Lalu menyuruh pengawal siang dan malam berjaga disampingnya, tanpa pedang didekat tempat tidurnya dia tidak bisa tidur.
Pada suatu hari, dia mengundang Sang Buddha sarapan vegetarian di rumahnya, sang Buddha tidak menerima undangannya, mengatakan kepada raja, "malam ini menteri pasti mati."
Pada malam itu pun, penjagaan sangat ketat. Ada 4 panglima berjaga-jaga di rumah menteri. Menteri ini berusaha tidur sambil menggenggam pedang. Namun tak lama istri menteri melihat suaminya sudah jatuh tertidur dengan nyenyak. Lalu istrinya menggantikan suaminya memegang pedang berjaga-jaga. Namun tidak berapa lama kemudian sang istri kalau kecapaian dan ngantuk tertidur. Akibatnya tangan yang memegang pedang terlepas, terjatuh diatas kepala suaminya, dan saking tajamnya mata pisau pedang tersebut, kepala suaminya putus.
Raja setelah mendengar kabar tersebut, curiga kepada ke 4 pengawal berkomplot, lalu menghukum mereka dengan memotong tangan kiri mereka.
Raja bertanya kepada Sang Buddha mengenai karma kehidupan yang lalu. Buddha berkata, "Menteri ini dahulu seorang gembala kambing. Istrinya adalah seekor kambing betina, keempat pangawal tersebut adalah perampok. Melihat seorang anak sedang menggembalakan kambing, dengan tangan kirinya, menunjuk ke kambing betina berkata kepada anak penggembala kambing: "Bunuh dia kemudian sajikan kepada kami sebagai santapan malam."
Sambil menangis anak pengembala kambing mendengar perintah mereka. Oleh sebab itu, sekarang harus membayar kembali karma yang dilakukan pada masa dulu." [Amanda Lim / Makassar]
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id