BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 15 Februari 2011

MAKNA EMPAT PENEMUAN BESAR CHINA KUNO

Membicarakan teknik pembuatan kertas, percetakan, kompas dan mesiu pada zaman China kuno, keempat penemuan tersebut sungguh-sungguh patut dibanggakan.

Bagi perkembangan peradaban umat manusia secara keseluruhan, keempat penemuan tersebut telah berperan sangat besar, berpengaruh begitu mendalam terhadap sejarah yang sama sekali tidak bisa digantikan atau dilampaui oleh peradaban lainnya. Berkat keempat penemuan itu, China tampil ke forum dunia, sekaligus menjadi pusat perhatian mancanegara.

Menengok kembali sejarah, barangkali berkat kemurahan hati sang Pencipta yang memilih Tanah Dewata atau barangkali berbagai kesempatan dan takdir pertemuan yang "kebetulan" sehingga keempat penemuan besar itu selamanya tertoreh di kitab sejarah China dan sejarah dunia.

Keempat maha penemuan tersebut, bobot muatannya nyaris merupakan urat nadi perkembangan umat manusia secara keseluruhan, misinya ialah kebudayaan pewarisan Dewata dari Tanah Dewata, terutama kebudayaan kultivasi (metode penempaan dan peningkatan pengendalian emosional dan spiritual diri secara terus menerus sampai tercapai kesempurnaan) dapat disebarkan ke seluruh bangsa dunia. Maka itu, dari makna dan sudut pandang tertentu, bukan sembarang bangsa diperbolehkan menciptakan keempat penemuan tersebut. 

Di antara keempat penemuan itu, asal muasal teknik pembuatan kertas dan teknik percetakan dilatar-belakangi keberadaan agama Buddha yang kala itu mulai populer dan tersebar luas di China, sehingga membutuhkan kertas dalam jumlah besar guna percetakan sutera (kitab) Buddha.

Setelah kedua penemuan tersebut diterapkan dalam masyarakat, di dalam sejarah ribuan tahun umat manusia, telah tercatat dan tercetak kisah sejumlah besar koleksi kitab-kitab pusaka yang berharga. Dengan demikian peradaban Tionghoa memperoleh pewarisan ortodoks yang sangat sistematis, sekaligus kitab suci dan anekdot berharga dari para tokoh aliran Buddha, Khonghucu dan Dao (Taoisme).

Meski mengalami api peperangan sejarah cukup lama, namun pada posisi khusus di dalam temaram kehidupan mereka dapat tersimpan dengan baik dan relatif utuh, sehingga mencerahkan manusia setiap zaman agar melaksanakan kebajikan dan mengutamakan akhlak serta berpengaruh hingga kini.

Mesiu bermula dari alkimia aliran Taoisme, ia juga dipergunakan di dalam pengobatan tradisional China. Seiring dengan perkembangan sejarah, lambat laun ia berperan utama di dalam teknik kemiliteran.

Menurut dogma kalangan agama Barat dan Timur serta dunia kultivasi, kehidupan manusia di dunia senantiasa membawa serta karma (dosa). Supaya jiwa umat manusia terhindar dari pelapukan, sang Pencipta secara berkala melakukan pengaturan sejumlah perang yang mengerikan, untuk memusnahkan karma manusia.

Dalam kancah peperangan, mesiu berperan besar dalam membunuh dan melukai banyak orang.    

Hikmah tersebut mengingatkan kepada umat manusia, baik bagi seorang manusia maupun sebuah bangsa, hanya melalui kultivasi dan berperilaku bajiklah baru dapat memperkokoh landasan pokok nurani. Begitu kehilangan kekangan moralitas dan ilmu hati, sehingga rusak sampai ke taraf tak tertolong lagi, dengan terpaksa sang Pencipta mengambil cara yang dipandang perlu untuk memusnahkan karma makhluk hidup, serta menghukum politik kekerasan penguasa lalim.

Eksistensi mesiu juga mempunyai hikmah mengingatkan manusia di dunia agar dalam segala hal memuliakan akhlak, mencegah kekerasan militer dan mengubahnya menjadi kesejahteraan, melaksanakan politik penuh kebajikan, mengangkat pejabat berbudi luhur, barulah berjalan pada jalur Dao (jalan spiritual menuju kesempurnaan) sang pemimpin yang sesungguhnya.

Munculnya kompas, merupakan semacam perwujudan dan pemahaman pencerahan spiritualitas dari kemanunggalan antara manusia dan alam semesta oleh para kultivator zaman kuno setelah mencapai tingkatan tertentu. Pada zaman dahulu, kompas di China juga disebut sebagai  Si Nan (司南 / penuntun jitu arah selatan). Kompas primitif memiliki kaitan erat dengan batu magnit.

Para kultivator zaman dahulu beranggapan, di dalam alam semesta yang maha luas ini, di dalam ruang/dimensi dan waktu yang berlainan, dipengaruhi medan energi dari semacam magnet (mandarin: Cí (磁) kala itu disebut pula Cí (慈) belas kasih).

Oleh karena itu badan langit jagad raya yang tak terhingga ini di dalam  ruang / dimensi waktu yang tak berbentuk, berkat peran medan energi magnet tersebut, dari tak berbentuk menjadi berbentuk, demikian pula bintang-bintang yang tak terhitung banyaknya bisa tetap berada di posisi masing-masing, segala sesuatunya berjalan dengan tertib dan teratur.

Di dalam kebudayaan China kuno, arah selatan adalah posisi yang paling dimuliakan diantara empat arah mata    angin. Itulah sebabnya sejumlah bangunan puri dan istana megah, kuil dan wihara agung, kebanyakan berkiblat ke selatan. Kemungkinan juga merupakan sebuah pertanda, baik di dalam kultivasi (kerohanian) maupun memerintah (keduniawian), agar tidak kebingungan dan jangan sampai kehilangan arah.

Disalin oleh: Chen Mei Ing

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA