Dari kaisar sampai rakyatnya, mereka secara luas menerima prinsip nilai-nilai : Menghormati Sang Pencipta Menghargai kehendak alam.
Sebagai insan beragama, kita semua tahu bahwa agama mengajar kita semua untuk selalu melakukan kebaikan. Sudah benar-benarkah kita lakukan? Bencana yang terjadi di sana sini, yang merupakan peringatan dari Yang Kuasa, tidakkah kita juga punya andil di dalamnya? Demi negara ini, demi rakyat ini dan demi anak cucu kita, mari kita benahi tutur kata dan tindak tanduk kita, berdiri pada sisi kebenaran dan tidak berpihak pada kejahatan.
Baik adalah sifat alami dari manusia. Hal ini sejalan dengan sifat cinta kasih, yang memberikan dukungan yang tanpa syarat pada hidup. Oleh karenanya, jika orang-orang mengikuti hukum alam, baik kepada orang lain dan menegakkan moralitas, mereka akan dilindungi oleh alam dan kemakmuran akan datang bagi semua. Pada masa lalu penekanan moralitas mempunyai jangkauan luas pada masyarakat.
Orang yang baik dan bermoral tinggi akan dilindungi. Jika ada bahaya, orang-orang baik akan melewati dengan aman. Sebaliknya, jika seseorang bersifat jahat, bencana akan menimpanya. Bila manusia dengan cepat kembali pada kebenaran, dan membayar semua kesalahan-kesalahannya, bencana itu dapat dihindarkan.
Oleh karena itu suatu pemikiran manusia untuk selalu berada di sisi yang benar merupakan hal yang paling krusial. Sejarah mempunyai banyak contoh untuk menggambarkan hal ini. Di bawah ini adalah sebagian contoh-contoh yang dicuplik dari sejarah dinasti di Tiongkok pada masa lalu.
Sebuah kisah dari Dinasti Shang : Dalam satu periode selama pemerintahan Kaisar Chengtang, musim kemarau terjadi sangat serius. Ia pergi berdoa untuk memohon hujan kepada Tuhan bagi rakyat dan negerinya, dan menyalahkan dirinya karena tidak melakukan dengan baik di beberapa bidang. Ia berkata, "Penderitaan rakyat karena kesalahan pemerintahan saya, dan gaya hidup boros saya. Kesalahan-kesalahan di dalam pemerintahan yang saya pimpin adalah korupsi dan mengizinkan orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi pejabat."
Sebelum ia menyelesaikan berdoa, hujan telah turun. Kisah ini menggambarkan bagaimana gaya hidup para politikus pada zaman lampau sebagai cermin pada lingkungan di seluruh negeri. Hal yang terpenting adalah seorang kaisar yang berpandangan terbuka, mampu menyalahkan dirinya dan menerima nasehat dari orang lain.
Untuk para pejabat yang mampu mencari ke dalam seperti ini, Konfusius menyebutnya sebagai "pejabat yang bermoral". Ketika terjadi sebuah bencana alam atau suatu peristiwa yang tidak biasa, kaisar dan para menterinya akan bercermin atas perilaku dan perbuatan mereka sendiri untuk memperbaiki yang salah, guna mengakhiri situasi yang buruk.
Sebuah kisah dari Dinasti Han : Ketika Yuandi menjadi kaisar, terjadi sebuah gempa bumi dan sebuah gerhana matahari di Changan. Yuandi merasa cemas dan menanyakan pada para menterinya tentang permasalahan yang mungkin terjadi di dalam pemerintahannya.
Seorang menterinya, Kuangheng, berkata, "Setiap orang termasuk kaisar harus punya moralitas tinggi. Pemerintah perlu menetapkan dan menjalankan kebijakan yang berdasarkan atas belas kasih agar bermanfaat bagi rakyat. Pengeluaran-pengeluaran istana harus dikurangi dan menekankan pada kejujuran serta kebenaran.
Para menteri harus hidup sederhana serta menegakkan hukum, serius dengan keadilan, dan harus berperan sebagai teladan bagi rakyat. Dalam sektor rakyat menekankan moralitas, kebaikan dan kerukunan. Ketika Pemimpin memberikan contoh yang baik, rakyat akan mengikuti. Sebagai hasilnya, negeri itu akan berhasil dengan baik dan orang-orang dapat hidup dengan damai dan makmur." Apa yang Kuangheng usulkan didukung oleh Yuandi, para menteri lain dan rakyat.
Pada pemerintahan Dinasti Ming : Pada tahun kesembilan pemerintahan Kaisar Zhengde, Huang Tingxuan ditetapkan sebagai komisaris Kabupaten Taicang di Provinsi Jiangsu. Pada waktu itu musim kering dan kelaparan serius tersebar luas di provinsi tersebut. Huang segera membuka gudang-gudang pemerintahan untuk menyediakan pertolongan untuk kelaparan.
Ia meminta agar kaisar mengurangi pajak dan menggantikan pejabat-pejabat yang korupsi dengan yang bisa dipercaya oleh orang-orang. Ia dengan tulus hati berdoa memohon hujan, dan hujan lebat pun turun di daerahnya, tetapi wilayah-wilayah lain tetap didera kekeringan. Rakyat berkata bahwa ini adalah karena Huang memiliki sebuah kebijakan yang welas kasih dan karena itu diberikan imbalan. [Selvia Zheng / Gorontalo]
Iklan baris:
MELAYANI IMPORT BORONGAN DARI SINGAPORE TO JABODETABEK RP.45.000 PER KG
Kontak Telp: 021-26264750 Fax: 021-26264760 Hp.0856-755-0123, 0812-9855-8800 Email: pttci@yahoo.co.id
.