Pada jaman Dinasti Ming di daerah Chang Zhou hiduplah sepasang suami-istri. Sang suami bernama Wu Zi Tian,si istri bermarga Sun alias nyonya Wu, adalah seorang istri yang budiman. Mereka tinggal bersama ayah,ibu sambung dan seorang saudara tiri. Ibu sambung Wu Zi Tian bermarga Tang.
Tang memperlakukan anak tirinya dengan sangat kejam, membuat Wu Zi Tian sulit untuk menerima perlakuan tersebut. Nyonya Wu berulang kali melunakkan hati Wu Zi Tian agar tidak menentang ibunya sendiri. Ketika ayahnya telah meninggal dunia, Tang membagikan harta warisan secara tidak adil. Semua barang berharga, sawah yang luas dan subur diberikan kepada anaknya sendiri. Sedangkan Wu Zi Tian hanya mendapatkan bagian sebidang sawah yang sempit dan gersang.
Mendapat perlakuan tersebut Wu Zi Tian menjadi marah dan berdebat dengan saudara tirinya. Nyonya Wu dengan sekuat tenaga menasehati Wu Zi Tian:" Janganlah karena pembagian harta warisan kita menjadi durhaka kepada ibu. Meskipun kita miskin asalkan rajin bercocok tanam pasti dapat bertahan hidup."
Semenjak itu Wu Zi Tian giat sekali bekerja,tak sampai 10 tahun ia bisa menjadi seorang yang berkecukupan. Sebaliknya si saudara tiri karena bermalas-malasan dan suka berjudi,semua harta warisan bagian dia habis tak bersisa. Saat itu nyonya Wu menasehati Wu Zi Tian agar menampung saudara tiri dan ibu sambungnya untuk tinggal bersama dengan mereka.Karena nyonya Wu berkebajikan, Wu Zi Tian memperoleh 3 orang putra. Mereka semua adalah orang-orang yang berbakat.
Dalam kosakata mandarin ada sebuah istilah yang sangat populer di masyarakat, yaitu: xian qi liang mu. Istilah ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti istri yang budiman dan ibu yang pengasih. Dalam kehidupan nyata,seringkali kita menjumpai saudara kandung dulunya akur, sekarang setelah masing-masing berkeluarga karena berebut harta menjadi saling bermusuhan.
Tang memperlakukan anak tirinya dengan sangat kejam, membuat Wu Zi Tian sulit untuk menerima perlakuan tersebut. Nyonya Wu berulang kali melunakkan hati Wu Zi Tian agar tidak menentang ibunya sendiri. Ketika ayahnya telah meninggal dunia, Tang membagikan harta warisan secara tidak adil. Semua barang berharga, sawah yang luas dan subur diberikan kepada anaknya sendiri. Sedangkan Wu Zi Tian hanya mendapatkan bagian sebidang sawah yang sempit dan gersang.
Mendapat perlakuan tersebut Wu Zi Tian menjadi marah dan berdebat dengan saudara tirinya. Nyonya Wu dengan sekuat tenaga menasehati Wu Zi Tian:" Janganlah karena pembagian harta warisan kita menjadi durhaka kepada ibu. Meskipun kita miskin asalkan rajin bercocok tanam pasti dapat bertahan hidup."
Semenjak itu Wu Zi Tian giat sekali bekerja,tak sampai 10 tahun ia bisa menjadi seorang yang berkecukupan. Sebaliknya si saudara tiri karena bermalas-malasan dan suka berjudi,semua harta warisan bagian dia habis tak bersisa. Saat itu nyonya Wu menasehati Wu Zi Tian agar menampung saudara tiri dan ibu sambungnya untuk tinggal bersama dengan mereka.Karena nyonya Wu berkebajikan, Wu Zi Tian memperoleh 3 orang putra. Mereka semua adalah orang-orang yang berbakat.
Dalam kosakata mandarin ada sebuah istilah yang sangat populer di masyarakat, yaitu: xian qi liang mu. Istilah ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti istri yang budiman dan ibu yang pengasih. Dalam kehidupan nyata,seringkali kita menjumpai saudara kandung dulunya akur, sekarang setelah masing-masing berkeluarga karena berebut harta menjadi saling bermusuhan.
Sebagai istri yang budiman tentunya ia akan menasehati sang suami agar bisa saling mengalah. Sebaliknya jika istri tamak harta, ia akan mempengaruhi suami agar memenangkan perebutan tersebut.Nyonya Wu adalah contoh istri yang budiman. Semoga dalam kehidupan ini,kita bisa mempersunting seorang wanita yang budiman sebagai pendamping hidup. [Lenna Lee / Jakarta / Tionghonews]
Sumber Artikel: Google Search Engine