Wang Xizhi di masa muda belajar menulis kaligrafi kepada Nyonya Wei. Kemudian ia pergi mengembara, mengamati, belajar ukiran-ukiran kaligrafi para maestro kaligrafi kuno. Ia belajar dengan sangat keras. Konon, ia pernah belajar siang malam di sebelah kolam di Lanting, Zhaoxing di Zhejiang, dan mengakibatkan air kolam yang awalnya jernih menjadi hitam. Di waktu istirahat, ia juga sering memikirkan struktur karakter, menggambar dengan jari di bajunya.
Lama-kelamaan, bajunya pun menjadi rusak karena sering ditulisi dengan jari. Akhirnya, ia berhasil menciptakan gaya sendiri yang unik. Tulisan Xingshu dan Caoshu dari Wang Xizhi sangat berpengaruh di kemudian hari. Karyanya yang terkenal yaitu “Lantingji Xu” dan “Kuai Xue Shi Qing Tie“. Kaisar Tang Taizong sangat suka dengan karya Wang Xizhi. Ia secara khusus memilih 1000 karakter yang pernah ditulis oleh Wang Xizhi di dalam karya-karyanya, kemudian digabung menjadi sebuah buku “Gu Qian Zi Wen”(1000 karakter kuno), untuk dijadikan bahan pelajaran para murid.
Gu Kaizhi(345 – 406), adalah pelukis yang sangat menonjol di dinasti Jin Timur. Orang menyebut dia bersama Lu Tanwei, Zhang Sengyao dan Wu Daozi sebagai “Empat Leluhur Pelukis”. Ia pernah berkelana di Tiongkok selatan, mengumpulkan bahan-bahan untuk dijadikan ide melukisnya.
Lukisan tokoh oleh Gu Kaizhi sangat menonjol. Ia menekankan “dengan bentuk menulis jiwa”, melalui mata seseorang dapat melihat rahasia hati. Ia pernah melukis dinding sebuah kuil, sengaja tidak melukis bola mata para tokoh yang dilukis. Saat orang-orang datang melihat, ia baru menambahkan bola mata. Portret orang yang dilukisnya menjadi hidup, seperti orang sesungguhnya. Karya Gu Kaizhi telah lama hilang. Yang masih tersisa adalah kopi dari “Lukisan Sarjana Wanita“, “Lukisan Dewi Sungai Luo” dan “Lukisan Wanita Bermoral“.
Diterjemahkan oleh: Chen Mei Ing