Tahun 1911, Zhang kuliah di Akademi Hukum dan Politik Tianjin namun tak lama kemudian pindah ke Universitas Hukum dan Pemerintahan Jinan. Tahun 1914, dia memutuskan untuk berhenti kuliah dan mengangkat senjata bergabung dengan pasukan yang dipimpin panglima perang Feng Yuxiang. Pangkatnya terus naik berturut-turut dari komandan pleton, komandan kompi, komandan batalion, komandan resimen, komandan brigade hingga mengomandani satu divisi. Tahun 1930 menjabat sebagai komandan divisi ke-38 dari tentara XXIX. Tahun 1933, Zhang memimpin pasukannya di garis depan dalam Pertempuran Tembok Besar melawan Jepang.
Tahun 1937, Zhang diangkat menjadi walikota Tianjin. Bulan Desember di tahun yang sama dia diangkat sebagai komandan pasukan LIX. Maret 1938 terlibat dalam Pertempuran Tai'erzhuang. April 1939 memenangkan sebuah pertempuran sengit melawan Jepang. Bulan Desember di tahun yang sama, Zhang mengorganisasi sebuah serangan dadakan ke markas pasukan Jepang. Reputasinya pun menanjak hingga rakyat menjulukinya sebagai 'Guan Yu yang hidup'.
Mei 1940, Zhang memimpin secara pribadi 3 resimen yang terdiri dari 2000 tentara melakukan perjalanan dari Hanshui menuju Zaoyang. Di tengah jalan mereka dicegat oleh pasukan Jepang sehingga pertempuran pun tidak bisa dihindari. Namun karena kalah jumlah mereka terpaksa mundur ke Yicheng dan terkepung disana dibawah serangan mortir dan peluru lawan. Menjelang siang, lengan kirinya terluka, Zhang gugur secara heroik setelah rentetan senapan mesin menghujam tubuhnya. Sisa pasukannya terus berjuang dengan gigih hingga orang terakhir.
Pasukan Jepang sangat takjub akan sikap kepahlawanannya. Setelah Zhang dan seluruh pasukannya gugur, mereka melepaskan topi dan memberi penghormatan pada musuh yang telah gugur dengan mulia itu. Sebuah peti mati dengan kualitas terbaik diberikan padanya dan perwira tertinggi Jepang dalam pasukan itu turut mengangkat peti matinya untuk dimasukkan ke liang lahat.
Sementara itu di pihak Tiongkok, setelah mendengarkan kabar kematian Zhang, Chiang Kai-Shek segera mengirim telegram pada pasukan di zona perang V untuk segera mengambil jenazah Zhang apapun risikonya. Setelah berhasil diambil, jenazahnya lalu dikirim ke Chongqing. Puluhan ribu rakyat beserta para pemimpin Tiongkok seperti Mao Zedong, Chiang Kai-Shek, Feng Yuxiang, dll hadir menyambut jenazahnya untuk memberikan penghormatan terakhir. 16 April 1982, pemerintah Republik Rakyat Cina secara anumerta menganugerahi gelar pahlawan revolusi kepadanya. Makamnya terletak di distrik Beibei, Chongqing tepatnya di kaki Gunung Meihua. (*)
http://yinnihuaren.blogspot.com
Email dari: Chen Mei Ing - Jakarta