BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 02 Maret 2011

WEI RU LEI LUAN

Pada zaman Chunqiu, yaitu antara tahun 770 hingga tahun 476 Sebelum Masehi, terdapat seorang raja di negeri Jin yang bernama Jinlinggong. Baginda bukan saja selalu bersikap acuh tak acuh terhadap urusan negara, malah menggunakan apa saja cara untuk mendapatkan kesenangan bagi dirinya saja. Pada suatu hari, raja Jinlinggong terfikir hendak membina sebuah rostrum bertingkat sembilan supaya baginda dapat melihat seluruh negerinya dari rostrum itu. Baginda mengeluarkan arahan sambil berkata:

"Siapa saja yang menghalang projek saya ini, akan dibunuh tanpa bicara."

Dengan demikian, ramai rakyat jelata, baik lelaki maupun wanita, yang telah dikerah untuk membagun rostrum yang dicita-citakan oleh raja Jinlinggong itu. Bagaimanapun, tidak ada seorang pun yang berani tampil untuk memberikan nasihat kepada raja tersebut.

Melihat begitu banyak tenaga dan biaya dihabiskan untuk projek itu, seorang pegawai yang bernama Xunxi telah bergegas ke istana untuk mengadap raja Jinlinggong. Raja Jinlinggong memerintahkan tentaranya supaya sedia dengan panah terlebih dahulu, dan membidik panah masing-masing ke arah Xunxi. Sebaik saja Xunxi membuka mulut untuk menasihati baginda, tentara tersebut diperintahkan segera melepaskan anak panah mereka.

Xunxi yang berada dalam keadaan yang begitu cemas itu, berkata dengan suara yg tenang: "Hamba datang untuk menghadap tuanku, bukanlah untuk memberikan apa-apa nasihat kepada tuanku. Hamba hanya mau mempersembahkan satu pertunjukan yang hebat untuk tuanku. Hamba dapat menimbunkan 12 biji catur, lalu melonggokkan lagi 9 biji telur ke atas catur tersebut, tetapi timbunan itu tidak akan runtuh."

Melihat raja itu seolah-olah berminat kepada pertunjukan yang disebutnya tadi, Xunxi pun mula menimbunkan 12 biji catur, lalu melonggokkan telur sebiji demi sebiji ke atas timbunan catur tersebut. Melihat timbunan telur itu hampir runtuh , raja Jinlinggong berteriak dengan kuat: "Berbahaya! Berbahaya!"

Xunxi menghentikan pertunjukannya, sambil berkata: "Jangan bimbang, tuanku! Banyak lagi hal yang lebih cemas dan berbahaya daripada timbunan telur ini."

Raja Jinlinggong bertanya: "Hal apa yang lebih cemas lagi?" Xunxi menjawab dengan serius:

"Tuanku mungkin tidak sadar bahwa negeri kita sudah berada di ambang kehancuran. Begitu banyak tenaga kerja telah dikerah untuk membangun rostrum itu mengikut perintah tuanku. Tanah menjadi tandus dan gersang. Duit habis begitu saja. Negeri-negeri jiran sudah bersiap sedia untuk melancarkan serangan terhadap kita. Jika mereka bertindak, bukankah negeri kita akan menghadapi situasi yang lebih cemas dan berbahaya?"

Mendengar kata-kata Xunxi itu, raja Jinlinggong insaf dengan kesalahan yang dilakukannya. Maka, baginda segera mengeluarkan perintah untuk membatalkan projek pembangunan rostrum yang tinggi itu.

Catatan Keterangan:

Peribahasa "Wei Ru Lei Luan" atau "Cemas dan Berbahaya Seperti Timbunan Telur" ini, digunakan untuk menggambarkan situasi yang sangat cemas dan genting, seperti timbunan telur yang akan runtuh dan pecah pada bila-bila waktu saja. Ia membawa maksud yang hampir sama dengan maksud peribahasa "seperti telur di ujung tanduk" (*v*)

Mobile Upload by - Chen Mei Ing

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA