Angkatan pertama manusia tanah liat yang dibuat oleh Nu Wa, persis seperti boneka, tanpa keidupan, pikiran, atau gerakan. Nu Wa tidak puas dengan mereka, jadi dia bernafas kearah manusia tanah liat tersebut, memberikan mereka jiwa. Segera, mereka berubah menjadi manusia hidup.
Tapi manusia-manusia ini tidak memiliki kebijakan dan kemampuan untuk menanggung perubahan dari luar. Mereka tidak bisa menahan emosi mereka dan tidak memiliki pemahaman tentang bagaimana cara mengatasi perubahan lingkungan mereka.
Mereka tidak punya logika atau pikiran benar dan cenderung mudah mati. Ketika satu kelompok manusia ini meninggal, Nu Wa harus membuat manusia baru lagi. Pekerjaan yang membosankan dan tiada henti.
Nu Wa memberi manusia beberapa kebijaksanaan dan menciptakan alat musik untuk mereka. Dengan musik, lagu dan tarian dikembangkan. Manusia kemudian bisa mengekspresikan perasaan mereka dengan menyanyi dan menari. Sejak saat itu, mereka memiliki budaya untuk mengatur dan memperkaya kehidupan mereka.
Nu Wa meciptakan pernikahan antara laki-laki dan perempuan hidup bersama dan mengembangbiakkan generasi mereka sendiri, sehingga memecahkan masalah punahnya manusia.
Perlahan-lahan manusia belajar untuk mendisiplinkan diri dan menangani perubahan yang tak terduga di lingkungan mereka. Seiring waktu, sejarah manusia, budaya, dan aspek lainnya dibentuk dan tumbuh sedikit demi sedikit. Dengan berjalannya waktu, hidup sederhana mereka tumbuh dari tidak ada apa-apa menjadi kaya akan budaya dan peradaban. (*)
http://yinnihuaren.blogspot.com
Email dari: Siao Fung, Pontianak