Menurut catatan dari Dinasti Song, dia bukan hanya seorang pemanah yang baik, tetapi juga terampil dalam penggunaan berbagai senjata. Dia membunuh banyak lawan terkenal di medan perang dan dianggap tiada bandingannya.
Pada 1122, Suku Jurchen utara menyerbu Dinasti Song. Dikarenakan ketidakmampuan penguasa, serta korupsi pemerintah yang merajalela, Dinasti Song terus kehilangan tanah dan hendak diserbu. Saat bergabung dengan tentara, Yue Fei masih berusia lima belas tahun. Ketika ayahnya meninggal, ia berhenti dari tentara dan kembali ke rumah untuk berkabung atas kepergian ayahnya. Pada 1126, ketika Suku Jurchen mengadakan serangan besar-besaran di Dataran Tengah, Yue Fei kembali bergabung dengan tentara.
Sebelum ia meninggalkan rumah, ibunya menato punggungnya dengan perkataan "melayani negeri ini dengan setia". Dia segera naik pangkat karena keberanian dan keberhasilannya di medan perang. Ketika ibukota dikepung Jurchen, Yue Fei bergabung dengan Jenderal Zong Ze, wakil komandan pasukan, ke medan laga dan berulang kali berhasil mengalahkan Jurchen. Setelah Yue Fei memimpin 500 tentara ke medan perang dan mengalahkan 10.000 Jurchens. Zong Ze memuji Yue Fei atas keberaniannya, kebijaksanaan, dan keterampilan pertempuran yang tak tertandingi.
Kecakapan militer luar biasa Yue Fei benar-benar mulai menunjukkan dirinya, setelah ia dipromosikan ke peringkat komandan. Dia tidak pernah mengikuti prinsip-prinsip dan sangat memercayai bahwa "Sebelum pergi ke medan perang, seseorang harus memilih sebuah strategi. Namun, harus kreatif akan perubahan situasi." Zong Ze sependapat dengan Yue Fei dalam hal ini.
Strategi perang dan keterampilan seni bela diri Yue Fei tampaknya datang dengan sangat alami. Dia juga mengatakan bahwa campur tangan Langit memainkan peran dalam apa pun yang dia lakukan. [Widya Wong / Pontianak]
* Sumber: Google Search Engine