Sesampai di Danau Dongting, Tuan Ping langsung menyusun strategi Naga untuk menutup semua jalan keluar monster ikan hitam itu, kemudian melepaskan Yi. Mereka berperang, akhirnya monster ikan hitam itu terbunuh, dan mati di dasar danau.
Malam itu, turun hujan badai. Untunglah kami menemukan sebuah rumah rusak di pinggir danau, mungkin dibangun oleh nelayan kemudian ditinggalkan karena sudah rusak. Daun pintunya dari selembar papan yang jatuh di bawah sudut tembok. Saya mengambil pintu tersebut. Di lantai ada tumpukan jerami, saya membalik jerami, di bawahnya basah dan ada serangga. Kami membersihkannya, membuang bagian yang basah, kemudian menutupnya dengan rumput kering, lalu kami duduk di atasnya.
Ada sebuah jendela kecil yang menghadap ke arah danau, dapat melihat pemandangan danau. Tuan Ping menitipkan saya pada Shinse Ajaib, dia berulang kali berpesan agar saya jangan sembarangan berkeliaran, tinggal di dalam rumah, jangan mendekat ke danau. Saya mengangguk, Tuan Ping kemudian membawa toples menuju danau.
Hari itu gelap berkabut, tak dapat melihat pemandangan sisi lain danau, batasan pertemuan antara langit dan air juga samar-samar, kabut di atas danau terbentang luas, pemandangan itu membuat hati saya terasa lapang, santai dan bahagia. Tapi yang paling saya harapkan adalah melihat pertempuran monster Yi melawan ikan hitam. Karena menunggu begitu lama dan telah mempersiapkannya di sepanjang jalan, semua itu adalah demi momen ini.
Setelah Tuan Ping pergi, saya dan Shinse Ajaib tinggal di dalam rumah itu. Shinse Ajaib duduk bersila di atas jerami, lalu bertanya pada saya, “Apakah pernah bermeditasi masuk ke dalam kondisi hening?” Saya bingung menggelengkan kepala. Shinse Ajaib tertawa, mulutnya berkata, “Sayang…sayang.” Saya tidak mengerti maksudnya, namun Shinse ajaib hanya tertawa tak menjelaskan lebih lanjut. Setelah hari gelap, tiba-tiba angin bertiup semakin kencang, sepertinya akan hujan lebat. Saya memandang ke arah danau, awan hitam dimana-mana, tak bisa melihat apapun.
Saat ini Shinse Ajaib berkata pada saya, perang akan segera dimulai, ia juga akan melihat pertempuran tersebut. Saya bertanya, bagaimana caranya? Shinse Ajaib mengatakan bahwa pertempuran ini ada di dasar danau, dan terjadi di alam lain, mata fisik saya ini tidak dapat melihatnya. Paling-paling hanya melihat di permukaan danau ada riak yang muncul, tapi karena gelap mungkin apa pun tidak terlihat. Setelah itu Shinse Ajaib mengelus kepala saya, sambil tertawa terbahak-bahak.
Sekarang saya menyadari apa maksud Shinse Ajaib mengatakan “sayang...sayang.” Saya dengan cepat mengeluarkan kepala keluar dari jendela, memandang ke arah danau, hanya melihat seluruh pemandangan hitam gelap, air danau juga hitam gelap, tidak bisa melihat apa-apa. Saya jadi sangat cemas, merasa kehilangan, tidak ingin melewatkan pertempuran sengit ini, saya dengan cepat berbalik badan, mohon kepada Shinse Ajaib coba cari jalan keluar membawa saya untuk melihatnya.
Namun begitu saya memalingkan kepala, Shinse Ajaib telah memasuki kondisi hening. Saya merasa kehilangan lalu duduk di sudut ruangan. Terpaksa harus menunggu peperangan selesai, baru bertanya kepada Tuan Ping apa yang terjadi. Hujan semakin lama semakin lebat, curah hujan membuat genting di atas atap berderit, tiupan angin membuat air hujan masuk melalui pintu. Saya segera menutup pintu dan menahannya dengan kayu. Tidak lama kemudian lantai mulai basah, dan atap juga bocor, air mengalir ke bawah melalui atap yang bocor jatuh ke tubuh Shinse Ajaib, namun ia sama sekali tidak bergerak. Saya segera mencari sesuatu untuk memayungi Shinse Ajaib.
Sambil memayungi Shinse Ajaib, saya melihat sisi danau, tapi tidak bisa melihat apa pun. Saya tidak tahu sudah berapa lama, tiba-tiba melihat lingkaran cahaya putih, sangat terang, berbentuk lingkaran berputar, seperti dipancarkan dari dasar danau, langsung memancar ke langit, dalam kegelapan saya melihatnya jelas sekali. Setelah berlangsung beberapa detik, cahaya itu menghilang, kemudian gelap dan tak terlihat apa-apa.
Perlahan-lahan hujan berhenti, angin juga berhenti. Larut malam, Shinse Ajaib terbangun dari kondisi hening, ia memegang jenggotnya berkata sangat seru, benar-benar pikirannya baru terbuka. Saya semakin penasaran, dengan bergegas bertanya kepadanya apa yang terlihat, apakah monster ikan hitam telah disingkirkan oleh Tuan Ping. Shinse Ajaib menatap saya yang tampak cemas, dia hanya tertawa tak menjawab, tampaknya sengaja menggoda saya dan seperti membuat masalah jadi misterius, dia menggelengkan kepalanya mengatakan, “Rahasia langit tidak boleh diungkap.” Saya merasa kecewa.
Tidak lama kemudian, Tuan Ping kembali, hujan begitu lebat, saya melihat badannya tak basah, rambutnya juga kering. Saya cepat bertanya apa yang terjadi, bagaimana akhirnya monster ikan hitam itu. Tuan Ping, dengan singkat menjawab pertanyaan saya, seperti yang disebutkan di awal artikel.
Saya benar-benar kecewa, mereka tahu apa yang terjadi, dan tahu itu sangat seru, namun tidak mau bercerita kepada saya. Perlahan-lahan hati saya bergejolak muncul kemarahan dan kebencian pada mereka, saya seorang diri duduk di pojok, tidak menghiraukan mereka.
Tuan Ping sepertinya tahu apa yang saya pikirkan, ia duduk di samping saya, saya tidak mau melihatnya. Tuan Ping mengatakan, “Rasa ingin tahu belum tentu sesuatu yang baik, manusia fana selalu suka petualangan, selalu ingin melihat hal-hal yang baru, tetapi selalu mengabaikan esensi misterius di baliknya. Ini adalah manusia yang tersesat, jadi selalu tersesat sepanjang masa, tetapi orang yang berkultivasi malah menggunakan misterius melihat keindahannya, sehingga muncul kebijakan, dan menjadi jiwa Dewa.”
Kata-kata Tuan Ping yang tenang dan datar, melepaskan simpul hati saya, saya mengangguk dengan lembut, tahu diri saya telah salah.
Saya tiba-tiba teringat cahaya putih tengah malam di danau, saya bertanya padanya apa itu. Tuan Ping berpikir sejenak, mengatakan itu adalah Asura yang bersembunyi di dalam danau, mungkin peperangan telah menguncangkan mereka sehingga mereka melarikan diri dari sarangnya karena ketakutan. Saya sangat terkejut bertanya, bagaimana Asura bisa di Bumi, bagaimana bisa bersembunyi di dasar danau.
Tuan Ping mengatakan, Asura juga dibagi ke dalam banyak jenis, dibagi dalam berbagai tingkatan dan alam. Sejak zaman kuno di planet bumi ini sudah ada Asura, tapi taraf tingkatan mereka sangat rendah, adalah Asura yang terendah. Asura yang tingkatannya tinggi tidak akan datang ke Bumi. Hanya pada zaman dulu hal seperti ini sangat sedikit, kadang-kadang akan ketemu. Sekarang fenomena langit berubah, Yin dan Yang berbalikan, maka makhluk ini juga mengambil kesempatan, secara besar-besaran bergegas turun ke Bumi. Mereka terus berhubungan dengan manusia, juga mengajarkan sesuatu dan cara-cara sesat kepada umat manusia, ini sangat rahasia, tidak boleh diungkapkan.
Mereka juga memiliki meridian yang berhubungan dengan dunia mereka, mampu menyampaikan informasi dan energi. Meridian mereka terus berhubungan dengan dunia tempat mereka hidup, dapat bertukar informasi dan transfer energi dengan mereka. Bertahun-tahun yang lalu, mereka berhasil menembus beberapa lapisan ruang waktu yang dekat dengan manusia. Dalam ruang dan waktu ini, mereka membentuk basis, titik akupuntur, dan kemudian ditata penuh dengan meridian mereka, sampai terus berhubungan ke Bumi. Setelah proyek ini selesai, mereka mulai berbondong-bondong dalam jumlah besar datang ke dunia manusia. [Susan Sie / Bandar Lampung]