BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Sabtu, 22 Januari 2011

ASAL MULA TARIAN BARONGSAI ( DRAGON LION DANCE )

Apasih Barongsai? Pasti sudah banyak orang yang mengenal, atau bahkan gandrung dengan pertunjukan seni khas Tionghoa ini. Menjelang Imlek, pertunjukan Barongsai dapat kita temui di banyak tempat.

Barongsai adalah tarian tradisional Cina dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa. Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke tiga sebelum masehi.Belasan, bahkan puluhan orang yang membentuk naga ataupun singa yang meliuk-liuk mengikuti tabuhan musik khas, melahirkan daya tarik sendiri.

Sejarah

Apa makna yang terkandung di balik liukan sekian orang yang berada di balik kostum berwujud singa tersebut? Ini dia jawabannya...

Sunar Jaya, Koordinator Exhibition Yayasan Dharma Cinta Kasih (DCK) yang mengembangkan seni Barongsai menjelaskan, bahwa Barongsai telah ada sejak 1500 tahun. "Pertunjukan seni ini bermakna untuk mengusir hal-hal buruk yang akan terjadi,".

Konon ceritanya, ada beberapa versi sejarah Barongsai. Yang paling terkenal adalah versia Nian (monster). Pada masa Dinasti Qing, di satu wilayah di China ada monster yang mengganggu penduduk setempat hingga menimbulkan keresahan dan ketakutan. Saat itulah muncul singa (barongsai) untuk menghalau monster tersebut. Akhirnya, monster kalah dan lari ketakutan.

"Setelah itu singanya pergi. Tapi monster ini ternyata mau balas dendam dan masyarakat tidak tahu. Mereka bingung, ada di mana singa yang bisa mengalahkan monster itu. Akhirnya mereka buat kostum barongsai seperti yang ada sekarang, dan berhasil menyingkirkan monsternya," cerita Sunar.

Hal inilah, menurut dia, yang mendasari mengapa barongsai selalu hadir dalam perayaan Imlek. "Maksudnya mengusir monster yang kita samakan dengan aura-aura yang buruk."

Naga ini, dibuat dari kertas, bambu, kayu, rotan, dan bahan cat untuk menghias. Lapisan seekor naga pun sebenernya pada awalnya adalah sembilan, tetapi sekarang telah memiliki banyak pengembangan, hingga ada yang melebihi duapuluh lapisan, biasanya, setiap lapisan ini memberikan warna kepada sang naga dengan perlambangan-perlambangan. Pada dasarnya sang naga berwarna hijau yang melambangkan panen yang melimpah, lapisan berwarna kuning keemasan melambangkan tanah atau kesuburan, merah menyala pada ekor dan sisik-sisiknya melambangkan kegembiraan, lapisan berwarna biru dengan ornamen seperti bentuk ombak lautan, dan sepanjang tubuh sang naga biasanya dihiasi dengan warna emas dan perak yang menghiasi keseluruhan badan ini, untuk melambangkan kegembiraan dan kemeriahan perayaan.

Lengkapnya, tarian naga ini biasanya diikuti dengan seseorang yang mengangkat mutiara berwarna merah. Mutiara ini dikatakan melambangkan matahari atau kebijaksanaan. Pertanda bahwa sang naga, akan terus mengejar kebijaksanaan. Oh iya, tarian naga ini juga biasanya neh diikuti dengan pemberian angpao ataupun ikatan selada air dengan pita merah, sebagai tanda persembahan buat sang naga. *ingat film kungfu master nggak? Yang jet li ( Wong Fei Hung ) dibikin repot gara-gara pertandingan tarian naga dan singa? sampe akhirnya jet li lawan kelabang dengan menjadi ayam?*

Tarian & Gerakan

Nah, tarian singa a.k.a barongsai ini, butuh elmu wushu lebeh tinggi daripada tarian naga, yang kurang lebih mengandalkan kekuatan dan harmonisasi, biasanya tergantung jenisnya, tarian singa ditarikan oleh 2 orang atau kurang. Kenapa kita bilang tergantung jenisnya, ini dikarenakan rupanya, singa yang ditarikan itu ada 2 jenis, Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat, memiliki warna dominan, merah, orange, dan kuning. Singa Utara, biasanya disebut sebagai Peking Lion, atau Singa Peking, dikarenakan bentuknya yang menyerupai anjing Peking. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa kalo dibandingkan ame Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat.

Singa Selatan biasanya disebut juga Cantonese Lion, dan terbagi atas dua jenis, sesuai dengan pengusaha kertas yang memberikan model utama untuk penggambaran jenis Singa Selatan ini. Jenis singa Fat San, memiliki mulut yang lebih melengkung, sebuah tanduk, dan ekor yang panjang. Sementara singa jenis Hok San, memiliki mulut yang lebih mendatar, tanduk yang melingkar, dan ekor yang pendek. Sekarang ini, jenis singa Fat San, lebih digemari. Selain itu juga terdapat, gabungan kedua singa ini disebut sebagai Fat Hok Lion, yang memiliki mulut berbentuk lengkung, dengan ekor yang pendek. Selain itu dalam perkembangannya sekarang, terdapat pula versi mini dari singa-singa asli berbadan besar, yang dimainkan oleh anak-anak. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang 'Kilin'. Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.

Barongsai di Indonesia

Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Cina Selatan.

Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi. Perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda pribumi Indonesia yang ikut serta.

Pada zaman pemerintahan Soeharto, barongsai sempat tidak diijinkan untuk dimainkan. Satu-satunya tempat di Indonesia yang bisa menampilkan barongsai secara besar-besaran adalah di kota Semarang, tepatnya di panggung besar kelenteng Sam Poo Kong atau dikenal juga dengan Kelenteng Gedong Batu. Setiap tahun, pada tanggal 29-30 bulan enam menurut penanggalan Tiong Hoa (Imlek), barongsai dari keenam perguruan di Semarang, dipentaskan. Keenam perguruan tersebut adalah:
Sam Poo Tong, dengan seragam putih-jingga-hitam (kaos-sabuk-celana), sebagai tuan rumah
Hoo Hap Hwee dengan seragam putih-hitam
Djien Gie Tong (Budi Luhur) dengan seragam kuning-merah-hitam
Djien Ho Tong (Dharma Hangga Taruna) dengan seragam putih-hijau
Hauw Gie Hwee dengan seragam hijau-kuning-hijau kemudian digantikan Dharma Asih dengan seragam merah-kuning=merah
Porsigab (Persatuan Olah Raga Silat Gabungan) dengan seragam biru-kuning-biru

Walaupun yang bermain barongsai atas nama ke-enam kelompok tersebut, tetapi bukan berarti hanya oleh orang-orang Semarang. Karena ke-enam perguruan tersebut mempunyai anak-anak cabang yang tersebar di Pulau Jawa bahkan sampai ke Lampung. Di kelenteng Gedong Batu, biasanya barongsai (atau di Semarang disebut juga dengan istilah Sam Sie) dimainkan bersama dengan Liong (naga) dan Say (kepalanya terbentuk dari perisai bulat, dan dihias menyerupai barongsai berikut ekornya).

Saat ini barongsai di Indonesia sudah dapat dimainkan secara luas, bahkan telah meraih juara pada kejuaraan di dunia. Dimulai dengan Barongsai Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dari Padang yang meraih juara 5 pada kejuaraan dunia di genting - malaysia pada tahun 2000. Hingga kini barongsai Indonesia sudah banyak mengikuti berbagai kejuaraan-kejuaraan dunia dan meraih banyak prestasi. Sebut saja beberapa nama seperti Kong Ha Hong (KHH) - Jakarta, Dragon Phoenix (DP) - Jakarta, Satya Dharma - Kudus, dan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) - Tarakan. Bahkan nama terakhir, yaitu PSMTI telah meraih juara 1 pada suatu pertandingan dunia yang diadakan di Surabaya pada tahun 2006.Perguruan barongsai lainnya adalah Tri Pusaka Solo yang pada pertengahan Agustus 2007 lalu memperoleh Juara 1 President Cup.

Pengiring Alunan Barongsai

Yang paling akhir dan tidak kalah penting adalah iring-iringan waktu tarian-tarian ini dilaksanakan. Bunyinya kira-kira seperti ini "Dung Dung Ceng" Hehehe!!. Bagian yang paling penting adalah dua instrumen, Drum Cina, yang bikin bunyi Dung, dan simbal Cina, yang bikin bunyi Ceng. Drum ini dibuat dari bahan kayu keras dengan kulit kerbau yang menutupi sepanjang lingkaran atas, dan didalam drum ini terdapat lempengan logam, yang menjadi penghasil bunyi dan penguat bunyi agar suara drum terkesan menjadi lebih dalam. Pemain drum adalah pemimpin seluruh kegiatan ini, wong, gerakan naga dan singa ini ditentukan oleh bunyi drum. Sementara pemain simbal, akan berada disamping penabuh drum, yang akan melihat ke arah mata sang singa.

~ Elaine Ye ~

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA