Begitu menyinggung tentang Kuil Dewi Bunga, penduduk desa langsung bercerita, banyak orang berdoa ke sana, katanya sangat manjur, orang dari jauh juga berdatangan. Setelah Shinse Ajaib menanyakan jalan menuju ke sana, dia bertanya pada Tuan Ping, Dewi Bunga itu Bodhisattva dari mana, dia bilang belum pernah mendengarnya.
Tuan Ping menggelengkan kepala, tidak pernah mendengar, ia juga ingin ke sana melihatnya. Shinse Ajaib mengatakan, dia tidak mengerti hal-hal seperti ini, takut tidak tahu etika malah menyinggung Bodhisattva, masalah ini harus Tuan Ping yang mengerjakannya. Shinse mengatakan dia akan tinggal di desa bersosialisasi dengan mengobati penduduk, menjalin hubungan sesuai hati manusia, kita belum mengenal daerah ini, mencari kerja juga tidak mudah, nanti jika ingin menarik manusia babi keluar dari sarangnya, juga harus meminta bantuan penduduk desa.
Tuan Ping menganggukkan kepala, lalu saya pergi dengannya. Setelah mencari lebih kurang satu jam, akhirnya kami menemukan Kuil Dewi Bunga. Tidak jauh dari kuil Tuan Ping mendadak berhenti, dia mengatakan merasakan suatu energi setan yang sangat besar dari kuil itu, tampaknya yang disembah bukan Bodhisattva yang sesungguhnya.
Kuilnya berada di tengah daerah Jia-zhuang, tidak begitu besar. Kami berjalan mengikuti jalan setapak di tengah dan masuk ke dalam. Tuan Ping tidak mengizinkan saya masuk ke kuil, dia mengatakan di dalam energinya tidak bersih, biar saya menunggu di luar kuil saja. Sepuluh menit lebih, Tuan Ping keluar dari kuil, dia tidak berkata apa-apa, langsung menarik saya pulang.
Sepanjang perjalanan saya menanyakannya, lama sekali dia baru mengatakan bahwa Dewi Bunga dalam kuil itu adalah siluman rubah. Saya terkejut, dan bertanya bagaimana bisa begitu. Tuan Ping mengatakan siluman rubah ini sedikit rumit, ia memiliki sekelompok murid dan cucu murid, serta sekelompok musang dan siluman ular yang sealiran, namun beberapa dari mereka sudah merasuk pada tubuh manusia, sangat sulit. Tuan Ping mengatakan, jika membunuh siluman rubah, adalah hal kecil, tapi sebegitu banyak siluman berkumpul bersama-sama, ini sangat merepotkan, dan yang paling berbahaya adalah, mereka juga menempel pada tubuh manusia, mengendalikan manusia, ini semakin tidak bisa dianggap enteng.
Kekuatan rasa ingin tahu saya muncul lagi, dan bertanya kepada Tuan Ping, hewan berkultivasi menjadi roh halus dan makhluk merasuk, apa sebenarnya? Tuan Ping berkata bahwa tempo hari dia telah memberitahu saya tentang meridian, hewan juga memiliki meridian, saya menganggukkan kepala. Tuan Ping melanjutkan, meridian merupakan faktor krusial siklus kehidupan dalam alam semesta, semua dihubungkan dan berkomunikasi melalui meridian. Dia mengatakan ada beberapa meridian khusus pada awalnya tidak tembus, tidak terhubung, harus mengandalkan usaha di kemudian hari baru bisa terhubung, Xiulian (kultivasi dan berlatih) adalah melatih meridian ini agar terhubung.
Dia mengatakan bahwa begitu meridian khusus ini tembus, pada kehidupan ini akan muncul kekuatan supranatural, ini apa yang kita sebut kemampuan supernormal. Misalnya seseorang yang ingin memulai kultivasi, maka sebelumnya harus menembus dua meridian Ren dan Du, bila tidak ia tidak akan bisa berkultivasi. Tujuan tembusnya dua meridian ini adalah untuk membuka ratusan Qiao (titik akupuntur) dalam tubuh, sehingga dapat bisa saling berkomunikasi dengan alam semesta, menerima informasi dari alam semesta, mencapai kesatuan dengannya, sehingga berkultivasi menjadi dirinya yang sejati. Ketika beberapa meridian khusus sudah terbuka, sampai batas tertentu dapat berkomunikasi dengan alam semesta, dan dengan demikian mampu menerima beberapa kekuatan dari alam semesta, yaitu memiliki kekuatan supernormal.
Tuan Ping mengatakan bahwa hewan tidak memiliki hati manusia, tercipta dalam alam semesta dan tidak tercemar oleh manusia, sehingga mereka dapat lebih dekat dan mudah berkomunikasi dengan alam. Asal memperoleh energi spirit, dapat berkultivasi menjadi siluman. Tuan Ping mengatakan energi spirit yang mengacu pada hewan itu terjadi secara kebetulan, dalam kondisi tanpa sadar, membuka meridian dirinya, dan perlahan-lahan memiliki kemampuan supernormal dan membentuk kesadaran, sehingga dalam jangka waktu lama, ia akan menjadi siluman, merasuk pada tubuh manusia, itulah hewan yang merasuk.
Tuan Ping mengatakan bahwa ketika orang berkultivasi, melalui bermeditasi meridiannya dapat terhubung. Hewan juga sama, dalam posisi khusus, dalam keadaan lama diam tak bergerak, dalam keadaan hening bernapas, tidak sadar akan membuka meridian khusus dirinya, hingga memiliki energi spirit. Dia mengatakan bahwa Dewi Bunga ini, waktu itu kondisinya seperti itu, namun tidak mencapai efek nyata dari pembukaan spirit, sehingga Dewa tidak akan peduli. Ditambah lagi orang sekarang memuja Bodhisattva bukan untuk melakukan kultivasi, menjadi orang baik, tetapi untuk menyembuhkan penyakit, menghilangkan kemalangan, mencari kekayaan, mendapatkan anak. Hati yang muncul tidak murni, tidak baik, sehingga Bodhisattva terkontaminasi, menjadi hewan yang merasuk, ia dapat menempel pada patung Bodhisattva, sehingga mencelakakan manusia.
Saya tiba-tiba menyadari rupanya seperti itu. Waktu itu saya masih muda dan tak mengenal takut, saya lantas menepuk dada dengan berani berkata kepada Tuan Ping, “Saya tidak takut rubah itu, berikan saya kapak, saya sekarang pergi menghancurkan patung Bodhisattva itu.” Tuan Ping terkejut, dia dengan raut serius berkata kepada saya, “Anak muda berbicara dan berbuat sesuatu harus berpikir dua tiga kali, jangan asal omong kosong, tidak melaksanakan setiap kalimat yang keluar dari mulut akan menggemparkan Dewa di atas, harus bertanggung jawab akan akibatnya.” Saya menundukkan kepala, tahu sudah berbuat salah.
Tuan Ping menitipkan saya ke Shinse Ajaib, agar menjaga saya baik-baik, tidak membiarkan saya sembarang pergi. Dia mengatakan akan pergi ke gunung sebentar, mencari rubah tersebut untuk berunding, malam nanti baru kembali. Saya tidak ingin merepotkan Tuan Ping, saya langsung setuju, tidak pergi bersamanya.
Shinse Ajaib memasang meja besar di Desa Zhang, tangannya memegang sebuah jarum perak, dia gunakan jarum perak ini untuk mengobati warga, semua adalah jenis penyakit yang sulit disembuhkan. Dia menarik saya duduk di sebelahnya, agar saya tidak sembarangan berkeliaran.
Di luar pintu berkumpul sekelompok besar orang, mereka berbicara dan tertawa, sedang melihat keajaiban, beberapa lainnya berbaris menunggu Shinse Ajaib mengobatinya. Saat sore, tiba-tiba seorang perempuan tua dengan tampang menakutkan datang ke pintu depan, dia menangis sambil melompat, menari, tidak tahu mulutnya sedang berbicara apa.
Dia berlari ke pintu tiba-tiba tergeletak dan bergulingan di tanah, sambil menangis sambil berseru kencang, dia katakan bahwa banyak orang yang akan mati, akan terjadi peristiwa besar dan kata-kata lainnya yang menakutkan!
Kami merasa aneh menatapnya, Shinse Ajaib bertanya ke warga desa apa masalahnya. Orang di desa itu mengatakan perempuan itu adalah nenek tua Dewi dari desa tetangga, ada Dewa yang mengikuti dia, biasanya mereka membakar sedikit dupa dan memberinya sedikit uang. Apabila ada seseorang bertanya sesuatu padanya, ia dapat memberitahunya, sedikit lebih tepat dan manjur. Shinse menatapnya dengan curiga, berkata sesuatu, ini bukan hal yang lurus.
Seluruh penduduk desa mengelilingi nenek tua itu, mereka berdiri dan bertanya apa masalahnya. Nenek tua Dewi itu melihat semua orang yang berada di sekelilingnya, ingin mendengarkannya, dia kemudian menatap ke sekeliling seraya mencari seseorang, melihat Shinse Ajaib dan saya, dia langsung menunjuk pada kami, kemudian melihat sekeliling lagi, tapi tidak menemukan siapa-siapa. Saya mengira dia pasti mencari Tuan Ping. Setelah tak menemukannya, ia langsung menunjuk ke arah kami dan bertanya, “Mana temanmu yang satu lagi?”
Kami tidak menghiraukannya. Dia lantas melompat lagi, sambil melompat sambil menepuk paha dan menangis, dia katakan dia baru saja menerima informasi dari roh Dewa, katanya kami bertiga akan disambar petir, kemana pun lari, langit akan mengejar. Kalau kami melarikan diri ke desa tetangga, akan membawa bencana ke semua warga desa itu, langit akan menggunakan petir menyambar semua penduduk hingga mati. Semua penduduk desa mendengarnya jadi tertawa, tidak ada yang percaya padanya.
Shinse Ajaib sangat dihormati, dia telah menyembuhkan banyak penyakit aneh penduduk desa, begitu jarumnya ditusukkan penyakit langsung sembuh, ada dua orang tua yang sudah sakit puluhan tahun langsung sembuh, penduduk desa semua menyaksikan, para pasiennya sangat terharu, ada yang langsung menangis di tempat, berlutut menyembah Shinse Ajaib.
Shinse Ajaib juga senang mengobrol, selain sangat lurus juga humoris, hubungannya dengan penduduk desa sangat harmonis, menolak uang perawatan medis, bahkan hadiah kecil yang diberikan juga ditolaknya, semua tidak diterimanya, maka penduduk desa menghormatinya.
Melihat tak ada yang memedulikannya, Nenek tua itu lalu termenung dan melompat lagi, sambil nangis berteriak, mencengkeram erat Shinse Ajaib hendak melemparkannya keluar, sambil menyeret juga dengan mulut ingin menggigit Shinse Ajaib, dan kaki menendang. Akhirnya penduduk desa menjadi marah, terutama pasien yang telah disembuhkan Shinse Ajaib, mereka menyeret nenek tua itu jauh-jauh dan melarangnya datang ke desa ini lagi.
Nenek tua tersebut lama duduk tertegun, kemudian menunjuk ke arah penduduk sambil menangis dan berteriak, mengatakan ancaman balas dendam yang akan menimpa nanti malam! Ia berteriak dan menangis sambil berlari keliling desa, seperti orang gila.
Emosi saya jadi kacau dibuatnya, merasa sangat tertekan, lantas diam dan menundukkan kepala. Shinse Ajaib mengambil tangan saya dan menarik saya ke posisi duduk semula. Dia tersenyum ceria mengatakan, ada beberapa orang tidak akan menghiraukannya, mereka tidak layak. Lalu dia mengambil jarum dan melanjutkan pengobatan medis lagi, seperti tidak ada sesuatu yang terjadi, terus berbicara dan tertawa dengan penduduk desa.
Malam hari, Tuan Ping kembali. Dia menarik kami ke samping dan bertanya apa ada orang yang datang untuk mengacau. Shinse Ajaib kemudian menceritakan masalah nenek tua itu, Tuan Ping mengangguk. Saya langsung menanyakan apa yang terjadi.
Tuan Ping berkata bahwa dia telah bertemu siluman rubah itu. Siluman itu ingin bertarung dengannya, dan mengumpulkan seluruh pengikutnya untuk membantu, masih ada samur kuning, ular, semua berbaris mau bertempur dengan Tuan Ping.
Tuan Ping mengatakan tidak ingin mengurusi mereka, dia lantas mengevolusikan tubuhnya, kembali ke Gunung Kunlun Tiongkok memohon pada petir langit. [Susan Sie / Bandar Lampung]