Pada saat ini bhiksu Liangquang baru pulang dari luar, kepergok dengan pencuri tersebut.
Bhiksu Liangquang dengan tenang berkata kepada pencuri tersebut , "Engkau tentu telah melakukan perjalanan yang jauh sampai kesini, tidak seharusnya pulang dengan tangan kosong, saya akan memberikan baju yang saya pakai ini sebagai hadiah untukmu, ini saya hadiahkan kepadamu." Sambil berkata demikian bhiksu Liangquang membuka bajunya menyerahkan kepada pencuri tersebut.
Pencuri ini dengan grogi menerima baju tersebut lalu segera berlari meninggalkan tempat tersebut.
Bhiksu Liangquang bertelanjang dada hanya bisa duduk diteras kuil, dia memandang ke bulan yang bersinar terang, didalam hatinya berkata, "dia adalah seorang yang menyedihkan, jika memungkinkan, saya ingin sekalian memberikan kepadanya bulan yang indah ini!"
Malam telah berlalu, fajar mulai menyingsing. Bhiksu Liangquang berjalan masuk kedalam kuil, dia berjalan kedepan altar dan duduk didepan altar, tiba-tiba dia menyadari, baju semalam yang dihadiahkan kepada pencuri tersebut, sekarang terlipat dengan rapi diletakkan di atas altar.
Bhiksu Liangquang dengan belas kasihnya, mengubah pencuri tersebut. Yang dia hadiahkan kepada pencuri tersebut bukan hanya sehelai pakaian, juga sebuah bulan purnama.
Bulan purnama adalah kebaikan hati, karena didalam hatinya ada bulan purnama, sehingga dapat menyinari sanubari orang lain. [Aprilda Bong / Makassar]
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id