Pada masa Yunani dan Romawi kuno mampu membuat bahan celup kristal (alizarin) ungu dari akar suatu tanaman, dan mereka memanfaatkan bahan celup alizarin untuk bahan celup kain serta untuk lukisan. Kekurangannya adalah tidak benar-benar ungu namun warna yang mendekati burgundy. Pada masa Yunani, India dan Persia kuno, mengatasi masalah ini denga
Ketika ahli ilmu pengetahuan melakukan penelitian materi untuk superkonduktor pada tahun 1980-an, mereka secara tidak sengaja menghasilkan bahan celup ungu – BaCuSi206, juga disebut "Ungu Han." BaCuSi206 tidak pernah ditemukan di alam, dan sulit untuk menghasilkan BaCuSi206 bahkan dengan teknologi modern.
Maka itu, sangat mengejutkan ketika para ahli dari biro pemeliharaan artifak di Bavaria, Jerman, yang ikut penelitian teknologi untuk mengawetkan warna lukisan pada kayu dan patung-patung tentara dan kuda dari tanah liat yang dikubur bersama dengan Kaisar Pertama dari Dinasti Qin (259 – 210 Sebelum Masehi) di China, membuat pengumuman berikut ini ketika mereka menghadiri seminar Pemeliharaan Artifak 1997 di Taiwan: "Penelitian kami menyimpulkan bahwa Biru Han (BaCuSi40) dan Ungu Han (BaCuSi206) umum digunakan bahan celup di Gua Dunhuang di Provinsi Gansu, China (kitab-kitab Buddha, lukisan dan patung-patung yang berharga) dan terlukis pada kayu serta patung-patung tentara dan kuda tanah liat yang dikubur bersama dengan Kaisar Pertama Dinasti Qin."
Penemuan para ahli pengawetan artifak dari Jerman membuat kegemparan dan menimbulkan banyak pertanyaan baru di bidang arkeologi: "Bagaimana orang Tionghoa kuno menghasilkan BaCuSi40 dan BaCuSi206? Apalagi pertukaran informasi terbatas pada zaman kuno. Jadi, bahan celup disiapkan dari materi yang ditemukan di alam di tiap daerah. Lagi pula, manusia sekarang tidak mampu menghasilkan BaCuSi206 dengan teknologi modern sampai beberapa dekade yang lalu. Bagaimana mungkin orang Tionghoa memiliki teknologi untuk menghasilkan BaCuSi206 pada 200 Sebelum Masehi?"
Bahan celup ungu yang tercetak pada tanah liat tentara yang dikubur bersama Kaisar Pertama Dinasti Qin adalah BaCuSi206, juga dikenal Ungu Han.
Penemuan lain terhadap bahan celup modern pada artifak kuno berasal dari Amerika Serikat. Yakni Peta Vinland yang kontroversial. Peta Vinland merupakan sebuah peta Latin bertanggal 1434. Sekarang disimpan di Yale University. Banyak ilmuwan berpikir ini nyata, namun banyak yang menganggapnya palsu karena terdapat zat anatase pada tinta, sebuah bentuk khusus dari dioksida titanium. Laporan yang dipublikasikan pada Agustus 2002 mengenai jurnal Radiocarbon, para ilmuwan menyimpulkan bahwa tanggal perkamen Peta Vinland berkisar 1434 Sebelum Masehi, atau hampir 60 tahun sebelum Christopher Columbus menginjakkan kaki di Hindia Barat.
[1]. Peta Vinland pertama kali ditemukan pada 1957 di toko buku di Genewa, Switzerland. Terbuat dari kulit domba dengan panjang 15,76 inci dan lebar 11.03 inci. Tak seorangpun yang tahu siapa pemilik sebelumnya. Menurut peta, Vinland terletak di bagian barat Eropa. Tulisan pada peta itu tertulis, pada bagian, "Dengan kehendak Tuhan, selama melakukan pelayaran panjang dari pulau Greenland menuju selatan ke bagian-bagian tersisa yang paling tidak ramah dari samudera barat, melayari di tengah-tengah es, rekan Bjarni dan Leif Erikson menemukan daratan baru, sangat subur dan bahkan memiliki tumbuh-tumbuhan merambat,….. dimana pulau tersebut mereka namakan Vinland."
Perkamen yang kontroversial ini, disebut Peta Vinland, disimpan di Beinecke Rare Book Yale University dan Perpustakaan Manuskrip.
Awal tahun 1995, Harbottle, bersama dengan Douglas J. Donahue dari Universitas Arizona, dan Jacqueline S. Olin dari Smithsonian Center for Materials Research and Education, melakukan studi ilmiah secara terperinci terhadap parkamen itu. Menggunakan Akselerator Spektrometer Massa milik Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional – Universitas Arizona, para ilmuwan menentukan dengan tepat tanggal 1434 Sebelum Masehi ditambah dan dikurangi 11 tahun. Keakuratan tinggi yang unik terhadap tanggal tersebut dimungkinkan karena tanggal parkamen itu berada pada kurva kalibrasi penanggalan carbon-14. Pengumuman ini telah dikonfirmasikan bahwa tanggal Peta Vinland pada abad ke-15. Columbus mungkin sudah mengetahui Peta Vinland sebelum penemuan Amerika Utara.
Sejak ditemukan Peta Vinland, banyak ilmuwan menyatakan itu adalah palsu. Argumen terbesar adalah: "Tinta pada peta itu hanya dapat dibuat dengan teknologi sintetik modern. Orang Eropa tidak mempunyai teknologi semacam itu pada abad pertengahan." Robin Clark, D. Sc., Sir William Ramsay, Profesor Kimia dari University College London, Inggris, dan kandidat doktoral, Katherine Brown, menggunakan spectroscopy microprobe Roman untuk mengidentifikasi komponen kimia dari tinta di atas Peta Vinland. Mereka menemukan bahwa tinta tersebut mengandung anatase (Ti02), bentuk umum dari dioksida titanium di alam. Beberapa ilmuwan telah menyimpulkan bahwa peta tersebut pasti berasal pada abad ke-20 karena anatase tidak dapat dikumpulkan sampai sekitar 1923
[2]. Jacqueline Olin menirukan tinta empedu keras, seperti tinta yang ditemukan di peta tersebut. Peniruannya terhadap tinta empedu keras mengandung antase (Ti02)
[3]. Namun demikian, Dr. Kenneth M. Towe, seorang geologi di Departemen Paleobiologi, Institut Smithsonia, memberikan argumentasi pada artikelnya 2004 di Analytical Chemistry, "Tinta empedu keras kaya akan besi." Namun, bukti analitis menunjukkan bahwa persentasi besi pada tinta yang ditemukan di peta itu sangat rendah.
[4]. Tanggapan Olin adalah bahwa mungkin besi telah hilang karena kemerosotan tinta dan dia menyarankan untuk penyelidikan lebih lanjut dengan cara lain pada tinta yang mengandung titanium. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa tinta yang ditemukan pada peta itu mengandung tembaga, seng, aluminium, dan emas, dimana mirip dengan banyak tinta pada abad pertengahan. Namun begitu, Rojin J.H. Clark, Christopher Ingold Laboratories, University College London, dengan cepat menyangkal argumentasinya: "Sayang sekali artikelnya berdasarkan spekulasi, kurang logika, dan juga kurang informasi atau pandangan baru tentang tinta, hanya terdiri atas penulisan ulang dari publikasi awalnya. Publikasinya telah menyiram minyak kepada ilmu pengetahuan dan pers populer dimana akan membakarnya, sepenuhnya tidak tepat, kontroversial terhadap topik ini."
[5]. Ada dua ulasan utama atas perdebatan panas terhadap keaslian Peta Vinland. Pertama, asumsi umum terhadap bahan kimia bahwa teknologi kuno pasti kurang berkembang dari pada teknologi modern. Kemudian, ketika sebuah relik mengandung bahan campuran yang dibuat oleh teknologi yang ditemukan pada zaman modern, ilmuwan modern dengan cepat memegang asumsi mereka dan menyatakan itu adalah palsu. Kedua, untuk pengetahuan sejarah dari keaslian Peta Vinland adalah persiapan untuk penulisan ulang sejarah dimana Columbus pertama kali menemukan Amerika Utara. Ini adalah sebuah perubahan dimana para sejarawan ortodoks modern belum ingin menerimanya.
Dibandingkan dengan kontroversial tingkat tinggi Peta Vinland, bahan celup Biru Han dan Ungu Han Tionghoa agak kurang kontroversi. Karena contoh bahan celup diambil langsung dari kayu dan patung-patung tanah liat serdadu serta kuda yang ditimbun di dalam makam Kaisar Pertama Dinasti Qin, tidak ada seorangpun menanyakan keaslian bahan celup tersebut. Jika contoh bahan celup dikumpulkan dari koleksi barang-barang antik dari pedagang barang antik China di Beijing, banyak orang pikirannya sangat dibatasi oleh keterbatasan mereka, apakah akan melompat ke kaki mereka dan berargumentasi bahwa bahan celup Han Ungu kuno sebagai sebuah kepalsuan zaman modern.
Banyak relik kuno dan catatan-catatan bersejarah telah ditemukan. Banyak artifak ditemukan di makam-makam kuno atau penemuan-penemuan kuno yang tercatat pada catatan-catatan bersejarah dibuat dengan teknologi yang tingkatnya sama atau melebihi teknologi modern. Bahan celup Ungu Han ditemukan pada kayu dan tanah liat serdadu dan kuda yang ditanam di dalam makam merupakan salah satu kasus asli dimana ilmuwan modern tidak dapat menyangkalnya. Para ilmuwan sekali lagi menyatakan lukisan-lukisan prasejarah di gua Altamira adalah kebohongan moderm karena pigmen bumi ditemukan pada lukisan-lukisan tersebut adalah terlalu indah sekali bagi ilmuwan untuk percaya dimana merupakan pigmen prasejarah. Akhirnya ilmuwan membuktikan lukisan-lukisan di gua Altamira adalah asli. Ini adalah sebuah pelajaran, jika kita dapat membebaskan diri kita sendiri dari banyak konsep-konsep sebelumnya dan berada dalam kerangka ilmu pengetahuan serta bersikap objektif dalam analisa ilmiah, umat manusia akan berkembang lebih akurat dan memahami lebih mendalam terhadap sejarah dan budaya kita sendiri. (Mei-Ing)