Dikisahkan, semasa Dinasti Ming, Futai yang baru [Futai = Gubernur Jenderal Provinsi] menempati kantornya di Kota Hangzhou. Nama keluarganya juga Qin, dan ia keturunan Qin Hui. Tidak lama setelah menduduki pos barunya, suatu hari sang Futai diajak berkeliling Danau Barat oleh seorang bawahannya. Ketika tiba di Kuil Yue Fei dan melihat leluhurnya berlutut di hadapan Yue Fei, ia bergegas menutup wajahnya dengan kain dan berbalik.
Sekembalinya ke Yamen [Kantor Gubernur semasa feodalisme di Tiongkok], sang Futai menjadi gelisah. Ia memanggil bawahannya untuk membicarakan bagaimana menyingkirkan patung-patung besi tersebut.
Sang bawahan memegang janggutnya, berpikir sesaat dan berkata, "Jika kita menyingkirkan patung secara terbuka, orang-orang tentunya tidak akan mengizinkan, dan mungkin akan timbul keributan. Menurut pendapat saya, lebih baik jika sepasang patung tersebut dibuang ke Danau Barat. Tenggelam dalam danau sebesar itu, mereka bahkan tidak mungkin menemukannya jika seluruh air danau dikeringkan.
Futai berseru, "Bagus! Bagus!" Kemudian ia memerintahkan untuk menyingkirkan patung pada malam hari dan membuangnya ke dalam danau.
Diluar dugaan, esoknya pada pagi hari muncul kejadian aneh. Air Danau Barat mulai berbau. Sangat berbau sehingga orang-orang menjadi lemas dan ingin muntah jika mendekati air.
Seseorang menemukan dua patung besi di depan Kuil Yue Fei telah hilang dan berteriak, "Lihat, dua patung itu hilang. Seeorang pasti membuangnya ke Danau Barat. Kalau tidak, mengapa airnya menjadi berbau tidak sedap?"
Setelah menemukan patung tersebut hilang, banyak orang-orang yang datang ke kantor Futai untuk melapor dan memohon agar penjahat yang melakukannya ditahan.
Sang Futai sedang tidur. Mendengar keributan, ia terbangun dan bertanya apa yang terjadi. Bawahannya menerangkan apa yang terjadi. Memiliki perasaan bersalah, Futai memberitahu bawahannya agar memberitakan ia sedang sakit.
Apakah orang-orang kemudian bubar? Tidak. Semakin banyak orang berdatangan dan massa hampir merubuhkan patung singa dari batu di depan halaman kantor gubernur. Futai takut kerusuhan akan terjadi bila situasi terus berjalan seperti itu, sehingga ia memaksa diri untuk keluar dan menghadapi massa. Ia berkata, "Semua ini hanya desas-desus. Jangan segera mempercayainya.
Massa berkata, "Jika melihat anda akan segera tahu, apakah itu desas-desus atau bukan."
Massa mengelilingi Futai dan dengan gigih menariknya untuk ikut dan melihat sendiri. Futai tidak ada pilihan selain duduk di tandu besar yang diusung oleh 8 orang dan mereka segera menuju ke Danau Barat. Beberapa li (1 li = 500 meter) sebelum danau, ia mencium bau yang menyengat bertiup ke tandunya. Beruntung ia belum makan pagi karena tidak ada kesempatan. Bahkan itupun ia hampir muntah.
Setibanya di danau, Futai mengintip melalui celah tirai, tidak melihat apapun kecuali massa yang besar di hadapannya. Dengan berdebar, ia turun secara perlahan dari tandunya. Ia berbatuk beberapa kali dan berkata, "Adalah wajar jika air danau berbau sesaat dan harap saudara sekalian tidak membesar-besarkan hal ini. Menurut pendapat saya, hal ini tidak terkait dengan patung besi."
Segera beberapa orang berteriak di kerumunan, "Apa hubungan anda dengan Qin Hui? Mengapa anda bahkan menutup-nutupinya?!"
Untuk sesaat, Futai tidak tahu bagaimana harus menjawab. Ia menenangkan diri dan berkata pada dirinya, "Jangan gugup! Patung telah tenggelam ke dasar danau, siapa yang bisa menemukannya?" Pikiran tersebut membuatnya nyaman, dan ia kemudian berkata secara sombong, "Hentikan membuat keonaran yang disengaja. Jika ada yang bisa mengambil patung dari danau, saya bersedia mengundurkan diri dan dihukum!"
Seketika kata-kata tersebut diucapkan, air danau yang hitam tiba-tiba menjadi terang dan jernih. Sepasang patung besi muncul dari dasar danau, seperti diangkat oleh seseorang, hanyut ke arah Futai.
Futai sangat ketakutan dan wajahnya menjadi pucat pasi. Ia berlari ke arah tandu dan berteriak, "Lari! Lari!"
Saat Futai melarikan diri, massa yang marah mulai melempari batu ke tandunya. Ketika tiba di kantor gubernur, banyak lubang akibat lemparan batu terlihat di atap tandu. Tiga benjolan besar sebesar kacang kenari terlihat di kepala belakang Futai. Malam harinya, tidak berani mengenakan pakaian kebesaran seorang pejabat, keturunan Qin Hui melarikan diri dari Kota Hangzhou seperti seekor tikus tenggelam.
Setelah patung besi hanyut ke tepi, orang-orang mengangkatnya dari air dan meletakkan kembali ke tempat semula, berlutut di hadapan altar Yue Fei. [Elisabeth Wang / Banda Aceh]