Akhirnya pada suatu hari dia berpikir, "Dalam kehidupan sekarang saya sebagai raja, bagaimana kehidupan yang lalu? Apa yang telah saya lakukan?." Setelah berpikir demikian dia lalu mencari orang untuk meramalkan nasibnya.
Dia lalu mencari seorang bhiksu yang sedang berkelana, dan bertanya kepadanya, "Sekarang saya dapat menjadi raja, coba engkau lihat dalam kehidupan yang lalu apa yang saya lakukan, perbuatan amal besar apa yang telah saya lakukan?."
Bhiksu setelah mendengar permintaan raja, memejamkan matanya dan merenung kemudian berkata,"Baginda dahulu adalah seorang tukang kayu, pada suatu ketika sedang mencari kayu di tengah jalan hujan deras, tidak ada tempat berlindung, lalu lari keatas gunung disebuah kuil yang reot berlindung disana."
"Kuil ini karena sudah terlalu lama tidak terurus, patung Budhanya sudah berdebu dan kelihatannya sangat suram, sangat menyedihkan, ketika baginda melihat keadaan itu timbul niat baik, dan berpikir, "Bagaimana melindungi patung Budha ini? pada waktu itu baginda sangat miskin," kata bhiksu itu.
"Pada saat baginda hanya memiliki topi rumput dan mengambil topi rumput ini menutup kepala patung Buddha melindunginya dari curah hujan. Buddha setelah melihat perbuatan ini berpikir, "orang ini hatinya sangat baik, saya akan menjadikannya seorang raja di dunia ini, dan bernasib mujur," bhiksu setelah selesai berkata demikian pergi meninggalkan kaisar Liang Wu.
Kaisar Liang Wu sangat gembira mendengar cerita tersebut dan berpikir, "Sebuah topi rumput membuat saya menjadi seorang raja, saya akan mengerahkan seluruh rakyat mendirikan biara dan membuat patung Budha, dengan demikian saya bisa mempertahankan kedudukan raja selamanya. "
Oleh sebab itu dia memerintahkan seluruh rakyat di negaranya mendirikan biara dan menggunakan bahan kayu dalam jumlah yang sangat banyak meciptakan patung Budha, serta menghabiskan tenaga rakyat banyak dan menjarah kekayaan dari rakyat.
Setelah seluruh biara selesai dibangun, tiga tahun kemudian, kaisar Liang Wu bertemu kembali dengan bhiksu yang dahulu dan bertanya, "Sekarang saya bisa mempertahankan kedudukan raja saya untuk selamanya bukankah demikian?" Bhiksu tersebut menjawab, "Tidak paduka, engkau selain tidak bisa mempertahankan kedudukanmu sebagai raja, bahkan umurmu akan diperpendek.
Kaisar dengan terkejut berteriak, "Kenapa bisa begitu?," Bhiksu itu berkata, "Pada kehidupan yang lalu engkau berbuat demikian berdasarkan kebaikan hati, tetapi sekali ini yang engkau lakukan adalah karena keinginan berkuasa, menghabiskan dan menjarah harta rakyat sehingga menimbulkan kesengsaraan serta kemiskinan rakyat." Kaisar Wu setelah mendengar penjelasan dari bhiksu tertegun tidak dapat mengatakan apapun. [Yolanda Li / Banjarmasin]
* Sumber: Google Search Engine