BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 27 Desember 2011

NASEHAT LIAO FAN (4): MANFAAT / KEUNTUNGAN DARI KEBAJIKAN "RENDAH HATI"

BAB IV. Manfaat/Keuntungan dari Kebajikan “Rendah hati”

Bab ketiga mengajar kita cara untuk mengumpulkan kebajikan. Secara alami,adalah sangat baik bila manusia mau melakukan kebajikan, tetapi sebagai manusia, kita adalah makhluk sosial, tidak mungkin tidak bertemu dengan orang lain, karena itu, adalah sangat penting bagi kita mengetahui cara untuk membawa diri bila berinteraksi dengan orang lain. Cara yang terbaik adalah melakukan kebajikan “rendah hati”.

Dalam masyarakat, orang yang rendah hati akan mendapat dukungan dan kepercayaan publik. Bila mereka memahami kebajikan “merendah”, mereka juga akan paham pentingnya kemajuan diri secara konstan. Kemajuan diri yang konstan ini bukan saja termasuk memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi, tetapi juga menemukan keperluan untuk hidup lebih manusiawi, melaksanakan tugas sehari-hari dengan baik untuk memajukan komunikasi dengan teman-teman.

Banyak keuntungan dan anugrah yang didapat bila kita selalu bersikap “rendah hati”. Pelajaran ini memfokuskan pada keuntungan bila mempraktekkan kebajikan “rendah hati”, pengalaman Tuan Liao Fan sebagai buktinya. Orang akan mendapat manfaat yang sangat besar bila mereka dapat merenungkan dan paham akan ajaran ini.

Dalam I Ching / Buku Perubahan, hexagram rendah hati tertulis . . . . . Langit selalu merugikan/mencelakakan orang yang sombong dan memberkahi orang yang rendah hati. Demikian juga bumi tidak akan membiarkan orang yang bangga diri dan sombong tetap berada pada posisinya, tetapi akan mencelakakannya. Orang yang rendah hati tidak pernah kekurangan dan selalu diberkahi, seperti aliran air yang selalu mengalir dan mengisi tempat yang rendah. Demikian juga para Dewa Dewi, Makhluk Halus akan selalu menimpakan bencana kepada yang sombong dan memberi rezeki kepada yang rendah hati. Demikian juga manusia, orang yang sombong selalu dibenci dan menghormati/menyayangi orang yang rendah hati.

Karena itu, Langit, Bumi, Dewa-Dewi, Makhluk Halus semua menyenangi orang yang rendah hati daripada orang yang sombong. Dalam buku I Ching / Buku Perubahan, 64 hexagram menjelaskan perubahan konstan dan interaksi dengan Langit dan Bumi, Yin dan Yang, buku ini mengajarkan manusia cara untuk menjadi lebih rendah hati, setiap hexagram terdiri dari hal-hal yang baik dan buruk.

Hal yang buruk memperingati orang untuk tidak berbuat kejahatan dan mempraktekkan kebajikan. Hal yang baik memotivasi orang agar lebih rajin melatih diri agar mendapat yang lebih baik. Hanya hexagram rendah hati berisi semua hal-hal yang baik saja, tidak ada hal yang buruk. Buku sejarah Tiongkok juga tertulis . . . Kesombongan akan mengundang malapetaka, rendah hati akan mengundang keberuntungan“.

Saya selalu pergi bersama teman bila menghadiri ujian negara dan setiap kali bertemu pelajar yang sangat miskin. Saya memperhatikan bahwa sebelum mereka berhasil lulus ujian dan hidup makmur, muka mereka menunjukkan kerendah-hatiannya, tenang, damai dan harmonis, sehingga saya merasa menguasai kwalitas tersebut.

Beberapa tahun yang lalu, saya mengikuti ujian negara di Beijing. Di antara peserta dari kampung saya, Sdr. Ching Yu Ding adalah yang paling muda dan rendah hati. Saya berkata kepada teman saya Jin Po Fay bahwa anak muda ini pasti lulus dalam ujian tahun ini. Jin Po Fay bertanya : “Bagaimana Anda tahu?”.

Saya berkata : “Orang yang rendah hati pasti memperoleh keberuntungan. Temanku, cobalah lihat diantara kita 10 orang ini, adakah seorangpun sejujur, murah hati, tidak berebut untuk didahulukan, selalu bersikap hormat, sabar, rendah hati, walaupun difitnah tidak mau membela diri, dimarahi tidak membalas seperti Ching Yu? Seseorang bila telah menguasai kwalitas ini, pasti mendapat perlindungan Langit, Bumi, Dewa/Dewi, dan Malaikat, tidaka ada alasan dia tidak memperoleh kemakmuran”.

Betul, ketika pengumuman hasil ujian, Ching Yu Ding lulus. Setahun di Beijing, saya tinggal bersama seorang teman yang telah bergaul sejak kecil. Kai Chi Fung, saya selalu memperhatikannya dan mendapati bahwa dia selalu berlaku rendah hati, baik dan menyesuaikan diri. Dia tidak pernah menunjukkan sedikit juga kesombongan, sama sekali berbeda dengan sifat-sifat buruknya semasa kecil. Kai Zhi mempunyai seorang teman, bernama Ji Yen Li yang benar-benar adalah seorang teman sejati, bila dia melihat Kai Chi berbuat kesalahan selalu langsung memarahi dan menasehatinya, tetapi Kai Chi selalu menerima dengan baik tanpa membalas karena menyadari bahwa dia benar telah berbuat salah.

Lihat Kai Chi, orang memarahinya dapat diterima dengan sabar, bila dia tidak salah, tetap tidak membalas dan mendendam yang memarahinya. Sebenarnya, orang yang memarahi kita adalah orang yang benar-benar menyayangi kita, karena untuk kebaikan kita. Bila anak kita berbuat kesalahn, kita memarahinya, anak tetangga berbuat kesalahan, mengapa kita tidak juga memarahinya?

Walaupun mungkin tidak diterima, akan tetapi ini adalah berdasarkan kasih sayang, demi kebaikan anak tersebut yang akan berpengaruh di masyarakat, negara kelak.

Saya berkata kepada Kai Chi : “Persis seperti gejala seseorang akan menerima bencana, kita juga telah dapat melihat gejala bahwa seorang akan menerima keberuntungan sebagai akibat pelatihan diri. Langit akan mendengarkan suara hati orang yang rendah hati. Anda, teman saya, pasti lulus dalam ujian kerajaan tahun ini”. Belakangan, terbukti Kai Chi lulus ujian tersebut.

Ada seorang pemuda dari Propinsi Santong bernama Yu Fong Zhou sebelum berumur dua puluh tahun telah lulus ujian kerajaan level pertama. Sayang sekali, telah berusaha sedapat mungkin, tetapi tetap tidak berhasil lulus ujian level berikutnya. Ketika ayahnya dimutasikan jabatan di kantor pemerintah di daerah lain, Yu Fong turut serta dan berkenalan dengan seorang terpelajar besar yang ternama bernama Ming Wu Chian. Yu Fong membawa karya tulisnya kepada Ming Wu untuk minta petunjuk, dia tidak menyangka bahwa Tuan Chian langsung mengambil kuas kaligrafi mencoreti hampir seluruh tulisannya. Yu Fong tidak marah malah dengan tulus dan ramah menerima koreksi tulisannya dari Tuan Chian dan mengubahnya sesuai dengan yang disarankan oleh Tuan Chian. Seorang anak muda dapat dengan rendah hati dan berkeinginan untuk memperbaiki diri adalah sangat jarang ditemui. Tahun berikutnya, Yu Fong lulus ujian kerajaan.

Suatu tahun, saya ke Ibukota untuk menghadap Raja. Saya berjumpa seorang pelajar bernama Jian Suo Hsia yang mempunyai segala kwalitas sebagai seorang pembesar tanpa menunjukkan adanya sedikitpun kesombongan, saya dapat merasakan aura dari kebajikan dan kerendahan hatinya. Ketika saya pulang ke rumah, saya mengatakan kepada teman : “Bila Langit hendak menganugerahi seseorang kemakmuran, pertama akan membuka pikirannya agar dapat berpikir secara bijak, kebijaksanaan yang membuat seseorang tersebut menjadi jujur, disiplin diri. Langit telah memberi Jian Suo kebijaksanaan, karena jikalau tidak demikian, dia tidak mungkin sedemikian baik, ramah, rendah hati, sudah pasti Yang Kuasa akan memberinya kemakmuran”. Betul saja, ketika pengumuman hasil ujian, Jian Suo lulus.

