Setelah berhasil lolos dari ujian kenegaraan tertinggi, dia melewati waktunya di rumah menunggu jabatan kenegeraan. Selama periode tersebut dia membaca banyak cerita yang membuatnya menyadari bahwa manusia akan diberikan berkah untuk kebaikan yang dilakukan dan akan dihukum untuk kejahatan yang dilakukan.
Dia menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan merasa takut suatu hari dia juga akan mendapatkan hukumannya. Dia membuat keputusan bahwa dia akan sepenuh hati melakukan kebaikan sebagai seorang manusia. Sejak saat itu, dia hanya mencoba untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi orang lain.
Setahun kemudian, dia buta dan secara mental sangat menyiksanya. Dia menjadi ragu atas apa yang dibacanya dan berkata dengan pedih," Jika saya mampu melewati ujian kenegaraan tertinggi meskipun saya telah melakukan banyak kejahatan. Tetapi setelah saya mencoba untuk menjadi orang baik, saya malah menjadi buta. Apakah ini berarti semua ajaran tersebut adalah suatu kebohongan dan apakah saya akan baik-baik saja dengan menjadi saya yang lama yang penuh kejahatan?"
Sejak saat itu dia kembali lagi menjadi orang yang licik yang sama seperti sebelumnya. Matanya berhasil disembuhkan oleh dokter dan dia dapat melihat kembali. Dia selalu membangga-banggakan bakat sastranya, tetapi tidak dapat menggunakannya ketika dia buta. Tetapi sekarang dia dapat melihat lagi dan dia menggunakan seluruh kemampuan otaknya untuk menulis artikel demi uang yaitu membantu para penjahat lolos dari hukuman. Segera setelahnya, karena artikel fitnah yang ditulisnya, dia secara tidak terduga dijatuhkan hukuman mati.
Ketika seorang bijaksana mendengar ceritanya, dia berkata, "Ini adalah sebuah pelajaran! Lihatlah, seperti yang dikatakan pepatah Tiongkok kuno, 'Dibalik kesialan akan ada keberuntungan dan dibalik keberuntungan akan ada kesialan.' Ketika dia melewati ujian kenegaraan tertinggi sebetulnya adalah awal dari bencana. Akan tetapi, ketika dia buta, sebetulnya dia diberkati agar dia diberi kesempatan untuk membayar segala perbuatan jahat yang dilakukan sebelumnya sebelum akhirnya akan mendapatkan keberuntungan. Akan tetapi, karena dia keras kepala dan membuat keputusan yang tidak bijaksana dengan tetap melakukan kejahatan. Akhirnya dia mengorbankan hidupnya untuk kesembuhan matanya." [Linda Lim / Denpasar] Sumber: Erabaru