Pada suatu hari, Su Qin telah datang ke negeri Qin untuk merekomendasikan pandangan politiknya ke raja Qin, dengan harapan untuk mendapatkan sesuatu jabatan di negeri tersebut. Namun, pandangannya itu terus ditolak oleh raja Qin. Dengan perasaan penuh kecewa, Su Qin yang mengalami kemacetan uang itu, terpaksa pulang ke kampung halamannya di kota Luoyang.
Melihat Su Qin pulang begitu saja, anggota keluarganya tidak menghormatinya lagi, dan memandang rendah padanya. Ada yang langsung tidak mau bertegur sapa dengannya lagi, ada juga yang mempersendakannya. Dengan hati yang penuh duka, Su Qin membangun azam untuk mempelajari taktik perang dengan tekun untuk mengubah nasibnya pada suatu hari nanti. Ketika belajar, dia akan menusuk pahanya dengan sebilah tusuk. Dengan cara itu, dia dapat belajar hingga larut malam hampir setiap hari.
Dengan ketekunannya yang berkelanjutan, Su Qin akhirnya berhasil dengan cemerlang dalam bidang militer. Ketika melihat situasi yang semakin bergolak di Tiongkok pada saat itu akibat kekerasan negeri Qin, dia telah mengembara ke negeri Yan, Zhao, Qi, Chu dan Wei, dan berhasil membujuk negeri-negeri tersebut untuk menjalin hubungan afiliasi dengan negeri Han untuk melawan negeri Qin. Dia pun menjadi kepala kepada tentara bersekutu tersebut.
Pada suatu hari, Su Qin yang memimpin angkatan tentaranya, lalu di kampung halamannya di kota Luoyang. Pada hari itu, semua anggota keluarganya bersiap-siap menunggu di luar rumah untuk menyambut Su Qin. Kakak iparnya yang dulunya selalu mempersendakannya itu, pun memperlakukan Su Qin dengan penuh hormat. Su Qin tersenyum, sambil berkata,
"Dulu kakak selalu menghina saya. Sekarang ini, kakak memperlakukan saya dengan begitu baik pula. Mengapa sikap kakak berubah begitu rupa?"
Kakak ipar Su Qin menjawab,
"Kamu sudah menjadi pembesar yang kaya raya. Mana kakak berani lagi memperlakukan kamu seperti dulu?"
Catatan Keterangan:
Peribahasa "Qian Ju Hou Gong" ini membawa arti sikap yang bervariasi ketika memperlakukan seseorang, yaitu awalnya memandang rendah kepadanya, kemudian memperlakukannya pula dengan penuh hormat. Ia menasehati kita agar jangan menilai orang lain dari sudut kekayaan, pangkat dan kekuasaan semata.
Diterjemahkan oleh: Chen Mei Ing