Spesifikasi dari tradisi rakyat Tiongkok adalah memuja Langit (Tian) dan menghormati leluhur 敬天祭祖. Bahkan leluhur sendiri dipuja layaknya memuja dewa, sesuatu hal yang sangat berbeda dengan tradisi bangsa lainnya didunia ini. Kata-kata yang umumnya didengar dan diucapkan "lao tianye baoyou 老天爷保佑 "," Langit melindungi", " lao zuzong baoyou 老祖宗保佑 leluhur melindungi". Dan prinsip-prinsip itu senantiasa terpatri dalam benak dan sanubari terdalam orang Tionghoa dalam kesehariannya. Jadi, bagaimanakah sebenarnya konsep "Tian / langit" itu dalam pikiran orang Tionghoa ? Mengapa kita mempercayai leluhur laiknya dewa yang memiliki kuasa yang tiada tara untuk melindungi anak cucu dan keturunannya ? Mari kita bahas dari sudut pandang spesifikasi tradisi Tionghoa memuja Tian / langit dan menghormati leluhur.
Budaya Tentang Mitos Dewa - Mengapa Orang Tionghoa Memuja Langit (Tian)
Membaca dan menganalisa keseluruhan sejarah Tiongkok, dimulai dari legenda tentang Pangu 盘古 mentransformasi alam semesta. Figur lain adalah Nvwa 女娲, Fuxi 伏羲, Shennong 神农 yang merupakan tiga dewa utama. Para sejarahwan jaman kini selalu beranggapan bahwa kisah tersebut merupakan legenda atau mitos. Di masa legenda ini, tokoh-tokoh yang muncul adalah tokoh yang memiliki kesaktian dewata yang tak terhingga.
Yang pertama tentunya adalah Nvwa 女娲, beliaulah dewi yang menciptakan leluhur orang Tionghoa dengan tanah yang berasal dari langit yang mencontoh wujud dewa sehingga terciptalah orang Tionghoa. Dan demi perkembangan umat manusia, bersamaan dengan ini dewi Nuwa menciptakan juga mahkluk- mahkluk hidup untuk mendampingi umat manusia. Manusia yang dibuat meniru dewa tidak bisa disamakan dengan semua mahkluk baik itu hewan maupun tumbuh-tumbuhan, karena itu Nuwa membuat sistem dan peraturan pernikahan untuk umat manusia, agar manusia tidak sembarang berhubungan dengan binatang, sehingga Nuwa memiliki juga sebutan lain yakni dewi "pernikahan", dengan ini umat manusia bisa beranak cucu meneruskan keturunannya didunia ini.
Dewa utama yang kedua adalah Fuxi 伏羲. Fuxi merupakan seorang dewa yang memiliki kemampuan yang luar biasa dengan mendirikan hierarki pejabat pemerintah dan cara memerintah terhadap rakyat. Fuxi mengajari orang membuat jala menangkap ikan, serta memelihara ternak. Jasa Fuxi yang paling penting adalah menciptakan "heksagram" atau bagua 八卦, atau yang biasa disebut bagua dari Fuxi, xiantian bagua 先天八卦 bagua illahi,yang merupakan Yijing 易经 paling awal. Simbol bagua ini merupakan cara menaati perintah Langit untuk manusia, karena itu orang Tionghoa selalu membicarakan dan menjelaskan tentang perubahan alam / langit dan mandat langit tidak boleh dilanggar. Adanya perhormatan tak terhingga kepada langit, dan hukum perubahan dari kondisi alam inilah yang disebut "Dao 道". Dikemudian hari, Raja Wen dari Dinasty Zhou (Zhou Wen Wang) dengan berlandaskan diagram dari Bagua Fuxi kemudian membuat sebuah kitab yang disebut Zhou Yi atau Kitab Perubahan Zhou. Kitab perubahan atau Yijing dibuat dari simbol-simbol Bagua Fuxi yang kemudian bermanisfestasi menjadi tulisan dalam sebuah kitab,yakni Zhou Yi Z 周易 ini kita sebut Houtian Bagua 后天八卦 atau bagua duniawi.
Sampailah masa Kongzi 孔子, manusia sudah tidak berlandaskan Dao lagi dalam kehidupannya, sehingga dimulailah dengan tulisan-tulisan untuk menjelaskan Yijing tersebut, sesungguhnya semakin terpaku pada tulisan-tulisan, semakin sulit untuk memahami Dao yang merupakan berwujud tentang perubahan alam yang sejatinya mewakili langit,bumi dan manusia. Di Tiongkok, gejala alam / astronomis 天象 dan "Mandat Langit 天命", selalu digunakan sebagai pedoman dan patokan oleh setiap raja maupun kaisar pada setiap dinasti, yang mana digunakan sebagai peringatan maupun legitiminasi kepada dirinya dalam memerintah. Meskipun sekarang adalah jaman yang sudah maju ilmu pengetahuan dan teknologinya, tapi para ilmuwan sangatlah tertarik akan yijing atau bagua ini, mengapa hanya beberapa simbol "Gua 卦象" ini memiliki kemampuan ramalan yang tidak bisa dijelaskan oleh para ilmuwan sekalipun. Inilah sebuah kitab yang menyampaikan informasi dari Tian / langit kepada manusia, jelasnya bukanlah dibuat dengan kepintaran manusia, dan ia menyadarkan manusia agar tidak lupa akan kekerdilannya didunia ini.
Dewa utama yang ketiga adalah Shennong (dewa pertanian), atau terkadang dikaitkan dengan kaisar Yan atau Yandi merupakan dewa yang mengajari umat manusia membuat alat pertanian, membuka lahan untuk bercocok tanam menanami padi-padian, dan kesaktiannya dalam mengajari umat manusia bercocok tanam sehingga beliau disebut 神农 Shennong yang artinya dewa pertanian. Dalam kitab "Catatan Sejarah" atau Shiji 史记 disebutkan bahwa "神农尝百草,始有医药" yang artinya Shennong mencicipi atau mencoba berbagai jenis tanaman sehingga baru ada kedokteran dan pengobatan. Adalah jasa Shennong terhadap orang Tionghoa untuk meletakkan fondasi sistem kedokteran dan pengobatan Tionghoa yang sangat lengkap.
Dari jaman dahulu sampai sekarang, Kitab Bencao 本草 (kitab tentang obat-obatan Tionghoa / herbal) merupakan dasar dari obat-obatan Tionghoa atau zhongyao 中药. Dan perkembangan obat-obatan Tiongkok selama ribuan tahun , dikembangkan dan berpatokan pada landasan obat-obatan yang ditemukan oleh Shennong. Sampai hari ini juga, Shennong merupakan penemu yang sangat dihormati dan dipuja dalam dunia pengobatan Tiongkok. Dari hal ini bisa kita bisa lihat, Shennong telah meninggalkan jejaknya di Tiongkok. Andaikata "Kitab Pengobatan atau Bencao 本草" hanyalah kristalisasi pengalaman dan penemuan dari leluhur pendahulu, sekarang mungkin standar pengobatan Tionghoa hanya akan sama dengan standar pengobatan bangsa Indian di Amerika sana. Bencao 本草 merupakan pencatatan sejarah mengenai sistem teori dan analisis pengobatan dan kedokteran yang kuno nan apik dan lengkap. Teori kedokteran dan pengobatan Tionghoa mengandung konsep mendalam tentang "Dao" didalamnya, yang berisi tentang konsep tiancai, yakni tian, di, ren ( langit, bumi dan manusia), teori tentang lima unsur yang saling menggerakkan, inilah rahasia tidak bisa dipecahkan oleh orang yang tidak mempercayai adanya dewa.
Dari potongan-potongan sejarah Tiongkok ini mengenai apa yang dilakukan oleh Tiga Kaisar atau Sanhuang (dewa) Tiongkok dalam masa yang begitu jauh kebelakang. Kita bisa melihat dengan jelas sekali bahwa Tiongkok merupakan tanah dimana manusia (Tionghoa) pernah bersua bersama dengan para dewa. Para dewa menurunkan kebudayaan secara langsung kepada umat manusia, dimasa dimana budaya dan peradaban yang diturunkan oleh para dewa sangatlah panjang dan berkesinambungan sehingga semakin solid, kuat dan kompleks. Karena itu pandangan orang Tionghoa terhadap penghormatan kepada Langit sungguh tiada tara. Memuja langit bukan hanya merupakan manisfestasi dari budaya untuk mempercayai adanya dewa saja, tetapi yang paling penting adalah melambangkan budaya yang diturunkan oleh para dewata dan manisfestasi dari eksistensi para dewa-dewa Tiongkok. [Susi Ng / Balikpapan / Tionghoanews]