Ada seorang pelajar bernama Wei Yan Chang dari daerah Jiang Ying yang terpelajar dan pandai menulis karya yang baik, dia sangat terkenal di kalangan pelajar. Suatu tahun dia mengikuti ujian kerajaan di Nanjing dan tinggal di sebuah Vihara Tao. Ketika hasil ujian diumumkan, dia gagal. Dia sangat marah dan menyalahkan penguji bahwa penguji tersebut adalah buta karena tidak mengenal kemampuannya. Pada saat itu, seorang Bhiksu Tao berdiri di sampingnya tersenyum. We Yang segera mengalihkan kemarahannya kepada Bhiksu Tao tersebut. Bhiksu Tao itu berkata : “Karya tulis anda pasti tidak baik”. Mendengar itu, Wei Yan malah bertambah marah dan berkata : “Bagaimana Anda tahu bahwa tulisan saya tidak baik padahal Anda tidak membacanya?”. Bhiksu Tao berkata : “Saya sering mendengar orang berkata bahwa faktor yang terpenting dalam menulis adalah pikiran yang tenang dan karakter yang harmonis, kemarahan dan emosi anda sekarang menujukkan bahwa anda tidak berpikiran tenang dan berkarakter keras, bagaimana mungkin anda dapat menulis karya yang baik?”

Mendengar perkataan Bhiksu Tao tersebut, Wei Yan menerima dan meminta nasehat. Bhiksu Tao berkata : “Lulus ujian adalah juga tergantung kepada nasib, bila anda ditakdirkan tidak lulus, bagaimana juga anda berusaha tidak akan lulus, anda sendiri yang harus mengubahnya”. Wei Yan bertanya : “Bagaimana saya mengubah takdir?”

Bhiksu Tao berkata : “Walaupun Yang Kuasa yang menentukan nasib kita, tetapi membangun nasib adalah berada di tangan kita sendiri. Selama anda mau berbuat baik dan melatih kwalitas yang tersembunyi di dalam diri, anda mendapat apa yang anda inginkan”.

Wei Yan menjawab : “Saya hanya seorang pelajar miskin, perbuatan kebajikan apa yang dapat saya buat?”.

Bhiksu berkata : “Perbuatan baik dan pelatihan kebajikan semuanya bersumber dari hati. Bila anda bermaksud berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan. Pahalanya adalah besar tidak ternilai! Sebagai contoh, kebajikan “rendah hati”, tidak perlu mengeluarkan uang, mengapa anda tidak instropeksi diri, menyalahkan diri karena adanya kekurangan dalam karya tulis anda, bukannya menyalahi ketidakadilan penguji?”.

Sejak Wei Yang Chang mendengar nasehat Bhiksu tersebut, dia menyadari kesalahan sikapnya selama ini dan berusaha tidak berbuat kesalahan lagi. Setiap hari dia berusaha berbuat baik untuk mengumpulkan kebajikan. Tiga tahun kemudian suatu malam dia bermimpi bahwa dia masuk ke sebuah rumah yang sangat tinggi dan melihat sebuah buku yang tertulis semua nama peserta yang akan lulus ujian kerajaan tahun tersebut. Dia melihat ada banyak tempat yang kosong tidak terisi nama. Karena tidak mengerti apa maksudnya, dia bertanya kepada orang yang berdiri disampingnya : “Apa ini?”. Orang itu menjawab : “Ini adalah buku yang mengisi semua nama peserta ujian yang lulus tahun ini”. Wei Yang bertanya : “Mengapa masih banyak tempat yang kosong?”.

Orang itu menjawab : “Makhluk yang hidup di bawah dunia ini setiap tiga tahun memeriksa para peserta ujian. Hanya nama orang yang berbuat baik dan tidak berbuat kejahatan yagn berhak tercantum di buku ini, tempat-tempat kosong di buku ini sebenarnya telah terisi, akan tetapi karena telah membuat banyak kesalahan akhir-akhir ini, maka nama mereka dihapus”. Sambil menunjuk satu tempat yang kosong dari buku tersebut dia berkata : “Ah-ha, selama tiga tahun ini anda sangat waspada, disiplin diri dan melatih diri, agar tidak berbuat kesalahan, mungkin nama anda akan terisi di sini, saya harap anda benar-benar memelihara diri jangan sampai berbuat kesalahan”. Betul saja, Wei Yan lulus ujian kerajaan terdaftar dengan nomor 105 tahun itu. Dengan contoh-contoh di atas, kita mengetahui bahwa Yang Kuasa, Dewa/Dewi, Malaikat selalu menyaksikan tingkah laku kita. Karena itu, kita harus segera berbuat segala sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dan menghindari segala tindakan yang emosional, kekerasan dan mencelakai orang lain, apalagi orang banyak. Semua ini Saya dapat memutuskan untuk diri saya. Selama saya selalu berniat baik, tidak melanggar kehendak Langit, Bumi, Dewa/Dewi, Malaikat, rendah hati, sabar, tidak sombong, maka Langit, Bumi, Dewa/Dewi, Malaikat pasti memberkati saya.

Hanya dengan cara ini bisa sebagai fondasi untuk mendapatkan kemakmuran. Mereka yang selalu menipu diri dan orang lain sudah pasti tidak akan berhasil. Walaupun mereka makmur sekarang, akan tetapi tidak mungkin lama. Orang bijak pasti tidak berpikir sempit sehingga merusak masa depan sendiri dan juga menolak keberuntungan yang pantas dia dapat.

Di samping itu, mereka yang rendah hati selalu mencari kesempatan untuk belajar, bila seseorang tidak rendah hati, siapa yang mau mengajarnya? Tambahan pula, orang yang rendah hati selalu mau mempelajari kelebihan yang dimiliki orang lain, menganggapnya sebagai contoh dan mengikuti jejaknya. Menganggap kekurangan orang sebagai sebuah cermin untuk diri, sehingga tidak berbuat kesalahan yang sama. Dengan cara ini, kebajikan yang dibuat oleh orang yang rendah hati adalah tidak terbatas! Bagi mereka yang ingin melatih diri untuk meningkatkan kwalitas jati diri, tidak dapat berhasil bila tidak melatih kebajikan “rendah hati”.

Tersebut dalam Sutra Buddha : “Bagi mereka yang menginginkan kekayaan dan kekuasaan, pasti mendapat kekayaan dan kekuasaan, menginginkan jabatan dan reputasi, pasti mendapat jabatan dan reputasi. Seseorang yang bercita-cita besar dan mempunyai sutu tujuan untuk dicapai adalah seperti pohon yang berakar. Pohon yang berakar akan tumbuh mekar dengan cabang-cabang, ranting-ranting, daun-daun dan berbunga. Seorang yang menetapkan tujuan,

untukmencapainya haruslah melatih kerendahan hatinya dalam setiap pikiran dan tindakannya, berusaha terus walaupun hal yang dihadapi tersebut tidak penting, sepele seperti setitik debu”.

Bilamana seseorang dapat melatih diri sampai tingkat ini, sudah pasti akan menyentuh hati Langit dan Bumi.

Lagi pula, saya sendiri adalah yang membangun kemakmuran diri. Bila saya benar-benar ingin membangunnya, saya pasti berhasil. Lihat saja orang yang menginginkan kekayan dan kekuasaan. Pada mulanya, mereka tidak tulus, hanya karena terpikir saja. Bila mereka senang, mereka berusaha mengejarnya, bila minatnya turun, berhenti berusaha. Mencius pernah berkata kepada Raja Shuan Chi : “Paduka menggunakan musik sebagai pelipur lara, akan tetapi itu adalah sebuah kesenangan individu. Bila Paduka mengembangkan dari hati yang dalam, sehingga berbagi kebahagiaan dengan rakyat, sehingga Paduka dan rakyat menikmati kebahagiaan tersebut bersama. Inilah yang disebut kebahagiaan sejati”.

Jika sebuah pemerintah negara dapat mengerti kebenaran ini, pemerintah dan rakyat bekerja sama membangun kemakmuran dan menikmatinya bersama, Berbuat apa yang disenangi rakyat, tidak berbuat apa yang tidak disenangi rakyat. Inilah yang disebut “mengikuti hati rakyat”. Harus menggunakan kebijaksanaan untuk berbuat kebaikan demi mengumpulkan kebajikan, membangun kekayaan. Membantu negara-negara terbelakang, negara yang miskin di seluruh dunia, memelihara lingkungan, maka kekayaan yang dibangun tersebut baru ada nilainya, ada artinya. Bila hanya ingin memiliki sendiri kekayaan tersebut, maka bencana besar telah mengintai.

Saya rasa ini sama untuk orang yang ingin memperoleh hidup yang lebih baik dengan mengubah nasibnya. Seperti contoh, saya ingin lulus ujian kerajaan. Bila orang dapat menyadari kesalahannya, mau mengoreksi diri dan mulai mengembangkan kebesaran hatinya dengan rajin berbuat kebaikan, mengumpulkan kebajikan, berusaha meningkatkan kualitas karakter sendiri, akan membangun nasib dan kemakmuran yang berkepanjangan, semua keberuntungan akan datang dengan sendirinya serta terhindar dari segala malapetaka. [Leoni Koh / Jakarta / Tionghoanews]

TAMAT

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA