan malam akhir tahun. Orang- orang Kanton, misalnya, biasa makan ikan mentah (biasanya salmon) dengan sayur-mayur dan berbagai saus penyedap. Sekeluarga bersama mengaduk salad itu dengan sumpit sambil mengucap yu sheng,kurang lebih artinya: sisa rezeki tahun lalu, lalu mengangkat sumpit tinggi-tinggi sebelum menyantapnya.

Ada pula tradisi makan semacam pangsit rebus. Bentuknya mirip uang tail emas yang memang menjadi ikon Imlek. Bahkan, kadang-kadang pangsitnya diisi uang logam di dalamnya, sehingga menjadi rebutan anak-anak. Mungkin ini juga gimmick supaya anak-anak makan banyak. Yang paling umum adalah tradisi menyediakan 12 macam makanan dan 12 macam kue, sesuai dengan jumlah shio.

Setelah makan malam, anak-anak boleh bermain kembang api, sebelum kemudian diantar tidur agar keesokan hari bisa segar untuk merayakan Imlek yang berarti kunjungan ke keluarga dan handai taulan.

Pada malam Tahun Baru, kaum dewasa pantang tidur sebelum lewat tengah malam. Juga dilarang menutup pintu depan rumah sepanjang malam. Menurut kepercayaan, dewa-dewa sedang inspeksi ke bumi. Rumah dengan pintu terbuka akan disinggahi dan dapat sawab. Itulah sebabnya ada tradisi tuguran sepanjang malam Imlek.

Bagi kaum pria, malam Imlek juga berarti bersih-bersih meja. Bukan, ini memang bukan berarti mereka kebagian tugas untuk membersihkan meja, melainkan mengelap meja dengan kartu. Alias, main judi, sambil minum anggur atau arak. Memang ada falsafah yang mendukung tradisi judi ini, yaitu falsafah sisa kelebihan tahun lalu (surplus bonus) yang disebut dalam plesetan nian nian yu yu. Artinya, kelebihan itu boleh dipakai untuk bersenang-senang. Kaum perempuan pun – setelah cuci piring dan membereskan dapur – biasa ikut bergadang sambil main mahjong.

Biasanya, sebelum anak-anak pergi tidur, mereka memberikan amplop merah kepada orang tua masing-masing. Mungkin maknanya agar orang tua memasukkan uang dalam jumlah yang cukup ke dalam amplop itu,disebut angpau atau hongbao sebelum nanti ludes di meja judi atau mahjong. Angpau dibagikan keesokan paginya setelah bersembahyang di depan altar. Bagi orang dewasa yang memberi angpau, diyakini sebagai kaul agar tetap awet muda. Sedangkan bagi anak-anak yang menerima mereka yang belum menikah berhak mendapat angpau,sebetulnya tidak boleh membelanjakan uang itu. Harus disimpan sampai tahun berikutnya agar rezeki berlimpah. Nyatanya, kebanyakan anak langsung membelanjakan uang dalam amplop merah yang mereka terima dari orang tua maupun kerabat.

Karena Imlek jatuh pada tanggal 1 menurut kalender bulan, kaum Tionghoa yang menganut ce it cap go alias berpantang daging setiap tanggal 1 dan 15, Imlek justru merupakan hari makan sayur. Makan pertama di hari Imlek adalah misua yang disebut sui mie atau shou mian alias mi panjang umur. Biasa pula disajikan sayur dingin yang disebut liang cai, terdiri atas sawi putih, seledri, jamur kuping, soun, irisan dadar, cacahan ketimun mirip yu sheng tanpa ikan mentah,lalu ditaburi saus bawang putih pedas.

Ada lagi tradisi makanan Imlek yang disebut sayur campur atau cai bue. Ini sebetulnya merupakan campur-aduk sisa makanan malam akhir tahun yang dimasak lagi dalam satu kuali.

Seperti juga pada hari raya lain, Imlek pun harus dirayakan dengan baju baru. Di masa lalu, orang diharuskan memakai baju berwarna merah pada hari raya ini. Kembang api dan baju merah semula dimaksudkan untuk menakut-nakuti mahluk ganas yang suka memangsa penduduk. Sekarang, warna merah dianggap sebagai warna kebahagiaan dan keberuntungan bagi orang Tionghoa.

Setelah jam dua siang pada hari Imlek, daging babi, ayam, dan bandeng di altar sembahyang bisa dilorot dan dimasak. Ketiga bahan itu hanya direbus tanpa bumbu ketika diletakkan sebagai sesajen di altar.Semua kue yang disajikan harus manis sebagai lambang kebahagiaan. Kue keranjang tradisi Imlek juga sangat manis. Biasanya juga ada kue lapis legit yang melambangkan rezeki berlapis-lapis atau bertumpuk-tumpuk.

Kalau ada makanan yang wajib, tentu juga ada yang dipantangkan. Misalnya, pantang makan bubur pada Imlek, karena bubur melambangkan kemiskinan. Tidak boleh makan buah yang berduri seperti durian dan salak,kecuali nanas yang melambangkan mahkota raja.Haiya, ada pantangan lain. Sejak malam Imlek sampai dua hari kemudian, orang Tionghoa tidak boleh menyapu rumah karena dianggap menyapu rezeki yang datang.

Lima belas hari setelah Imlek, masyarakat Tionghoa merayakan Cap Go Meh, yang antara lain ditandai dengan upacara membuka mata naga. Karena itulah arak-arakan naga dan barongsai baru muncul pada Cap Go Meh. Kalau di Tiongkok, orang-orang merayakan Cap Go Meh dengan makan tangyuan,semacam bakpia dari tepung ketan dengan isi kacang merah dan babi asin.

Cap Go Meh adalah hari pesta. Semua orang keluar rumah untuk makan enak di restoran bersama keluarga dan handai taulan. Nah, pesta itulah yang memicu kelahiran makanan enak bernama lontong cap go meh, sebuah fusion dahsyat yang telah berhasil melintasi beberapa abad dan tetap populer hingga kini. Lontong cap go meh juga sering disebut lontong terang bulan karena Cap Go Meh selalu jatuh pada malam terang bulan.

Dirangkum dari berbagai sumber.

~ Herry ~

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA