BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 24 Januari 2011

FESTIVAL KUE BULAN

Selama masa sejarah Tiongkok, Festival Pertengahan Musim Gugur, atau dikenal dengan Festival Kue Bulan dikenang sebagai perayaan hari sukacita keluarga yang dilambangkan dengan kehadiran bulan dalam wujud penuh.

Ini adalah sekali dalam kurun waktu satu tahun bulan menampakkan diri sangat dekat dengan planet bumi, berdampingan dengan batas langit dan bersinar kemerahan yang mana melambangkan bersatunya pria (matahari) dan perempuan (bulan), seperti Yin dan Yang dalam tradisi Tiongkok.

Perayaan ini umumnya jatuh pada pertengahan musim panas, berdekatan dengan titik ekuinox utara yaitu titik di mana rentang waktu antara siang dan malam adalah sejajar.

Tradisi kue bulan lahir di masa dinasti Xia dan Dinasti Shang, tradisi tersebut dikatakan berawal dari sebuah cerita rakyat kuno yang bersifat ritual. Namun perayaan tradisi tersebut baru populer di Tiongkok ketika era Dinasti Tang.

Ritual ini berasal dari latar belakang pertanian Tiongkok, di mana petani memohon kepada Dewa Bumi agar diberi musim yang baik. Di akhir masa panen mereka sekali lagi akan memuja Dewa Bumi untuk mengucapkan rasa terima kasih. Hal ini dikenal sebagai berkah musim gugur. Banyak orang percaya bahwa festival Musim Gugur berasal dari kebiasaan ini.

Ada juga sebuah legenda mengenai seorang pemanah bernama Hou Yi, yang menyelamatkan bangsa Tiongkok dari musim kemarau parah yang menyebabkan bumi retak dan pepohonan mati. Ia mengunjungi Pegunungan Kunlun dan menutup sembilan dari sepuluh matahari yang muncul di langit. Tidak lama setelahnya ia dikenal sebagai pahlawan dan kemudian menjadi raja Tiongkok.

Suatu hari, saat sedang mengunjungi rekannya di Pegunungan Kunlun, Hou Yi bertemu Ibunda Ratu, yang memberikan dia sebuah ramuan mujarab keabadian yang akan memungkinkannya naik ke Langit di mana ia akan menjadi orang suci. Hou Yi berat hati meninggalkan istrinya, Change, sehingga memberikan istrinya ramuan tersebut untuk perlindungan. Namun, Peng Meng, satu dari pegawai istana yang dikenal pencemburu dan tamak, melihat saat Change menyembunyikan ramuan.

Peng Meng berencana untuk mencuri ramuan tersebut. Suatu hari saat Raja tidak berada di tempat, ia memasuki kamar Change dan meminta Change menyerahkan ramuan tersebut padanya. Sadar bahwa dirinya tak mampu menghadapi Peng Meng yang lebih kuat, Change segera mengambil ramuan dan memasukkan ke dalam mulutnya sambil melarikan diri.

Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya menjadi ringan dan mulai terbang ke atas. Selagi mengkhawatirkan suaminya, ia mendapatkan dirinya mendarat di bulan, benda langit terdekat dengan bumi.

Saat Hou Yi pulang, ia sangat sedih setelah mengetahui apa yang telah terjadi. Ia kemudian membangun sebuah altar di kebun milik Change untuk mengenang sang istri. Di sana ia meletakkan makanan kesukaan Change dan buah-buahan segar sebagai persembahan kepada sang istri di bulan.

Cerita ini dikisahkan untuk menggambarkan dunia yang damai dan bebas di Langit, jauh dari hal-hal keduniawian dan kericuhan.

Inilah awal masyarakat kuno di Tiongkok mulai memberikan persembahan kepada dewi bulan, persembahan berupa kue bulan, anggur dan buah semangka. [Mei ing - Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA