Kakek ini bertanya kepada petani ini, "Adik, engkau memikul kayu ini mau dibawa ke mana ?" Petani ini dengan nafas terengah-engah menjawab, "Saya membawanya ke kota untuk dijual".
Kakek ini terus bertanya dengan pertanyaan yang sama, "Engkau memikul kayu ini mau di bawa kemana ?" Petani ini dengan penuh kesabaran terus menjawab pertanyaan kakek tersebut. Tetapi kakek tersebut dengan pertanyaan yang sama bertanya terus tanpa berhenti, hampir seratus kali dia bertanya, dan petani ini dengan kesabaran menjadi seratus kali.
Akhirnya sampai di puncak gunung, petani ini bermaksud beristirahat sebentar melepaskan lelah, lalu dia menyadari kakek tersebut telah menghilang kakek tersebut pergi kemana ? Setelah dilihat dengan jelas, kayu yang tadi dipikul yang diletakkan ditanah sekarang telah berubah menjadi setumpuk emas yang berkilau.
Petani segera membawa pulang emas-emas tersebut, lalu membagikan emas tersebut kepada semua penduduk miskin di desa. Dalam seketika, kesabaran dan toleransi dari petani ini yang ditanya ratusan kali dan dijawab dengan kesabaran, membuat seluruh penduduk desa ini menjadi kaya.
Kisah petani dari cerita di atas, memiliki kebajikan moral yang besar sehingga menyentuh hati para Dewa. Adapun yang lebih berharga adalah dia tidak tamak ketika menghadapi gemerlapan kekayaan karena dia masih memikirkan banyak orang miskin yang hidup dengan susah. Orang yang bertoleransi demikian tinggi tentu saja akan menjadi orang yang paling kaya di dunia ini. [Ernawati H / Medan] Sumber: Mingxin
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com