Di dunia ini tidak ada orang yang sempurna, antara orang tua dan anak-anak, suami istri yang paling akrab sekalipun.
Semuanya tak akan terhindar dari waktu-waktu yang tidak selaras. Karena kesenjangan antar generasi yang berbeda memang ada. Seperti kata Perenungan Master Cheng Yen, "Menghadapi masalah apapun harus bisa berpegang teguh pada prinsip, jangan memaksakan diri untuk mengikuti keinginan orang, jika selalu bersikap seperti ini, biasanya bukan saja tidak bisa menyadarkan orang bersangkutan, malah diri sendiri akan terseret pada kondisi yang tidak menyenangkan."
Cerewet sudah merupakan karakteristik yang muncul, orang tua selalu ingin melindungi, karena perhatian dan kekhawatirannya maka akan tak bosan-bosannya mengingatkan. Orang tua yang cerewet banyak jumlahnya, orang tua yang tidak cerewet justru sangat jarang, karena daya ingatan mereka juga sudah semakin menurun.
Acap kali karena kita bicara terlalu blak-blakan, sehingga pertemuan menjadi tidak enak, bubar dengan tidak menyenangkan, bahkan terjadi permusuhan dengan orang lain. Saat demikian mengapa tidak berpikir dari sudut pandang lain, bila kita dengan tenang mengerti perasaan orang lain, daripada berdalih habis-habisan untuk suatu percekcokan, lebih baik mencari kesenangan hati diri sendiri dengan melepaskan rasa harga diri, curiga cemburu, bersaing, khawatir dan lain lain yang berlebihan, maka semuanya akan terasa menjadi lebih ringan dan menyenangkan!
Apabila kita dapat berusaha agar tidak terpengaruh oleh lingkungan, memelihara hati yang tenang damai, saling memberi peluang yang lebih banyak, membiarkannya terjadi secara alami, tentu saja tidak akan mudah menjadi resah dan naik darah.
Kita sering kali mudah tersesat dalam mitos untuk menilai terlalu tinggi diri sendiri dan mengabaikan orang lain, mengharapkan orang lain menyetujui pandangan kita, bahkan sering kali menganggap diri sendiri saja yang benar dan tidak mau menerima pendapat orang lain, membenarkan pernyataan sendiri dan menuntut orang lain sangat ketat, namun longgar terhadap diri sendiri.
Pengendalian perasaan adalah bidang ilmu pengetahuan yang besar, sangat tinggi dan mendalam. Perasaan positif: penuh suka cita, gembira, hangat, lembut, harmonis, santai, tenang, damai dan lain lain barulah merupakan sasaran yang dengan gigih dan sungguh, harus dikejar.
Sebagian besar perdebatan dan pertentangan adalah direka-reka dan sama sekali tidak bermanfaat, terkadang hanya karena atmosfir percakapan yang kurang menyenangkan, ekspresi yang tegang, wajah tanpa senyum, suara yang mendesak dan faktor-faktor lain yang secara kebetulan menimbulkan salah kaprah; ataupun kita terlalu menaruh perhatian terhadap cerita di balik kata-kata yang diucapkan secara sengaja atau tidak sengaja, terlalu mengkhawatirkan perasaan diri sendiri, sehingga begitu mendengar kata-kata yang tidak sesuai hati kita segera meledak, segera menggempur balik.
Dengan demikian, meskipun pandangan yang dinyatakan berbeda, sangat mudah menimbulkan pertikaian karena telah mengabaikan pemberian penjelasan dan penghargaan yang sesuai. Kalau toh hati sudah tenang dan damai, masih ada untung rugi atau benar salah apa lagi yang mesti diperdebatkan? Sesungguhnya, tindakan yang pandai dan bijak adalah :
- Banyak mendengarkan (mengamati perkataan dan air muka) banyak berusaha memahami dengan mengandaikan diri sendiri ada pada posisi orang lain. Memandang tapi tidak nampak, mendengarkan tapi tidak masuk ke telinga, dengan hati tidak bergerak mengendalikan semua perubahan, merupakan tingkat tertinggi dari suatu kemampuan penguasaan diri.
- Sedikit berbicara (sedikit mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan maknanya yang sesungguhnya, sedapat mungkin menghindari penggunaan kata-kata yang tajam. Membungkam dengan tenang belum tentu menunjukkan suatu persetujuan karena dapat juga merupakan penolakan sebesar-besarnya).
Bila kita dapat membuat diri sendiri waspada, banyak memikirkan orang lain, memiliki saling pengertian, perhatian dan maaf, memperhatikan situasi pada saat kita berbicara dan nada bicara kita, selalu ingat agar bertindak perlahan-lahan (lemah lembut), lambat (tidak terburu-buru), sempurna (berlangsung dengan sempurna tanpa halangan), dapat diyakini bahwa setiap langkah di esok hari akan menjadi lebih baik.
Menunjukkan pengertian dan simpati pada orang lain dengan memosisikan diri sendiri pada posisinya sebenarnya tidaklah sulit, asal kita mempunyai hati. Mau menggunakan hati berdiri di pihak lawan untuk melihat suatu permasalahan. Masalah apapun yang besar dapat diperkecil, yang kecil dapat ditiadakan, seperti perahu yang melewati air tidak meninggalkan bekas luka, inilah yang disebut "dunia sebenarnya tidak ada masalah, manusia sendirilah yang membuat kekacauan." [Susan Sie / Bandar Lampung]