BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 10 April 2012

MA CO, DEWI PELINDUNG PELAYARAN

媽祖 Ma Zu {Hok Kian = Ma Co} adalah salah satu dari khasanah Dewata Tiongkok yang paling dihormati di kalangan rakyat. Oleh orang di luar Tiongkok  Ma Co dijuluki sebagai "Dewi Laut dari Tiongkok", Kelenteng-kelenteng Ma Co di Taiwan saja, jumlahnya mencapai 800 buah. Kelenteng yang paling ramai adalah di 北港 Bei Gang (baca: Pei Kang). Setiap tahun pada tanggal 23 bulan 3 Imlek (bertepatan dengan Ulang Tahun Ma Zu), orang yang datang bersembahyang di kelenteng ini, jumlahnya mencapai 1 juta orang lebih.

Ma Co dikenal juga dengan sebutan 天上聖母 Tian Shang Sheng Mu {Thian Siang Sing Bu}. Panggilan akrab beliau adalah 媽祖婆 Ma Co Po. Nama aslinya adalah 林默娘 Lin Mo Niang {Lim Bik Nio}, lahir di propinsi 福建 Fu Jian {Hok Kian}, pulau 湄洲 Mei Zhou {Bi Ciu} dekat 莆田 Pu Tian {Poh Chan}. Lin Mo Niang lahir pada malam hari tanggal 23 bulan 3 Imlek tahun 960 Masehi, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zu dari Dinasti Song Utara, tahun Jian Long pertama. Sewaktu dilahirkan sinar merah menyorot dari langit ke kamar bersalinnya & bau harum tercium ke mana-mana. Mengapa diberi nama Mo, yang berarti diam? Sejak dilahirkan sampai berusia 1 bulan lebih, Ma Zu tidak pernah menangis sama sekali. Maka ayahnya memberi nama Lin Mo Niang (Gadis Pendiam).

Sejak masih dalam gendongan (berusia sekitar 1 tahun), begitu melihat Buddha Rupang atau arca dewa, beliau langsung memberi hormat dengan Pai – bersikap Anjali (sikap sembahyang dengan kedua tangan ditelungkupkan di depan dada). Sewaktu berusia 5 tahun, Lim Bik Nio bisa membaca 觀音經 Guan Yin Jing {Kwan Im Keng = Kitab Suci Kwan Im} di luar kepala. Hal ini membuktikan bahwa Lim Bik Nio memiliki sebab jodoh yang mendalam dengan Buddha & Dewa.

Pada usia sekolah beliau dapat mencerna pelajaran-pelajaran San Jiao {Sam Kaw = Tridharma: Buddha, Taoisme, Khong Hu Cu} dengan pemahaman yang luar biasa. Selain tekun belajar, ia juga tekun bersembahyang. Ia sangat berbakti kepada orangtuanya, & suka menolong para tetangga yang sedang ditimpa kemalangan. Oleh karena itu penduduk desa sangat menghormatinya.

Setelah cukup dewasa beliau tak mau menikah walau dipinang oleh hartawan Bu dari Hok Kian. Misinya datang ke dunia untuk menolong umat manusia mulai menampakkan gregetnya pada usia 16 tahun.

Lim Bik Nio amat mengerti ilmu falak & peredaran cuaca. Kehidupan di tepi laut menempanya menjadi seorang gadis yang tak gentar menghadapi dahsyatnya angin topan & gelombang yang dihadapi para pelaut. Selain itu, ia juga dapat menyembuhkan orang sakit. Kemahirannya dalam pengobatan ini menyebabkan para penduduk desa menyebutnya sebagai 靈女 Ling Ni yang berarti Gadis Mukjizat, 龍女 Long Ni (Gadis Naga), & 神姑 Shen Gu (Bibi yang Sakti).

Dalam usia 23 tahun, Lim Bik Nio berhasil menaklukkan 2 siluman sakti yang menguasai pegunungan Tao Hua Shan. Kedua siluman itu adalah Qian Li Yan {Cian Li Gan} yang dapat melihat sejauh ribuan Li, & Sun Feng Er {Sun Hong Ni} yang dapat mendengar ribuan kilometer, kemudian menjadi pengawalnya. Selanjutnya Lim Bik Nio banyak membantu rakyat membasmi kejahatan & menolong kapal-kapal yang diserang badai di laut. Karena kebajikannya ini namanya terkenal di seluruh propinsi.

Suatu ketika beliau tidur, dalam penglihatannya tampak ayah & kedua kakak laki-lakinya mendapat bahaya di tengah laut. Perahu yang ditumpangi dihantam gelombang hingga pecah berantakan. Tak ayal lagi Bik Nio terbang dari atas langit & turun untuk menolong mereka. Kakak tertua dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menyambar kakak kedua. Ayahnya yang telah tak berdaya ditolongnya dengan menggigit baju sang ayah. Apa lacur ibunda Bik Nio membangunkan dari tidurnya karena mendengar suara ganjil Bik Nio seperti sedang mengigau. Bik Nio pun tersentak bangun. Setelah tenang, Bik Nio menuturkan kepada ibunya bahwa ia baru saja menolong kedua kakaknya, namun sang ayah tak tertolong karena ketika sedang menggigit baju sang ayah, ia menjawab panggilan ibu (yang membangunkannya). Sehingga mulutnya terbuka & gigitannya terlepas.

Sejak itu misi Ke-Ilahiannya semakin kental, beliau menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan di laut.

Pada perayaan Tiong Yang, tanggal 9 bulan 9 Imlek tahun 987 Masehi, sewaktu berusia 27 tahun, Lim Bik Nio naik ke surga. Pagi hari itu, penduduk Mei Zhou melihat awan warna-warni menyelimuti pulau tersebut. Di angkasa terdengar musik yang amat merdu. Terlihat Lim Bik Nio perlahan-lahan naik ke angkasa & menjadi Dewi. Setahun kemudian, penduduk mendirikan sebuah kelenteng di tempat Lin Mo Niang diangkat ke surga. Kelenteng yang didirikan di Mei Zhou ini merupakan Kelenteng Ma Zu yang pertama di Tiongkok.

Seperti halnya Kwan Kong yang dihormati di seluruh dunia, Ma Co pun dipuja dengan penuh penghormatan. Karena tanpa beliau orang-orang Tionghoa yang melanglang buana ke seluruh penjuru dunia, mustahil dapat tiba dengan selamat. Mengingat teknologi kebaharian pada waktu itu sangat terbatas. Di mana kaum imigran itu sampai, di situlah mereka mendirikan kelenteng untuk menghormati Ma Co yang telah melindungi selama dalam pelayaran.

Pada masa Dinasti Song, perdagangan maritim dari propinsi Hok Kian sangat berkembang. Namun para pelaut sadar bahwa hidup di tengah lautan selalu penuh dengan mara bahaya yang setiap saat bisa mengancam. Untuk memohon perlindungan & keselamatan, arca Ma Co selalu dibawa serta ke mana-mana. Kisah kemukjizatan tentang pemunculan Dewi Ma Zu dalam memberi pertolongan kepada para pelaut mulai tersebar.

Pada tahun 1122 M, Kaisar Song Hui Zong memerintahkan seorang menteri yang bernama Lu Yun Di untuk menjadi Duta ke negeri Gao Li (sekarang Korea). Dalam perjalanan rombongan ini dihantam badai. Dari 8 buah kapal yang ikut berlayar, 7 buah tenggelam. Hanya kapal yang dinaiki Lu Yun Di saja yang terselamatkan. Sang Duta heran bukan main. Ia bertanya kepada anak buahnya, siapakah Dewa yang telah menyelamatkan mereka? Di antara pengiringnya itu ada seorang yang kebetulan berasal dari Pu Tian & biasa bersembahyang kepada Dewi Ma Zu. Ia lalu mengatakan kepada Lu Yun Di bahwa mereka diselamatkan oleh Dewi yang berasal dari pulau Mei Zhou yaitu Lin Mo Niang. Lu Yun Di lalu melaporkan hal ini kepada Kaisar Song Hui Zong. Sebagai rasa penghormatan sang Kaisar memberi gelar Sun Ji Fu Ren kepada Lin Mo Niang & sebuah papan bertuliskan Sun Ji, yang berarti Pertolongan Yang Amat Dibutuhkan. Hasil tulisan tangan sang Kaisar lalu dipasang di kelenteng di Mei Zhou. Sejak itulah pemujaan terhadap Ma Zu mulai mendapat pengakuan resmi dari Kerajaan.

Sejak zaman Dinasti Song [960 – 1279 M] sampai Dinasti Qing [1644 – 1911 M], kerajaan telah menganugerahkan tidak kurang dari 28 gelar kehormatan kepada Ma Zu. Gelar-gelar itu antara lain adalah : Fu Ren yang berarti Nyonya Agung, Tian Hou atau Tian Fei (Permaisuri Surgawi), Tian Shang Sheng Mu (Bunda Suci dari Langit), Ma Zu Po (Bunda Ma Zu).

Sejak Dinasti Song itulah, di kota-kota utama sepanjang pantai Tiongkok Timur yang memanjang dari Utara sampai ke Selatan seperti : Dan Dong, Yan Tai, Qin Huang Dao, Tian Jin, Shang Hai, Ning Po, Hang Zhou, Fu Zhou, Xia Men, Guang Zhou, Macao dan lain-lain, telah bermunculan kelenteng-kelenteng yang memuja Dewi Pelindung Pelaut ini. Ma Zu telah menjadi pujaan para pelaut dari seluruh negeri, tidak lagi terbatas bagi mereka yang berasal dari Mei Zhou saja.

Telah menjadi kebiasaan pada waktu itu, sebelum pelayaran dimulai, selalu diadakan sembahyang besar untuk mohon perlindungan Ma Zu. Pada setiap kapal pun selalu disediakan ruang sembahyang untuk arcanya.

Pelaut terkenal pada masa Dinasti Ming, Zheng He {Ceng Ho}, yang dikenal dengan sebutan San Bao Da Ren {Sam Po Tai Jin}, walaupun seorang Islam, tidak melupakan kebiasaan ini. 7 kali Zheng He memimpin armada besar yang terdiri dari puluhan kapal, mengunjungi berbagai negeri Asia & Afrika. Setiap akan memulai pelayarannya, Zheng He selalu memimpin upacara sembahyang besar kepada Ma Zu untuk memohon perlindungan akan keselamatan perjalanannya.

Pada pelayaran Ceng Ho yang ke-3 kali yaitu pada tahun  1409 M (Tahun ke-7 pemerintahan Kaisar Yong Le dari Dinasti Ming), atas perintah Kaisar, Ceng Ho menyempatkan diri bersembahyang di kelenteng Ma Zu di pulau Mei Zhou. Sebuah prasasti peninggalan Ceng Ho yang terdapat di Zhang Le, propinsi Fu Jian, secara teliti menyebutkan bahwa keselamatan perjalanan Zheng He sampai berhasil menyelesaikan tugas melakukan kunjungan muhibah ke manca Negara sampai 7 X, adalah berkat kemukjizatan & perlindungan Tian Shang Sheng Mu. Gelar Tian Fei dianugerahkan kepada Ma Zu pada masa pemerintahan Kaisar Yong Le zaman Dinasti Ming, berkat perlindungannya pada armada Ceng Ho.

Pada masa Dinasti Ming ini, bersamaan dengan semakin banyaknya penduduk propinsi Hok Kian yang pergi merantau, penghormatan kepada Ma Zu memasuki pulau Taiwan. Kelenteng Ma Zu tertua di propinsi Taiwan adalah yang terdapat di kota Ma Gong, kepulauan Peng Hu. Kini di Taiwan terdapat lebih dari 800 buah kelenteng Ma Zu, dan dua per tiga penduduknya memuja arcanya di dalam rumah.

Kelenteng Ma Zu terbesar & paling ramai dikunjungi orang di Taiwan adalah di Bei Gang. Arca Tian Fei yang dihormati di sini berasal dari Mei Zhou yang dibawa ke sana pada tahun ke-33 pemerintahan Kaisar Kang Xi. Gelar kehormatan Tian Hou adalah juga anugerah dari Kaisar Kang Xi ini, karena dianggap telah melindungi keselamatan rombongan utusan Kerajaan Qing yang sedang berlayar menuju Taiwan. Dengan demikian Bei Gang dianggap tempat suci bagi penghormatan Ma Zu. Setiap tahun bertepatan dengan ulang tahun Ma Zu (tanggal 23 bulan 3 Imlek), jutaan warga Taiwan membanjiri kota Bei Gang untuk berziarah.

Penghormatan kepada Ma Zu juga bermunculan di banyak negara, bersamaan dengan menyebarnya para perantau Tionghoa ke berbagai penjuru dunia. Di negara-negara seperti Jepang, Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, bahkan hingga ke Amerika Serikat, dan lain-lain, di mana banyak bermukim para Tionghoa perantau, banyak dijumpai Kelenteng Ma Zu. Di Jepang, penghormatan kepada Ma Zu dimulai pada akhir Dinasti Ming. Di salah satu kota kecil di Jepang, Sui Hu, Ma Zu telah dimasukkan ke dalam jajaran Dewata Jepang, & dihormati di kuil utama kota itu. Di Jepang terdapat tak kurang dari 100 buah kuil Ma Zu.

Ma Zu selalu ditampilkan sebagai seorang Dewi yang cantik & berpakaian kebesaran seorang permaisuri, dengan dikawal oleh kedua iblis yang pernah ditaklukkan yaitu Qian Li Yan (Si Mata Seribu Li) & Sun Feng Er (Si Kuping Angin). Qian Li Yan berkulit hijau kebiru-biruan dengan mulut bertaring, & senjata tombak bercagak. Sun Feng Er berkulit merah kecoklatan, mulutnya juga bertaring, & bersenjata kapak bergagang panjang. [Mariati Ong / Tangerang]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA