玉皇大帝 Yu Huang Da Di {Hok Kian = Giok Hong Tay Te = Kaisar Giok/Kumala} sering disebut juga sebagai 玉皇上帝 Yu Huang Shang Di {Hok Kian = Giok Hong Siong Te}. Sebutan lainnya adalah 昊天上帝 Hao Tian Shang Di, 玉天大帝 Yu Tian Da Di.
Di dalam hati rakyat Tiongkok zaman dulu, Kaisar adalah orang yang paling dihormati & paling dijunjung tinggi dalam sebuah negara (Kerajaan). Sedangkan dalam pola berpikir dari 善男信女penganut agama Tiongkok (Buddha, Taoisme, Khong Hu Cu) yang saleh, Giok Hong Tay Te adalah Dewa Pertama Alam Langit, Dewata Tertinggi yang melaksanakan pemerintahan alam semesta dan dibantu oleh para dewata lain, seperti Dewa Matahari & Dewi Rembulan, Dewa Bintang, Dewa Halilintar, Dewa Angin, Dewa Awan, dan lain-lain. Sehingga tidak dapat disalahkan jika orang Tionghoa menganggap bahwa Giok Hong Siong Te adalah Tuhan mereka. Pandangan ini masih berlangsung sampai sekarang. Hal ini identik dengan umat Kristiani yang menganggap Yesus sebagai Tuhan mereka.
Menurut legenda, Giok Hong Tai Tee adalah putra dari 淨德國王 Raja Jing De & 寶月光王后 Ratu Bao Yue Guang dari negeri 光嚴妙樂 Guang Yan Miao Le. Setelah dewasa, beliau melepaskan kedudukan Raja dan pergi membina diri ke gunung. Setelah melewati berbagai bencana, barulah menjadi Maha Dewa 玉帝 Yu Di. Giok Hong Tai Tee bertahta di langit tingkat ke-33 di sebuah istana yang disebut 淩霄寶殿Ling Xiao Bao Dian yang berarti Istana Halimun Mukjizat. Lalu mengapa banyak orang menganggap Yu Huang Shang Di sebagai上帝 Shang Di / 天公 Tian Gong {Hok Kian = Siong Tee / Thi Kong = Tuhan Yang Maha Esa}???
[ NB : Perhatikan huruf Mandarin berikut (beda 1 huruf <bahkan beda 1 goresan pun>, beda arti) : 上帝 Shang Di = Tuhan Yang Maha Esa. 玉皇上帝 Yu Huang Shang Di = Maha Dewa Tertinggi Pelaksana Pemerintahan Alam Semesta. 玄天上帝 Xuan Tian Shang Di = Dewa Langit Utara ].
Sebenarnya Tuhan itu sendiri tak dapat dijangkau oleh daya pikir / nalar umat manusia yang terbatas, juga tidak dapat dijelaskan melalui ucapan & tulisan yang amat sangat terbatas, namun melalui penciptaan-Nya kita mempercayai adanya SATU TUHAN, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Percaya & hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa telah ada sejak 5.000-an tahun yang lalu pada zaman 五帝 Wu Di {Ngo Tee = 5 Kaisar Kuno, tahun 2952 – 2205 SM}.
Pada zaman dulu di Tiongkok, pemujaan terhadap 上帝Shang Di / Tian Gong {Thi Kong} hanya boleh dilakukan oleh Kaisar & keluarganya saja, karena beranggapan bahwa Shang Di adalah leluhur mereka dan memberikan mandat kepada mereka untuk memerintah di bumi ini. Rakyat biasa tidak diperbolehkan memuja Thi Kong, karena dengan berbuat begitu dapat dianggap menyamakan dirinya sebagai keluarga Kaisar, suatu pelanggaran yang diancam dengan hukuman mati.
Jadi upacara sembahyang kepada Shang Di hanya boleh dilakukan oleh keluarga kerajaan & dipimpin oleh Kaisar sendiri sebagai Pemimpin Upacara, dengan dibantu oleh anggota keluarganya dan para petinggi kerajaan yang lain. Upacara sembahyang kepada Tian ini biasanya dilakukan oleh pihak kerajaan di Ruang Altar Kerajaan yang disebut 天壇 Tian Tan (baca: Thien Than, arti harfiah = kuil langit), Temple of Heaven, yang ada di ibukota Tiongkok, 北京 Bei Jing. Di Tian Tan ini Kaisar & keluarganya sembahyang kepada Tian {Thi Kong} dengan sebutan 皇天上帝 Huang Tian Shang Di {Hong Thian Siong Tee} < Huruf Huang Tian Shang Di ini sampai sekarang masih tercantum di bagian atas Tian Tan >.
Sedangkan rakyat biasa mengadakan sembahyang di rumah masing-masing, di depan pintu, atau di tepi jalan, tanpa upacara macam-macam; cukup dengan menyalakan sepasang lilin dan sebatang/3 batang dupa yang disojakan ke arah langit. Rakyat Tiongkok terutama orang Hok Kian menganggap Giok Hong Siong Tee sebagai Thi Kong, karena Giok Hong Tai Tee adalah Dewata Tertinggi sebagai Pelaksana Pemerintahan Alam Semesta.
Setelah zaman Dinasti Song [960 – 1280 M], Kaisar-Kaisar yang bertahta kemudian tidak begitu ketat lagi dalam memberlakukan larangan pemujaan Shang Di oleh rakyat. Sehingga, orang pada umumnya berkata bahwa mereka mengadakan sembahyang sederhana kepada Shang Di, pada waktu menyalakan dupa & lilin. Padahal ia tidak berhak berbuat begitu, walaupun sangat menghormati Shang Di.
Di dalam kelenteng, biasanya tidak terdapat gambar atau arca Giok Hong Siong Tee. Untuk sembahyang kepadanya cukup disediakan sebuah pedupaan besar yang terletak di depan ruang utama. Pedupaan ini dinamakan 天公爐 Tian Gong Lu {Hiolo Thi Kong}. Seperti di Kelenteng Kim Tek Ie ini, Hiolo (tempat menancapkan dupa) untuk sembahyang kepada Thi Kong, bersamaan dengan hiolo untuk sembahyang kepada Giok Hong Tai Tee. Seperti pada foto di bawah, ini adalah Hiolo Thi Kong di Kim Tek Ie.
Pada waktu bersembahyang, mula-mula kita berdoa kepada Thi Kong, dengan membakar dupa & menancapkannya di Hiolo Thi Kong terlebih dulu sebelum bersembahyang kepada para dewata lainnya. Bahwasanya Sembahyang di Kelenteng itu termasuk agama yang monotheis, karena mengakui Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan para dewata di sini adalah sebagai wakil Tuhan di dunia yang mendengarkan segala doa dari umatnya. Jadi jika ada orang Tionghoa yang bersembahyang di kelenteng, ini BUKAN karena mereka percaya TAHAYUL, melainkan karena mereka hendak menghadap kepada salah satu di antara sekian banyak pembantu Tuhan (yaitu : dewa/i) di dunia ini untuk keperluan tertentu, misalnya: kesehatan, pekerjaan / bisnis supaya lancar, karir semakin meningkat, dapat jodoh, keluarga harmonis, atau sekedar menumpahkan perasaan hatinya (curhat).
Namun ada pula kelenteng yang khusus memuja Yu Huang Da Di, yang ditampilkan dengan wujud seorang kaisar yang berpakaian kuno, dengan tangan memegang sebilah Hu (bilah dari gading atau sejenisnya yang digunakan oleh menteri-menteri zaman kuno untuk menghadiri sidang kerajaan). Yu Huang Da Di adalah Dewata Tertinggi sebagai Pelaksana Pemerintahan alam semesta, dan mewakili Tuhan dalam memerintah alam semesta. Oleh karena itu beliau ditampilkan dengan memegang Hu, yang digunakan dalam upacara menghadap atasannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. [Teo Ai Ping / Jakarta / Tionghoanews]
Di dalam hati rakyat Tiongkok zaman dulu, Kaisar adalah orang yang paling dihormati & paling dijunjung tinggi dalam sebuah negara (Kerajaan). Sedangkan dalam pola berpikir dari 善男信女penganut agama Tiongkok (Buddha, Taoisme, Khong Hu Cu) yang saleh, Giok Hong Tay Te adalah Dewa Pertama Alam Langit, Dewata Tertinggi yang melaksanakan pemerintahan alam semesta dan dibantu oleh para dewata lain, seperti Dewa Matahari & Dewi Rembulan, Dewa Bintang, Dewa Halilintar, Dewa Angin, Dewa Awan, dan lain-lain. Sehingga tidak dapat disalahkan jika orang Tionghoa menganggap bahwa Giok Hong Siong Te adalah Tuhan mereka. Pandangan ini masih berlangsung sampai sekarang. Hal ini identik dengan umat Kristiani yang menganggap Yesus sebagai Tuhan mereka.
Menurut legenda, Giok Hong Tai Tee adalah putra dari 淨德國王 Raja Jing De & 寶月光王后 Ratu Bao Yue Guang dari negeri 光嚴妙樂 Guang Yan Miao Le. Setelah dewasa, beliau melepaskan kedudukan Raja dan pergi membina diri ke gunung. Setelah melewati berbagai bencana, barulah menjadi Maha Dewa 玉帝 Yu Di. Giok Hong Tai Tee bertahta di langit tingkat ke-33 di sebuah istana yang disebut 淩霄寶殿Ling Xiao Bao Dian yang berarti Istana Halimun Mukjizat. Lalu mengapa banyak orang menganggap Yu Huang Shang Di sebagai上帝 Shang Di / 天公 Tian Gong {Hok Kian = Siong Tee / Thi Kong = Tuhan Yang Maha Esa}???
[ NB : Perhatikan huruf Mandarin berikut (beda 1 huruf <bahkan beda 1 goresan pun>, beda arti) : 上帝 Shang Di = Tuhan Yang Maha Esa. 玉皇上帝 Yu Huang Shang Di = Maha Dewa Tertinggi Pelaksana Pemerintahan Alam Semesta. 玄天上帝 Xuan Tian Shang Di = Dewa Langit Utara ].
Sebenarnya Tuhan itu sendiri tak dapat dijangkau oleh daya pikir / nalar umat manusia yang terbatas, juga tidak dapat dijelaskan melalui ucapan & tulisan yang amat sangat terbatas, namun melalui penciptaan-Nya kita mempercayai adanya SATU TUHAN, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Percaya & hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa telah ada sejak 5.000-an tahun yang lalu pada zaman 五帝 Wu Di {Ngo Tee = 5 Kaisar Kuno, tahun 2952 – 2205 SM}.
Pada zaman dulu di Tiongkok, pemujaan terhadap 上帝Shang Di / Tian Gong {Thi Kong} hanya boleh dilakukan oleh Kaisar & keluarganya saja, karena beranggapan bahwa Shang Di adalah leluhur mereka dan memberikan mandat kepada mereka untuk memerintah di bumi ini. Rakyat biasa tidak diperbolehkan memuja Thi Kong, karena dengan berbuat begitu dapat dianggap menyamakan dirinya sebagai keluarga Kaisar, suatu pelanggaran yang diancam dengan hukuman mati.
Jadi upacara sembahyang kepada Shang Di hanya boleh dilakukan oleh keluarga kerajaan & dipimpin oleh Kaisar sendiri sebagai Pemimpin Upacara, dengan dibantu oleh anggota keluarganya dan para petinggi kerajaan yang lain. Upacara sembahyang kepada Tian ini biasanya dilakukan oleh pihak kerajaan di Ruang Altar Kerajaan yang disebut 天壇 Tian Tan (baca: Thien Than, arti harfiah = kuil langit), Temple of Heaven, yang ada di ibukota Tiongkok, 北京 Bei Jing. Di Tian Tan ini Kaisar & keluarganya sembahyang kepada Tian {Thi Kong} dengan sebutan 皇天上帝 Huang Tian Shang Di {Hong Thian Siong Tee} < Huruf Huang Tian Shang Di ini sampai sekarang masih tercantum di bagian atas Tian Tan >.
Sedangkan rakyat biasa mengadakan sembahyang di rumah masing-masing, di depan pintu, atau di tepi jalan, tanpa upacara macam-macam; cukup dengan menyalakan sepasang lilin dan sebatang/3 batang dupa yang disojakan ke arah langit. Rakyat Tiongkok terutama orang Hok Kian menganggap Giok Hong Siong Tee sebagai Thi Kong, karena Giok Hong Tai Tee adalah Dewata Tertinggi sebagai Pelaksana Pemerintahan Alam Semesta.
Setelah zaman Dinasti Song [960 – 1280 M], Kaisar-Kaisar yang bertahta kemudian tidak begitu ketat lagi dalam memberlakukan larangan pemujaan Shang Di oleh rakyat. Sehingga, orang pada umumnya berkata bahwa mereka mengadakan sembahyang sederhana kepada Shang Di, pada waktu menyalakan dupa & lilin. Padahal ia tidak berhak berbuat begitu, walaupun sangat menghormati Shang Di.
Di dalam kelenteng, biasanya tidak terdapat gambar atau arca Giok Hong Siong Tee. Untuk sembahyang kepadanya cukup disediakan sebuah pedupaan besar yang terletak di depan ruang utama. Pedupaan ini dinamakan 天公爐 Tian Gong Lu {Hiolo Thi Kong}. Seperti di Kelenteng Kim Tek Ie ini, Hiolo (tempat menancapkan dupa) untuk sembahyang kepada Thi Kong, bersamaan dengan hiolo untuk sembahyang kepada Giok Hong Tai Tee. Seperti pada foto di bawah, ini adalah Hiolo Thi Kong di Kim Tek Ie.
Pada waktu bersembahyang, mula-mula kita berdoa kepada Thi Kong, dengan membakar dupa & menancapkannya di Hiolo Thi Kong terlebih dulu sebelum bersembahyang kepada para dewata lainnya. Bahwasanya Sembahyang di Kelenteng itu termasuk agama yang monotheis, karena mengakui Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan para dewata di sini adalah sebagai wakil Tuhan di dunia yang mendengarkan segala doa dari umatnya. Jadi jika ada orang Tionghoa yang bersembahyang di kelenteng, ini BUKAN karena mereka percaya TAHAYUL, melainkan karena mereka hendak menghadap kepada salah satu di antara sekian banyak pembantu Tuhan (yaitu : dewa/i) di dunia ini untuk keperluan tertentu, misalnya: kesehatan, pekerjaan / bisnis supaya lancar, karir semakin meningkat, dapat jodoh, keluarga harmonis, atau sekedar menumpahkan perasaan hatinya (curhat).
Namun ada pula kelenteng yang khusus memuja Yu Huang Da Di, yang ditampilkan dengan wujud seorang kaisar yang berpakaian kuno, dengan tangan memegang sebilah Hu (bilah dari gading atau sejenisnya yang digunakan oleh menteri-menteri zaman kuno untuk menghadiri sidang kerajaan). Yu Huang Da Di adalah Dewata Tertinggi sebagai Pelaksana Pemerintahan alam semesta, dan mewakili Tuhan dalam memerintah alam semesta. Oleh karena itu beliau ditampilkan dengan memegang Hu, yang digunakan dalam upacara menghadap atasannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. [Teo Ai Ping / Jakarta / Tionghoanews]
Sumber Artikel: Google Search Engine