BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 11 Maret 2011

LUO YANG ZHI GUI

Zuo Si ialah seorang sasterawan yang terkenal di China pada zaman Dinasti Jin. Sebenarnya, dia seorang budak nakal yang tidak mau menuntut ilmu ketika masih kecil. Perkara itu sangat memusingkan kepala ibu bapaknya.

Pada suatu hari, ketika berbicara dengan beberapa orang kawannya, bapak Zuo Si mengeluh, sambil berkata:

"Anak saya ini langsung tak mau belajar. Nampaknya susahlah baginya untuk mencapai apa-apa kejayaan apabila dewasa nanti."

Perkataan bapaknya ini terdengar oleh Zuo Si yang kebetulan lalu di situ ketika itu. Dia berasa sedih, dan insaf bahwa dirinya memang tidak dapat mencapai apa-apa kejayaan jika tidak berubah sikap, asyik bermain, dan acuh tak acuh dalam pelajaran. Hasrat untuk belajar dengan tekun supaya dapat mencapai cita-cita yang tinggi demi membalas kasih sayang yang dicurahkan oleh ibu bapaknya selama ini, pun terus tersemat dalam hatinya.

Dengan ketekunannya dalam menuntut ilmu selama beberapa tahun, akhirnya Zuo Si membesar menjadi seorang pemuda yang sangat berilmu. Karangan-karangan yang dihasilkannya selalu mendapat nilai dan pujian yang tinggi daripada gurunya.

Ketika Zuo Si berumur 20 tahun, seisi keluarganya telah berpindah ke kota Luoyang, ibu negara China pada ketika itu. Dengan yang demikian, Zuo Si mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dan berkerjasama pengalaman dengan golongan cendekiawan di peringkat atasan yang menguasai cabang ilmu yang pelbagai di sana. Dengan menyerapnya ilmu pengetahuan dari pelbagai cabang itu, mindanya menjadi semakin cerdas dan terbuka.

Bakat Zuo Si dalam bidang kesusasteraan telah terpancar sepenuhnya apabila dia menghasilkan karyanya "Qi Du Fu" dalam masa setahun sahaja. Kemudian, dia menghabiskan masa selama 10 tahun pula untuk menghasilkan karyanya "San Du Fu", yang kandungannya mencakupi aspek adat istiadat dan budaya tradisi di ibu kota tiga buah negeri, yaitu negeri Wei, negeri Shu dan negeri Wu, sebelum ketiga-tiganya disatukan menjadi sebuah negara di bawah pemerintahan Dinasti Jin.

Sebaik saja karya tersebut disebarkan, ia terus menarik minat dan perhatian pembaca, baik daripada kalangan cendekiawan dan pegawai kerajaan, maupun daripada kalangan rakyat biasa. Disebabkan teknologi mencetak belum dicipta pada ketika itu, maka mereka terpaksa berebut-rebut membeli kertas untuk menyalin buku tersebut, sehingga menyebabkan harga kertas di kota Luoyang melambung tinggi. Peribahasa "Kertas di Luoyang mahal sekali" pun wujud selepas peristiwa tersebut.

Teman pembaca, setelah membaca cerita tersebut, adakah teman-teman paham apa arti peribahasa "Luo Yang Zhi Gui" ini? Sebenarnya, ia digunakan untuk memuji karya-karya yang cemerlang, yang menjadi ikutan ramai atau yang laris jualannya. (*v*)

Mobile Upload by - Chen Mei Ing

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA