Tuan Ping adalah orang aneh luar duniawi yang berkultivasi Tao bawaan di Pegunungan Kunlun, usianya sudah lebih dari lima ratus tahun. Saya merasa senang punya takdir pertemuan dengan Tuan Ping, Sejak usia muda saya sudah bertemu dengannya. Tulisan berikut ini adalah cerita dia selama bertahun-tahun, dan pengalaman saya bersama Tuan Ping. Tujuan saya adalah agar orang-orang di dunia bisa memahami kehidupan yang sesungguhnya dari orang luar duniawi yang tidak diketahui orang, dalam rangka untuk menghilangkan beberapa kesalahpahaman orang di dunia terhadap orang luar duniawi serta lingkungan alamnya.
Tidak tahu apakah ada yang pernah melihat Tuan Ping. Beberapa orang mungkin pernah melihat, tetapi Anda tidak mengenalinya.
Tuan Ping suka mengembara, ia telah melakukan perjalanan di seluruh Negeri Tiongkok. Tuan Ping berkultivasi Tao, tetapi bukan agama Tao, dia berkata adalah Tao bawaan. Terhadap hal ini saya juga tidak memahami, dalam kesan saya yang berkultivasi Tao adalah orang yang memakai jubah panjang, memiliki gaya rambut yang aneh, perilaku agak aneh. Tapi dia tidak pernah memakai jubah, juga tidak memelihara rambut panjang, rambutnya tidak panjang namun kusut, berpakaian sama dengan orang-orang biasa. Bila hendak dikatakan yang sedikit berbeda, yaitu jika musim panas dia suka memakai sebuah topi jerami lebar yang rusak, pinggiran topi yang rusak itu menutupi matanya. Berjalan di tengah jalan tidak berbeda dengan seorang petani desa pada umumnya, oleh sebab itu walaupun banyak orang melihat dia, juga tidak akan mengingatnya bahkan tidak mengenalinya.
Tuan Ping adalah orang aneh luar duniawi, dia mengatakan biasanya dia berkultivasi di pegunungan Kunlun, sekali tinggal bisa beberapa ratus tahun, tidak turun gunung, juga tidak berbicara. Tapi hal-hal di dunia dia semua tahu, sampai waktu tertentu, ia akan turun dari gunung untuk berkelana.
Tuan Ping mengatakan ia telah berusia lima ratus tahun, ini saya percaya. Tapi sama sekali tidak kelihatan tua, rambut juga masih hitam, jenggot panjang, seperti orang setengah baya. Saya telah kenal dengan Tuan Ping selama tiga puluh tahun, penampilannya tidak berubah, kelihatannya waktu tidak ada hubungannya dengan dia, ini membuat saya begitu terkejut. Takdir saya dengan Tuan Ping adalah segera setelah saya lahir, tentu saja semua ini orangtua sayalah yang kemudian mengatakannya pada saya.
* Fase Seratus Hari
Saya adalah anak dalam tiga generasi dari sebuah warisan tunggal, tentu saja kakek sangat memanjakan saya. Era ketika saya lahir di pedesaan, hal mengutamakan pria dan tidak memandang perempuan masih sangat kental, terutama pada generasi tua. Kakek saya adalah angkatan terakhir dari sarjana lama pada akhir Dinasti Qing. Kakek mempunyai seorang anak pria dan seorang anak perempuan, bibi saya adalah anak tertua kakek, sepuluh tahun lebih tua dari ayah saya. Kakek bertahun-tahun ikut dalam militer, dan ketika kembali setelah pensiun, usia saya sudah relatif besar. Jadi ketika saya lahir, simpul terakhir dari kakek saya dalam hidup ini akhirnya terpenuhi. Menurut cerita, wajahnya selalu serius, kakek yang tidak pernah tertawa, sejak saat itu asal bertemu orang akan terlihat mulut yang tanpa gigi, tertawa tak henti-henti.
Kakek percaya ramalan, dia sendiri bisa 'Menjepit Pelajaran.' Kata 'Menjepit Pelajaran' tersebut diterjemahkan berdasarkan dialek. Saya juga tidak tahu harus berkata apa, yaitu menggunakan ujung ibu jari menjepit bagian jari, untuk menghitung beberapa hal kecil. Seperti contoh anak si A yang tidak dapat ditemukan, ternak seseorang telah hilang, dapat diketahui dengan sangat akurat. Ibu saya mengatakan ketika saya lahir, ada seorang anak desa menabrak orang, takut untuk pulang. Sepanjang hari keluarganya menunggu dia kembali ke rumah untuk makan, tanya ke anak-anak tetangga, namun mereka mengatakan tidak melihatnya.
Keluarganya mencari di seluruh desa, dengan teriakan suara yang hampir habis, juga tidak dapat menemukan bayangannya. Ibunya sangat cemas dan menangis, kemudian meminta bantuan kakek untuk mencarinya. Kakek menjepit jari tangan, dihitung-hitung, kemudian berkata kepadanya, "tidak jauh, ada di sebelah timur, dan ada hubungan dengan 'kayu', seharusnya mencari di pohon-pohon."
Akhirnya pada malam hari, keluarganya mencari di dalam hutan sebelah Timur Desa dan menemukannya. Ia duduk di ranting pohon, dan menggunakan daun menutupi dirinya, takut dipukuli, oleh sebab itu tidak berani turun. Anggota keluarga berteriak, namun dia tidak berani menjawab. Anak ini sekarang sudah besar, seperti saya, saya memanggilnya Paman.
Kakek punya hubungan baik dengan seorang Taoisme di desa. Orang Tao ini buta, kehidupannya hanya mengandalkan meramal, menulis Hu (tulisan mantra), menyembuhkan penyakit ringan, terdengar dia ada sedikit kemampuan kecil. Usahanya sangat baik, orang-orang di sekeliling semua datang mencarinya. Tapi tabiatnya agak aneh. Pada umumnya jika orang ingin dia meramal, dia tidak senang, harus mengamati wajahnya, tidak semua orang akan diramal. Sering sekali orang jauh-jauh datang hanya menemukan pintu yang tertutup. Oleh sebab itu banyak orang datang mencari Kakek, agar Kakek menemani mereka ke rumah orang Tao itu, jika Kakek pergi ia tidak akan menolak.
Setelah saya lahir, hari itu juga kakek mengambil tanggal lahir saya dan melaporkan ke dia, orang Tao buta itu berulang kali meramal. Ragu-ragu tidak berani mengatakannya, setelah kakek mendesaknya terus, dia lalu berkata bahwa ada 'Fase Seratus Hari' terhadap saya dan termasuk 'Fase Bahaya.' [Susan Sie / Bandar Lampung]