Zheng Chenggong dilahirkan di Nan'an, Fujian, di tenggara Cina pada tahun 1624. Ayahnya Zheng Zhilong adalah seorang ketua kelompok bersenjata lokal dan ibunya adalah warga Jepang.
Zheng Chenggong hidup saat Dinasti Qing yang didirikan oleh etnis Manchu di bagian timur laut Cina meluncurkan perang setahun demi setahun terhadap pemerintahan Dinasti Ming yang didirikan oleh etnis Han untuk menggulingkan pemerintahan Dinasti Ming dan memerintah seluruh Cina.
China adalah negara yang multi etnis. Akan tetapi, pemerintahan yang didirikan oleh etnis Han yang merupakan etnis utama di China telah memerintah China pada berbagai dinasti dalam sejarah feodal yang sekian lama waktunya kecuali pemerintahan Dinasti Yuan yang didirikan oleh etnis Mongol dan Dinasti Qing yang didirikan oleh etnis Manchu.
Pada waktu yang silam, kaum intelektual dan tokoh lapisan atas etnis Han selalu tidak mengakui pemerintahan yang didirikan oleh etnis minoritas seperti pemerintahan Dinasti Yuan dan Dinasti Qing. Dalam perang yang diluncurkan oleh pemerintahan Dinasti Yuan untuk menggulingkan pemerintahan Dinasti Song pada abad ke-13 dan peperangan yang dilaksanakan oleh Dinasti Qing untuk menjatuhkan pemerintahan Dinasti Ming pada abad ke-17, banyak pujangga dan panglima tentara etnis Han telah berada peperangan untuk melawan agresi tentara pemerintahan etnis minoritas dan membela pemerintahan etnis Han.
Pada tahun 1646, tentara Dinasti Qing telah meluncurkan serangan terhadap sisa tentara pemerintahan Dinasti Ming di Fujian. Zheng Zhilong, bapa kepada Zheng Chenggong terpaksa menyerah diri terhadap Dinasti Qing, sedangkan Zheng Chenggong telah berhasil melarikan diri bersama-sama dengan pasukan. Dengan usaha beberapa tahun setelah itu, Zheng Chenggong telah memiliki pasukan yang terdiri dari lebih 100 ribu tentara dan ratusan kapal perang. Ia berhasil mengontrol area pantai tenggara dan selatan China dan bersiap untuk meluncurkan perang terhadap tentara Dinasti Qing untuk memulihkan Dinasti Ming.
Pada waktu itu, negara-negara industri barat sedang giat menduduki tanah jajahannya masing-masing. Kolonialis Belanda telah menduduki pulau Taiwan China pada tahun 1624. Mereka tidak hanya melakukan penindasan kejam terhadap rakyat Taiwan, tetapi juga selalu melanggar area pantai Fujian dan Guangdong China. Ini telah menimbulkan kemarahan rakyat China.
Demi mendirikan basis untuk berkonfrontasi terhadap tentara Dinasti Qing dalam waktu yang panjang, Zheng Chenggong memutuskan untuk mengusir kolonialis Belanda dan membebaskan Taiwan. Setelah mengadakan persiapan yang cukup, Zheng Chenggong memimpin pasukan yang berjumlah 25 ribu prajurit dengan naik ratusan kapal perang menyeberangi laut untuk menyerang tentara Belanda di Taiwan. Dengan bantuan rakyat Taiwan, pasukan pimpinan Zheng Chenggong telah berhasil mendarat di Taiwan di luar dugaan kolonialis Belanda.
Rakyat Taiwan mendukung operasi militer pimpinan Zheng Chenggong untuk membebaskan Taiwan. Mereka menyediakan makanan dan arak ke tentara Zheng Chenggong, malah banyak pemuda Taiwan menjadi anggota pasukan Zheng Chenggong, termasuk sejumlah budak orang kulit hitam yang dirampas oleh kolonialis Belanda. Dalam perang yang berlangsung sekitar setahun, 2000 tentara Belanda tewas dan dicederakan. Militer Belanda telah menyerah diri pada 1 Februari tahun 1662, Taiwan yang diduduki oleh kolonialis Belanda selama 38 tahun telah kembali ke pangkuan tanah air.
Setelah mengusir kolonialis Belanda, Zheng Chenggong melaksanakan eksplorasi di Taiwan. Ia mendirikan pemerintahan lokal, Undang-Undang, mendirikan sekolah, mengembangkan pertanian dan bisnis luar. Ia telah menjalin hubungan bisnis dengan Jepang, Singapura, Vietnam, Indonesia dan negara-negara lain. Berbagai kebijakan yang dilaksanakan oleh Zheng Chenggong di Taiwan telah mendapat dukungan rakyat Taiwan. [Yinnihuaren.blogspot.com]