Pada masa pemerintahan Kaisar Tang Taizong, ada seorang tukang jagal dari Qizhou, bernama Li Chunfeng, yang mahir ilmu falak dan penanggalan, bisa meramal cuaca dan nasib dengan tepat. Hingga masa pemerintahan Tang Xiaozong, dalam klan-nya terdapat seorang tua yang bernama Li Zhiwei, juga mahir ilmu falak dan dalam meramal nasib sampai mendetail menyebutkan tanggal dan tidak pernah meleset. Pak tua Li ini tinggal di daerah Xishi, Chang An, ibukota Dinasti Tang.
Ketika itu seseorang bermarga Liu, datang ke Ibukota Chang An mengikuti tradisi permohonan jabatan dan sudah beberapa tahun tetap belum berhasil. Di tahun itu, berkat nepotisme, ia sudah berhasil menembus kementerian urusan pegawai negeri, dan ia optimis akan mendapatkan jabatan itu.
Liu mendengar pak tua Li meramal dengan sangat tepat, maka ia pergi ke Xishi mencari pak tua Li. Setelah diramal, sambil tertawa pak tua Li mengatakan: "Tahun ini meski memohon tapi tidak mendapatkan, tahun mendatang tanpa diminta akan memperoleh sendiri."
Liu tidak percaya, menunggu pengumuman yang dikeluarkan oleh departemen, ternyata namanya tidak terdapat dalam daftar. Tahun berikutnya ia datang lagi ke ibukota mengikuti ujian pegawai negeri lagi. Ia mengingat kata-kata pak tua Li, dan tidak menghubungi orang dalam tapi ia toh tidak percaya diri, lantas pergi lagi ke Xishi mencari pak tua Li.
Pak tua Li berkata: "Tahun lalu saya sudah mengatakan, jabatan Anda pasti ada, tidak perlu diragukan."
Liu bertanya: "Jikalau mendapatkan jabatan, dimanakah?"
Pak tua Li menjawab: "Menjabat di daerah Daliang. Setelah berhasil, Anda boleh datang lagi kesini, ada yang akan saya sampaikan." Daftar penerimaan pegawai telah keluar, ternyata namanya ada dalam daftar dan dipilih sebagai pimpinan bidang keamanan di Kota Kaifeng. Liu merasa gembira, dan menganggap pak tua Li bagaikan Dewa, maka sekali lagi pergilah ia mencari pak tua Li.
Pak tua Li berkata: "Anda pergilah menjabat, tidak perlu bertindak jujur, boleh meraup sekehendak hati Anda. Jika sudah hampir habis masa jabatan Anda, bisa minta ditugaskan di ibukota, saya akan meramal lagi untuk Anda."
Liu mengingat-ingat perkataan pak tua Li, sampai di Kaifeng menjadi kapten bidang keamanan. Karena ia merupakan keturunan pejabat, atasan sangat menyayanginya, Liu teringat perkataan pak tua Li, meraup banyak uang tanpa segan. Atasan maupun bawahan menyukai dirinya. Sampai habis masa jabatan, ia sudah mengumpulkan sejumlah uang, pergilah ia menemui inspektur provinsi minta diberikan sebuah tugas mengawal hasil pajak ke ibukota.
Sampai di Ibukota Chang An, ia menemui pak tua Li lagi. Li berkata: "Dalam tiga hari Anda akan pindah jabatan." Liu tidak percaya, pak tua Li berkata lagi: "Tidak akan meleset, pindah jabatan dan bertugas di daerah yang sama. Jika sudah menjabat silahkan datang kembali."
Kemudian Liu beranjak pergi dengan setengah ragu. Hari kedua, ketika ia mengantarkan hasil pajak untuk diserahkan ke gudang. Tepat di depan gudang, ia melihat di arah tenggara seekor burung lima warna terbang hinggap di atas atap gudang, warna burung itu indah dan megah, disusul dengan kicauan ratusan ekor burung yang berdatangan dari langit.
Liu berteriak: "Aneh! Aneh!" Suaranya segera mengusik kasim yang mengurusi urusan dalam istana, orang-orang segera berdatangan untuk menonton. Ada orang yang berwawasan mengatakan: "Itu adalah Burung Hong (burung dalam dongeng Tiongkok)!"
Burung lima warna itu mendengar suara keramaian, segera terbang pergi, ratusan burung-burung yang lain juga berangsur-angsur bubar. Kejadian tersebut terdengar oleh kaisar dan beranggapan bahwa ini adalah pertanda baik (hoki). Kaisar pun memberikan titah: "Orang yang pertama kali melihat kejadian itu, dinaikkan satu tingkat."
Jadilah jabatan Liu dinaikkan dan diberi tugas sebagai wakil camat Kota Kaifeng. Tepat 3 hari seperti yang diramal, juga ditugaskan di tempat yang sama.
Liu benar-benar salut terhadap pak tua Li. Sekali lagi ia mencari pak tua Li untuk menanyakan pedoman menjadi seorang pejabat. Pak tua Li berkata: "Hanya butuh seperti sediakala." Setelah Liu menduduki jabatan baru, ia pun tetap meraup uang dengan sekehendak hati, dan mengumpulkan lagi sejumlah harta.
Pada akhir masa jabatan ia pergi ke ibukota menunggu pengaturan jabatan berikutnya. Kemudian ia menemui pak tua Li lagi. Pak tua Li berkata kepadanya: "Kali ini akan mendapatkan jabatan jujur, sesenpun tidak boleh mengambil. Camkanlah! Camkanlah!"
Benar saja Liu diangkat sebagai camat di daerah Shou Chun. Karena sudah terbiasa mengeruk uang dengan sekehendak hati, mana bisa ia tahan?
Belum lama menjabat, penyakit lamanya kambuh dan mengabaikan kata-kata pak tua Li. Tak lama kemudian, ia dilaporkan oleh atasan sebagai koruptor, pangkatnya diturunkan dan hasil korupsinya disita.
Liu mendatangi pak tua Li dan bertanya: "Dua kali masa jabatan sebelumnya Anda mengatakan boleh mengambil sesuka hati, sekarang malah tidak boleh mengambil, semuanya ini terbukti benar, tapi apa penyebabnya?"
Pak tua Li berkata: "Di kehidupan sebelumnya Anda adalah seorang pedagang besar, mempunyai harta melimpah, mati di Kota Kaifeng dan harta Anda tersebar di masyarakat. Anda (dalam kehidupan kali ini) sebagai pejabat di sana, aslinya adalah menerima kembali benda milik Anda dahulu, termasuk halal, maka Anda tidak bermasalah. Sedangkan warga di daerah Shou Chun tidak pernah berhutang kepada Anda, mana boleh menuntut secara berlebihan? Sekarang karena Anda memaksakan kehendak, maka Anda merunyamkan masalah ini." Liu sangat yakin dengan perkataan pak tua Li dan pergi dengan penuh penyesalan.
Suan Gua bukanlah takhayul, sejak zaman dahulu sudah ada. Karena kehidupan seseorang sudah digariskan, dan orang yang benar-benar mahir ilmu kuno Zhou Yi dan Ba Gua bisa memprediksi dengan tepat.
Keberadaan ramalan adalah untuk memberitahu kepada manusia, bahwa manusia hidup harus mengikuti alam secara wajar, pada kehidupan kali ini menjumpai masalah baik atau buruk, semuanya berkaitan dengan sebab akibat, bukannya tanpa sebab musabab.
Jika menghendaki kehidupan yang baik di masa mendatang, maka di masa sekarang ini harus banyak melakukan kebaikan untuk mengumpulkan De (dibaca: te, pahala), jangan sekali-kali melakukan kejahatan atau hal-hal yang buruk. [Yolanda Li / Banjarmasin]
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id