Menurut dr.Samuel Oetoro, Sp.GK, tinggi badan di bawah standar (stunting) bisa dihindari. "Sebenarnya tinggi badan anak laki-laki minimal setinggi ayahnya dan tinggi badan anak perempuan minimal setinggi ibunya. Jadi bisa dimaksimalkan lebih dari itu," katanya.
Tinggi badan anak memang salah satunya dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi masih ada faktor lain yang punya peranan besar, yakni faktor kebiasaan dan lingkungan. Faktor kebiasaan, meliputi pola makan, tingkat aktivitas dan istirahat anak.
"Berikan anak makanan yang mengandung gizi seimbang karena tidak ada satu jenis makanan yang bisa memenuhi semua kebutuhan nutrisinya. Untuk tumbuh tinggi, anak bukan perlu protein saja, tapi juga perhatikan karbohidrat, lemak, dan vitaminnya," katanya.
Untuk mendukung pertumbuhan tulang, ajak anak untuk beraktivitas fisik. "Untuk anak balita biarkan ia bermain, berlari dan melompat, jangan hanya pasif bermain games atau duduk di depan tv," cetus ahli gizi dari Semanggi Klinik itu.
Pada anak yang mulai remaja, ajak mereka untuk berolahraga secara teratur. "Olahraga yang bersifat ketahanan, seperti basket atau berenang sangat baik untuk pertumbuhan tulang," imbuhnya.
Meski demikian, olahraga sebaiknya tidak dilakukan berlebihan. "Maksimal 15 jam setiap minggu. Terlalu capek juga tidak baik karena tubuh menjadi asam sehingga metabolisme sel terganggu. Anak justru sulit tumbuh tinggi," katanya.
Itu sebabnya, faktor istirahat tidak boleh diabaikan. "Anak-anak sebaiknya tidur 7-9 jam setiap hari," imbuhnya. Saat tidur tubuh akan memproduksi hormon pertumbuhan dan regenerasi sel.
Terakhir, faktor lingkungan. Biarkan anak tumbuh dalam lingkungan sehat, jauh dari polusi, termasuk polusi rokok.
Bila memasuki usia pra remaja (10-12 tahun) tinggi badan anak Anda masih tampak pendek dibanding teman sebayanya, periksakan anak ke dokter ahli endokrinologi.
"Nanti akan diperiksa apakah tinggi badan anak masih bisa dipacu dengan cara memeriksa apakah tulangnya sudah menutup atau belum. Jika belum terlambat, tinggi badan anak bisa dipacu dengan hormon pertumbuhan," pungkasnya.(Kps)
Disalin oleh: Eddy Tantoro