BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 05 Maret 2011

CHANG AN ADALAH PANGGUNG KEJAYAAN DINASTI TANG (2)

Seiring dengan perubahan gerbang Xuan Wu (玄武門) , Jenderal Li Shimin menguasai istana Timur, fasilitas dan bangunan di dalam kota Chang An (長安) semakin hari semakin sempurna. Selain menggunakan Bu Shi (卜食, metode peramalan pada zaman kuno untuk pemilihan lokasi properti dengan menggunakan cangkang kura-kura), juga Xiang Tu (相土, metode peramalan fengshui pada zaman kuno untuk pemilihan lokasi properti) adalah metode penentuan lokasi yang sangat penting.

Kota Chang An, pada zaman kaisar Tang Taizong - Li Shimin (唐太宗 李世民) mulai berbenah diri terus, tak henti-hentinya menyaksikan kejayaan zaman Tang.

Gerbang Xuan Wu dan gerbang Ming De (明德門) berpolarisasi dari kejauhan, adalah sebuah gerbang kota yang tinggi nan kokoh, di atasnya terdapat podium pengamat, di balik gerbang terdapat halaman belakang istana kaisar. Oleh karena gerbang Xuan Wu dibangun pada lereng bawah bukit Long Shou Yuan, letak konturnya lebih tinggi daripada istana kaisar, posisi tinggi strategis itu membuatnya menjadi pintu akses penting di sebelah utara kota istana.

Oleh karena itu, pihak markas Jendral Besar memutuskan memilih tempat tersebut sebagai lokasi pergerakan. Zhangsun Wuji (長孫無忌) dan kawan-kawan, sesampainya di gerbang Xuan Wu, lantas berpencar menyanggong di empat penjuru, sambil menanti dengan tenang tibanya sang fajar.

Di pihak lain, Pangeran Utama Li Jiancheng dan adiknya, Li Yuanji, juga memperoleh bocoran dari selir kesayangan Kaisar Gao Zhu bahwa perbuatan amoral mereka telah terungkap, keesokan harinya mereka tiga bersaudara (termasuk Jenderal Li Shimin) harus menghadap ke pengadilan untuk dikonfirmasi tentang dakwaan dan diinterogasi langsung oleh sang ayah.

Li Yuanji mengusulkan tidak menghadap Kaisar Tang Gaozhu dengan alasan sakit, sedangkan Pangeran Utama Li Jiancheng beranggapan para pengawal istana adalah orang-orang sendiri, kedua orang pergi menghadap sendiri ke sang ayah menjajaki gelagat, tak bakal terancam keselamatan mereka, selain itu masih bisa memaksa sang ayah untuk menyatakan sikap mendukung pihak mereka. Li Yuanji menyetujui, maka kedua orang tersebut memutuskan keesokan pagi-pagi buta akan masuk istana dan berinisiatif bertindak lebih dahulu.

* Insiden gerbang Xuan Wu

Tanggal 4 bulan 6, pagi sekali mereka memasuki kompleks istana, belum sampai di hall utama istana kaisar, memperoleh info bahwa Kaisar Tang Gaozhu telah mengundang dan mengumpulkan seluruh pejabat tinggi untuk datang bersidang, begitu mengetahui urusan menjadi runyam, mereka lekas-lekas membalikkan badan dan melarikan diri. Hampir sampai di gerbang Xuan Wu, kedua orang tersebut berhasil disusul oleh Li Shimin.

Li Yuanji langsung membidikkan panahnya ke Li Shimin, tapi beberapa kali bidikan tidak mengena. Bahkan Li Shimin berhasil menangkap panah yang melesat ke arahnya dan balas membidikkannya ke arah Li Jiancheng, ia langsung terjatuh dari kuda dan tewas seketika.

Li Yuanji tak menghiraukan lagi adiknya dan melecut kudanya menuju ke gerbang tembok kota, tapi di gerbang kota ia dihadang oleh Yuchi Jingde (尉遲敬德), terpaksa berbelok ke arah istana, hendak meminta tolong ke sang ayah. Shimin yang saat itu sedang mengejar Yuanji tak dinyana bertubrukan dengan Yuanji, kedua-duanya terjatuh dari atas kuda. Li Yuanji sempat bangkit lebih dulu dan merebut busur Shimin serta siap mencekiknya (dengan busur), Yuchi Jingde datang membantu dan Yuanji tewas tertusuk di atas tanah.

Pada saat itu para anak buah Pangeran Utama Li Jiancheng dan Li Yuanji mendengar berita lantas terkumpul sekitar 2.000 orang menyerang gerbang Xuan Wu. Mengandalkan gerbang Xuan Wu yang kokoh bagai benteng, pasukan Li Shimin yang berjumlah lebih sedikit (tak genap seratus orang dan kuda) berhasil menahan musuh.

Karena penyerangan macet, pihak lawan beralih hendak menggempur Markas Jenderal Besar Strategi Langit, Yuchi Jingde naik ke atas tembok kota dan memamerkan kepala kedua orang kakak-adik yang terpenggal, setelah pihak lawan mengetahui tuannya telah tewas, memaklumi kewibawaan telah memudar, maka mereka membubarkan diri, dengan demikian marabahaya tersebut telah dapat diatasi.

* Tuan sejati memasuki istana

Tanggal 7 bulan 6 Li Shimin diangkat sebagai putera mahkota dan menangani semua urusan pemerintahan. Kemudian ia pindah ke istana timur dan dari sana mengatur pemerintahannya.

Istana Timur terletak di balairung utama, sebelah kanan balairung Tai Ji (Segenap Alam Semesta), adalah tempat kediaman dan kantor pemerintahan bagi putera mahkota, lebih kecil daripada istana Tai Ji kediaman sang kaisar, namun ia masih termasuk sebuah kompleks bangunan besar. Diantaranya selain balairung, aula, taman dan istana, terdapat pula 20 buah lebih gazebo, pendopo dan lain sebagainya.

Tak lama kemudian Li Yuan mundur dari tahta, mengambil lokasi di balairung utama istana Timur yakni balairung Xian De, Li Shimin melangsungkan acara ritual penaikan tahta, dengan nama kekaisaran: Tang Tai-zong. Pada tahun berikutnya pemerintahannya dinamakan Zhen Guan (貞觀).

Sejak saat itu dimulailah kejayaan dinasti Tang Agung. Sesudah Taizong naik tahta, Li Yuan masih mengikuti secara aktif kelangsungan pemerintahan sampai dengan 3 tahun Zhen Guan. Sang maharaja Li Yuan (ayahanda kaisar) pindah (pensiun) dari istana Tai Ji ke istana Da An (Kedamaian agung), barulah Taizong memimpin pemerintahannya dari balairung Tai Ji - istana Tai Ji.

Istana Tai Ji terletak tepat di sentral komplek istana, tempat kedudukan putera langit (kaisar) dan perlambang pemerintahan, sebuah kompleks bangunan yang maha luas. Layout istana Tai Ji simetris dan bangunan utama didirikan sepanjang garis sumbu, dikelilingi oleh balairung samping pada keempat sisinya, pendopo, kolam dan gazebo betebaran dengan pas di dalam istana.

Istana Tai Ji menurut yang tercatat di dalam kitab kuno Zhou LiKao Gong Ji (周禮‧考工記), peraturan bangunan istana berpola "depan kantor belakang kediaman" dan fungsi kompleks balairung istana terbagi menjadi 2: Arah selatan adalah bagian depan, adalah tempat untuk penyelesaian urusan politik, bangunan pokok adalah balairung Tai Ji, ritual penting seperti kaisar naik tahta, pernikahan agung, pengangkatan kebangsawanan dan lain-lain berlangsung di tempat itu.

Balairung Gan Lu yang terletak di utara dan balairung samping adalah tempat tinggal permaisuri dan para selir. Balairung Liang Yi (Yin-Yang) yang terletak di tengah termasuk area terlarang, biasanya dipergunakan sang kaisar untuk mengadakan rapat eksklusif dengan para pejabat terdekat, banyak dialog yang yang tercatat di dalam kitab kuno Pemerintahan Zhen Goan terjadi di tempat itu.

Mengenai balairung Liang Yi, Zhangsun Wuji tentu tidak asing lagi. Ia selain pejabat, juga kerabat dan orang kepercayaan Taizong, sering kali dipanggil menghadap di tempat itu untuk merundingkan berbagai kebijakan.

Setelah Li Shimin menjadi kaisar tidak lagi bisa sembarangan keluar istana, urusan survei kondisi masyarakat perlu mengandalkan peran Zhangsun Wuji dan kawan-kawan. Untuk hal-hal yang tidak sesuai dilaporkan di balairung Tai Ji, maka menunggu sang kaisar pulang kantor diselesaikan di tempat itu. Oleh karena itu suasana di balairung Liang Yi terasa lebih santai, selain urusan politik, para pejabat juga bisa melaporkan sejumlah kejadian di dalam kota (negara), atau keadaan kota Chang An, agar sang kaisar yang tinggal di menara gading juga bisa merasakan vitalitas ibu kota yang diperintahnya.

Zhangsun Wuji gemar belajar, tatkala ia baru sampai ke Chang An, merasakan suasana tak sembarangan dari Chang An, lantas berkeinginan untuk meneliti segala sesuatunya tentang Chang An. Sesudah Taizong naik tahta dan negara dalam kondisi aman tenteram, maka Zhangsun Wuji di sela-sela waktu luangnya meneliti kitab-kitab sejarah, untuk memahami sejarah pendirian kota Chang An.

* Pembangunan Chang An

Sejarah kota Chang An zaman dinasti Tang sebetulnya dimulai dari dinasti Sui. Ketika kaisar Sui Wen mempersatukan seluruh negeri dan sesudah mendirikan dinasti Sui, masih beribu-kota di Chang An. Kota lama Chang An dari dinasti Han sejak didirikan hingga permulaan dinasti Sui sudah berlangsung 800 tahun lebih.

Oleh karena kualitas air yang tidak layak pakai dan fasilitas kota yang lantaran sudah tua dan kacau oleh perang sehingga bobrok dan dibiarkan sempit, ditambah lagi dekat sungai Wei Shui yang sering kali banjir, maka kaisar Sui Wen pada tahun 582 memerintahkan pembangunan ibu kota baru, dan terpilihlah arah timur laut kota Chang An kuno, sebidang tanah aslinya bernama Long Shou Yuan dengan menggunakan metode Bu Shi dan Xiang Tu.

Sesuai perkiraan catatan kitab sejarah, minimal dimulai dari dinasti Shang (商朝), Bu Shi dan Xiang Tu senantiasa adalah dua faktor penentu pemilihan lokasi Yan Huang (kaisar pada zaman kuno) dan keturunannya.

Yang dimaksud Xiang Tu(相土) ialah metoda fengshui kuno dengan aktivitas penyelidikan air gunung, bentuk formasi geografis dan perasaan/intuisi manusia apakah sesuai untuk ditempati.

Sedangkan Bu Shi (卜食) adalah metode peramalan dengan orakel cangkang kura-kura. Menanyakan kepada jiwa alam semesta tentang: mujur-sial atau lancar-tersendatnya untuk kepindahan ke properti baru. Para leluhur beranggapan manusia diciptakan oleh Tuhan dan dihidupi oleh alur pernafasan langit dan bumi, oleh karena itu di dalam alam pikiran mereka berpatokan kepada kebesaran alam semesta dan pemujaan kepada Dewata. Kehendak alam semesta dan Dewata adalah untuk ditaati.

Maka itu di dalam urusan besar seperti pemilihan lokasi untuk tempat tinggal, meskipun dari sudut pandang manusia diperkirakan sebidang tanah sesuai untuk ditinggali, tetapi apabila hasil orakel tidak baik, orang-orang tanpa ragu sedikitpun melepas tanah tersebut, dan memilih tanah lain untuk tempat tinggal.

Konsepsi penghormatan langit semacam ini berlangsung hingga saat ini, wilayah yang sedikit banyak masih mempertahankan kebudayaan tradisional Tiongkok masih bisa dijumpai sisa kebudayaan tersebut, metoda feng shui yang menjadi tren pada zaman modern ini sebetulnya adalah (pengembangan dari) Xiang Tu, yaitu kristalisasi dari kebijakan dan pengalaman penelitian situasi-kondisi ruang (dan tanah) selama ini. Dan ketika orang-orang menjumpai kesulitan yang mencurigakan, masih saja teringat untuk di hadapan Dewata melempar ciamsi (bilah-bilah bambu yang berisi ramalan) untuk mengurai simpul, melalui permohonan petunjuk Dewata.

Chang An, salah satu kota kuno termegah di Tiongkok, lebih besar 7 kali dibandingkan dengan Konstantinopel, ibu kota imperium Roma Timur kala itu, polanya sempurna, pantas sebagai model pembangunan ibu kota Tiongkok, bahkan Heijo kyo (平城京, ibukota Nara kini) dan Heian Kyo (平安京, kota Kyoto kini) kesemuanya meniru kota Chang An.

Zhangsun Wuji mengingat kembali kejadian malam itu, ketika Kaisar Taizong memperoleh info rahasia, orang-orang berkumpul berupaya menasehati Kaisar Taizong. Tetapi ketika Kaisar Taizong masih saja bimbang dan ragu, pernah pula ia berkeinginan menggunakan peramalan dengan metode cangkang kura-kura bertanya kepada roh Dewata.

Kebetulan penasehat jendral, Zhang Gongjin datang dari luar dan melempar perangkat itu ke atas lantai seraya berkata, "Ramalan adalah untuk memutus keraguan, kalau tidak ragu mengapa harus diramal, hari ini anak panah sudah siap diluncurkan, apakah jika diramal tidak baik lantas urusan bisa selesai?"

Melalui perkataan yang tepat sasaran ini Kaisar Taizong mampu membulatkan tekad dan barulah terdapat perdamaian dan kejayaan di kemudian hari.

Dimulai dari titah Kaisar Sui Wen (隋文帝) untuk pembangunan kembali ibu kota di Chang An hingga ke penyelesaian pembangunan dasar Chang An hanya menggunakan waktu 10 bulan.

Konon pada waktu itu selain tembok yang mengelilingi kota belum bisa dirampungkan, bangunan pemerintah lainnya seperti istana, gedung perkantoran dan lain-lain, kebanyakan sudah tuntas.

Perencanaan pembangunan dinasti Sui atas kota Chang An mencakup luas hampir 84 km², lebih besar 10 kali daripada kota Xi An (di dalam batas tembok kota) hari ini, adalah kota terbesar di sepanjang sejarah Tiongkok. Pada waktu itu juga adalah ibu kota terbesar di seluruh dunia (lebih besar 7 kali dibandingkan dengan Konstantinopel, ibu kota imperium Roma Timur pada era yang sama, dan lebih besar 6,2 kali dibandingkan dengan Baghdad, ibu kota imperium Arab yang didirikan pada tahun 800 Masehi).

* Chang An kristalisasi pembangunan kota tradisional

Dari pemilihan lokasi, disain, renovasi hingga pemindahan ibu kota, mampu diselesaikan dalam waktu tidak sampai 1 tahun. Prestasi pekerjaan semacam ini barangkali termasuk langka di dunia. Meski pekerjaan sebagian massa bangunan tidak menggunakan material serba baru, tetapi dalam tempo begitu singkat, proyek yang begitu besar mampu diselesaikan. Kecepatannya yang bagaikan didukung oleh dewata dan selain itu spirit keberhasilan untuk sukses, membuat orang terkesima dan kagum.

Penyelesaian renovasi Chang An yang sistematis dan sesuai dengan perencanaan tata letak yang menyeluruh, pemikiran tuntunannya bermuara dari konsep alam semesta tradisional yang dikombinasikan dengan topografi alami lokal dan berdirilah sebuah ibu kota ideal yang menirukan peredaran langit dan bumi.

Perancangan mendasar terutama melalui studi kitab Catatan Zhou Li Kao Gong (周禮考工記) dan tata letak serta pedoman pembangunan yang tercatat di dalam kitab-kitab kuno, dan berdasarkan pengalaman dari ibukota berbagai zaman dinasti-dinasti sebelumnya. Maka boleh dibilang Chang An adalah kristalisasi dari pembangunan kota tradisional.

Selain merefleksikan faktor mendasar dari prasyarat para kaisar turun temurun terhadap tata ruang ibu kota, juga lebih menonjolkan makna mendalam spirit yang tersimpan di balik permukaan.

Chang An selain menjadi model bagi pembangunan ibu kota Tiongkok generasi sesudahnya, telah pula mempengaruhi pembangunan ibu kota negara tetangga, seperti Shangjing Long Quan Fu dari negara Bo Hai dan Heijo kyo (kota Nara kini) dan Heian Kyo (kota Kyoto kini) dari negeri Jepang yang pola pembangunannya didasarkan meniru Chang An.

* Zhou Yi Qian Gua, penuntun pemikiran perencanaan Chang An

Disebut Long Shou Yuan, karena antara Long Shou Yuan (龍首原, = dataran kepala naga) dengan wilayah pegunungan di selatan terdapat 6 jalur tanah lereng yang agar datar dengan orientasi timur-selatan dan barat-utara, kemiringannya lambat laun naik ke arah selatan.

Alur garis tersebut kebetulan membentuk simbol 8 trigrams langit yang disebut Qian Gua (乾卦) sesuai kitab Zhou Yi (周易, teori yang melalui penghitungan bentuk ba gua atau 8 trigrams yang melambangkan: langit, bumi, guruh, angin, air, api, gunung dan sungai, 8 macam gejala alam untuk memprediksi perubahan alam dan masyarakat. Mengandung konsepsi dialektika yang ringkas).

Diagram langit adalah diagram pertama diantara 64 trigrams yang melambangkan langit. Teknik Liuyao (六爻, salah satu ilmu dari kelompok filosofis Tiongkok yang biasanya digunakan untuk peramalan) adalah Yang (maskulin, positif), dilambangkan sebagai naga (Long, 龍).

Kebetulan hal tersebut cocok dengan penggambaran ibu kota putera langit. Itulah sebabnya tata ruang Chang An menyesuaikan desain teks liuyao, meniru peredaran langit dan bumi yang langgeng, dengan harapan dinasti tersebut bisa dalam jangka waktu panjang (Chang, 長) dikelola dan ditenteramkan (An, 安).

Arah mata angin tradisi Tiongkok adalah selatan di sebelah atas, kebetulan terbalik dengan konsep zaman sekarang yakni: utara di sebelah atas. Oleh karena itu Yao awal menjadi pedoman tuntunan paling dekat dengan penggunaan lereng Long Shou Yuan, demikian secara bertahap ke arah selatan sesuai dengan perencanaan teks Yao dari setiap Yao yang metode penggunaannya paling sesuai untuk tanah dimaksud.

Di dalam liuyao dari Qian Gua, Yao kelima disebut "95" dengan bunyi teks: "Naga terbang di langit, beruntung menjumpai orang besar" adalah yang paling mulia, semenjak dahulu kaisar disebut "Yang mulia 95", berasal dari hal tersebut.

Tetapi di dalam perencanaan kota Chang An, yang didirikan pada jalur kelima tanah lereng itu ternyata bukan istana untuk sang kaisar (putera langit), melainkan vihara agama Buddha dan kuil Dao.

Orang zaman kuno melalui bahasa pembangunan yang senyap semacam ini hendak menyatakan penghormatan terhadap sang Pencipta, meski sang kaisar dimuliakan sebagai putera langit, juga tidak sembarangan menyombongkan diri dan tidak beranggapan sebagai penguasa pantas untuk menempati sepetak tanah yang bernilai "Naga terbang di langit...", tanah pusaka Fengshui hanya layak digunakan untuk kebutuhan gedung kuil pemujaan bagi sang Pencipta.

Satu di timur satu di barat, di atas tanah tinggi-95 berdiri dengan megah kompleks kuil terbesar di kota Chang An, bersama dengan gedung, kuil dan pagoda yang semarak tersebar di dalam kota membentuk suatu garis kontur yang indah dari kota Chang An.

Menelaah teks lain dari Yao, hanya lokasi yang sesuai teks-92: "Melihat naga di sawah, menguntungkan melihat orang besar", boleh di dirikan istana, karena 92 sesuai interpretasi penjelasan Konghucu......... adalah moralitas yang harus diwujudkan oleh penguasa.

Sang penguasa melalui hal ini barangkali bisa setiap saat mengultivasi akhlak dan berbicara dengan bijak dan menguntungkan rakyatnya.

* Pemisahan kantor pemerintahan dan perumahan penduduk

Di dalam kota lama Chang An era dinasti Han, oleh karena setiap kantor pemerintahan belum dipisahkan dari perumahan penduduk, sehingga rakyat di dalam penggunaan ruang di dalam kota saling berbenturan.

Kota baru demi mengubah situasi semacam ini terlebih dulu membagi penggunaan tanah sesuai pembagian fungsi, sehingga kompleks bangunan umum semacam perkantoran terpusat jadi satu.

Menurut bab pertukangan di dalam kitab Catatan Zhou Li Kao Gong, dicatat tentang cetak biru pembangunan ibu kota dengan pedoman perencanaan "depan kantor belakang pasar". Pasar seharusnya didirikan di sebelah utara kota. Terletak di utara istana, karena sesuai konsep fengshui. Utara termasuk Yin (feminin), sedangkan di pasar orang-orang berdatangan dan pergi, pengaruh Yang (maskulin) sangat kuat, justru bisa menetralisir tanah tersebut.

Tetapi pasar kota Chang An bukan diletakkan di antara 92 utara kompleks istana, melainkan terletak di atas lereng-94, karena teks-91: "Naga menyelam jangan digunakan", oleh karena itu tidak dipergunakan bagi bangunan apapun, hanya termasuk area terlarang kaisar, dipakai sebagai tanah buruan keluarga kaisar.

Pasar kota Chang An dipilih di atas lereng-94, karena teks-94 yang berbunyi: "Saling bergerak, melompat maju ke atas, tak ada bahaya", perniagaan termasuk bersifat lincah dan aktif, cocok untuk hal ini, pasar yang didirikan pada lokasi tersebut bisa mengikuti peruntungan geografis dan memajukan perkembangan usaha.

BERSAMBUNG KE.3....
Disalin oleh: Chen Mei Ing

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA