Jika status manusia ditentukan oleh bakat dan nilai yang dimilikinya, maka dunia pasti akan selalu damai. Orang-orang yang berhasil dalam hidupnya adalah mereka yang memiliki sikap untuk tidak menerima apapun yang diberikan oleh nasib.
Seseorang yang bijak maka akan merespon setiap hal tidak baik yang terjadi dalam hidupnya untuk melakukan sesuatu agar mereka menjadi orang yang mereka inginkan. Sementara orang yang gagal akan menyalahkan tentang ketidakadilan Tuhan pada dirinya.
Selama masa pemerintahan Kaisar Ling (168-189) dari dinasti Han Timur, di keresidenan Yizhou, distrik Shu, hidup seorang cendekiawan yang bernama Sima Mao (司馬楙) dengan nama kehormatan Chongxiang..
Sima Mao seorang yang dikaruniai kecerdasan luar biasa, sampai-sampai dapat membaca sepuluh baris dalam satu kerlingan mata. Ketika berusia 8 tahun, dia pernah mengikuti ujian istana di ibu kota sebagai anak ajaib, hanya saja didiskualifikasi oleh sang penguji karena komentarnya yang lancang.
Ketika ia sudah mulai beranjak dewasa, kebijaksanaannya pun bertambah. Dia menyesali kecerobohannya dan menanamkan kesederhanaan pada dirinya. Setiap hari ia mengurung diri untuk belajar tanpa peduli akan dunia luar. Ketika kedua orang tuanya meninggal, ia pindah ke sebuah gubuk untuk berkabung dan hidup disana selama 6 tahun, sehingga ia mendapat reputasi sebagai anak yang berbakti.
Berulangkali ia direkomendasikan atas reputasinya sebagai anak berbakti dan ilmunya yang luas, namun posisi tersebut selalu diambil oleh orang lain dengan dukungan politik, sehingga selalu membuat dirinya kecewa.
Di tahun pertama pemerintahan Guanghe (178), Kaisar Ling memulai pembangunan Istana Barat. Dananya didapatkan dari menjual jabatan dan gelar dengan harga yang bervariasi. Ketika itu ada seorang kasim yang bernama Cui Lie membeli gelar menteri pendidikan dengan harga lima juta. Pada hari pelantikan, kaisar menyesali putusannya. Dengan mengentakkan kaki, kaisar bergumam, "Aku sudah terlalu murah menjual gelar sebaik itu, padahal aku bisa saja mendapat dua kali lipat jika aku mepersulitnya."
Ketika Kaisar membangun sekolah khusus di Gerbang Ibu Kota, dia memerintahkan para pejabat lokal untuk merekomendasikan setiap anak-anak orang kaya untuk bersekolah disana. Yang memberi uang cukup banyak akan dijamin mendapat posisi jabatan di tingkat provinsi.
Tetapi tak ada seorang pun yang merekomendasikan Sima Chongxiang walaupun dia sangat berbakat dan terpelajar, karena dirinya yang miskin. Oleh karena itu, walaupun dia sudah mencapai usia 50-an, hidupnya tidak ada berubah sama sekali. Selamanya ia akan menjadi rakyat biasa, dimana ia menganggap hal itu sebagai duri dalam dagingnya.
Mengetahui hal ini, dalam keadaan mabok Sima Mao menjadi marah besar dan menuliskan sekaligus menyanyikan puisi keluhannya sebagai berikut :
Apakah bakatku yang dikaruniai Tuhan, Tidak untuk digunakan ?
Aku bercita-cita menjadi orang besar, Tetapi dalam nasib aku tidak beruntung.
Dalam usia lima puluh aku tetap tak dikenal, Menderita dalam kepapaan.
Kehormatan dan kemuliaan, Kepada siapa keduanya pergi?
Kepada mereka yang bodoh, Tetapi dengan saku penuh isi. Yang kaya membumbung ke awan, Yang miskin terbenam dalam lumpur.
Sehingga dalam amarahnya yang meledak, ia menambah 8 baris lagi pusi keluhannya pada langit :
Yang mulia dan yang rendah bertukar tempat, Yang kuat dinyatakan lemah. Ketika moral merosot di zaman ini, Aku tetap berdiri tegak.
Rencana Tuhan tidak untuk diketahui, Mungkinkah Tuhan tidak adil? Aku ingin mengetahui semua perinciannya, Namun sebaliknya, air mataku berderai bagai hujan.
Setelah itu dia kemudian melempar puisi terebut kedalam api sambil berseru, "Langit ! Oh, Langit ! jika masih ada kebaikan dalam dirimu, apa yang dapat kau katakan? Aku, Sima Mao belum pernah berbuat salah dalam hidup ini yang dapat mencelakakan intergritasku.
Sekalipun kau membawakan aku kepada Yama, aku tak takut. Apa yang harus aku takutkan?" setelah itu, ia merasa sangat letih dan tertdur diatas meja. Kemudian, dalam mimpinya muncul tujuh Iblis pesuruh Yama dari kolong meja. Mereka mengejek Chongxiang, "Cendekiawan, bakat apa yang kau punya sehingga berani mengumpat langit dan bumi dan melontarkan fitnah ke alam akhirat! kami diutus untuk menggiringmu ke raja neraka Yama"
Chongxiang pun balik bertanya" Logika apa ini, menuduh dan memfitnahku sementara ketidakadilan berupa suatu kenyataan!"
Para Iblis pun menyerang Chongxiang dan membuatnya terjaga dalam keringat dingin. Kemudian ia sakit keras sambil dirawat Istrinya. Chongxiang terus dalam keadaan koma, membuat istrinya bingung penyakit apa yang mendera suaminya.
Kaisar Langit pun naik Pitam," Ketenaran dan keberuntungan adalah urusan nasib. Jika status manusia ditentukan oleh bakat dan nilai yang dimilikinya, maka dunia pasti akan selalu damai, takkan ada pergantian suatu dinasti. Sungguh tak masuk akal ! Cendekiawan picik itu tahu apa? menuduhku tidak adil! dia harus dihukum, semakin cepat semakin baik agar menjadi peringatan bagi orang yang sembarangan menuduh!"
Dewa Bintang Utara (Bintang Emas Venus) berkata, "Meski sembrono bicara, tapi dia mengeluh demikian oleh karena dengan bakat yang dimilikinya, ia tetap berada dalam keadaan sulit. Jika kita menjalankan peraturan dengan memberi imbalan bagi kebaikan, dan hukuman bagi kejahatan maka pernyataan itu masuk akal manusia, jadi hamba memohon agar dirinya dimaafkan."
Kaisar Langit menjawab,"Dia sangat congkak dengan mengatakan akan memperbaiki yang salah apabila dirinya Yama. Manusia mana yang mampu menjadi Yama dengan kasus yang bertumpuk bagaikan gunung, sementara sepuluh raja akhirat selalu disibukkan sehingga tidak ada waktu untuk makan.? Dan Sima Mao menyatakan dirinya mampu menyelesaikan semua kasus tersebut!"
Bintang Utara berkata lagi, "Jika dia begitu arogan, mungkin saja dirinya berkemampuan. Sejauh ini memang benar di akhirat telah terjadi ketidakadilan, kasus beratus tahun silam masih menggantung. Penderitaan para arwah bahkan terasa sampai ke Langit. "
"Menurut pandangan hamba yang rendah, yang terbaik adalah membawanya ke akhirat dan menggantikan tugas Yama setengah hari saja. Apabila putusannya bijaksana dan adil, maka itu akan menjadi tebusannya. Jika tidak, maka dia akan dihukum dan hanya dengan begitu dirinya dapat menerima keadilan tersebut." Kemudian Kaisar langit pun menyetujui usulan tersebut.
Kemudian Bintang Utara ke Istana Akhirat atas perintah kaisar dan memerintahkan Yama untuk memanggil Sima Mao serta memberikan singgasananya selama 12 jam, agar ia dapat menerima dan mengadili kasus-kasus tersebut. Apbila putusannya bijaksana dan adil, maka ia akan mendapat ketenaran dan kekayaan atas kompensasi kesengsaraan hidupnya sekarang. Apabila tidak, maka dia akan dijebloskan ke Neraka dan tidak bisa bereinkarnasi lagi. Setelah instruksi tersebut Yama mengutus Iblis untuk memanggil Sima Mao.
Chongxiang tidak memperlihatkan rasa takut ketika melihat sang Iblis dan mengikutinya sampai Istana kegelapan, dimana Iblis itu berteriak dan menyuruhnya berlutut. Chongxiang memprotes,"Untuk apa? Siapa yang duduk disana?." "Yama Sendiri."
Chongxiang bersuka cita, "Yama! Lama sudah aku Sima Mao, ingin berjumpa dengan guna mencurahkan semua keluhanku. Sangat bahagia aku berjumpa denganmu! dengan statusmu yang agung sebagai raja, Kau memiliki hakim, Iblis Lembu dan Iblis Kuda serta puluhan Ribu iblis pesuruh untuk membantumu, sementara aku, Sima Mao, hanyalah cendekiawan tidak berguna dan kesepian yang hidupnya berada di genggamanmu. Jangan tekan aku dengan kekuasaanmu. mari kita berdebat secara adil. Siapa yang argumentasinya lebih kuat akan keluar sebagai pemenang."
"Sebagai penguasa akhirat, aku mengikuti mandat langit dalam semua perbuatanku. Kebaikan dan kecakapan apa yang kau miliki untuk menggantikanku? catatan apa yang ingin kau perbaiki?"
"Yama, katamu kau mengikuti mandat langit, tetapi mandat langit berlandaskan kasih sayang pada manusia, mendesak manusia untuk berbuat kebaikan dan memanggil yang jahat untuk dihukum, namun kenyataannya yang kikir tetap kaya sementara yang baik hati terperosok dalam kemiskinan.
Yang jahat meraih ketenaran dan keberuntungan atas perbuatan jahat dan tak terjangkau hukum, sementara yang baik hidup hina dan penuh duka. Yang berbudi luhur kerap ditipu dan yang berbakat dihina oleh yang bodoh. tidak tempat mengadu untuk orang yang dipersalahkan.
Semua itu terjadi karena putusanmu, Yama. Ambilah diriku sebagai contoh, seluruh hidup kuhabiskan untuk belajar dengan berbakti kepada orang tuaku yang tidak pernah luntur. Peraturan Dewa mana yang telah kulanggar sehingga membuat penderitaanku mendera dan statusku lebih rendah dari orang biasa? Apa baik memutar balikkan hal seperti itu? Apabila aku raja neraka ketidakadilan itu takkan terjadi."
Yama tertawa, "Pembalasan karma hanya adalah waktu. Sesuatu yang dilakukan di kehidupan sebelumnya bisa saja berdampak sekarang atau dialami anak cucunya. Orang kikir kaya raya diberkati kekayaan karena perjuangan keras mereka di kehidupan sebelumnya, namun kekikiran dikehidupan sekarang akan membuatnya mati kelaparan di kehidupan lain.
Orang menjadi miskin karena dosa dan perbuatannya di kehidupannya yang lalu. Apabila berbuat kebaikan, maka dia tetap menikmati hidup berkecukupan di kehidupan yang mendatang. Dengan begitu, bisa dilihat bahwa orang kikir dan licik kesulitan utnuk mempertahankan ketenaran dan keberuntungannya dikehidupan ini, dan orang yang jujur serta baik hati akan makmur tanpa dirinya mengalami kegagalan, sekalipun hidupnya sengsara dikehidupan sekarang.
Hukum permanen ini tak menoleransi keraguan. Kami mampu melihat lebih luas dari makhluk tidak abadi. Oleh karena manusia tak mengerti, maka manusia teriak memprotes karena tak tahu kebenaran."
Chongxiang menantang, "Jika kau mengurus pembalasan karma secara tuntas, jangan katakan tak ada arwah ketidak adilan di akhirat ini. Kau kutantang untuk mengizinkanku memeriksa berkas lama. Jika kasus-kasus tersebut sudah diputuskan secara adil, maka aku Sima Mao akan mengakui kesalahanku telah melontarkan fitnah."
Yama menjawab, "Aku mendapat dekrit dari Kaisar Kahyangan untuk memberikan tahtaku selama 12 jam padamu, sehingga kau dapat melihat berkasmu. Apabila keputusanmu adil dan bijaksana, kau akan mendapat kekayaan dan ketenaran di kehidupan selanjutnya. Tetapi apabila tidak, maka kau tidak akan berinkarnasi lagi sebagai manusia."
Chongxiang senang dan gembira, "Jadi kaisar langit mengabulkan keinginanku." Yama pun berdiri dan Chognxiang mengenakan pakaian yang telah diberikan dan memakai mahkota Yama. [Lena Lim / Kisaran]
EMAIL KAMI
Anda juga bisa mengirim berita Tionghoa atau artikel lain untuk tampil dalam situs ini, dengan cara kirim ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com