"Orang yang berbelas kasih tidak khawatir, orang yang terpelajar tidak bimbang, dan orang yang berani tidak takut apapun," kata Xianwei.
Keberanian adalah nilai mendasar untuk membangun sebuah dunia yang sempurna. Sejarah mencatat banyak sekali orang pemberani baik di kebudayaan Barat maupun kebudayaan China.
Menurut cerita rakyat, terdapat 100 pengikut Mohist, yang keseluruhannya tanpa ragu akan mengorbankan hidup mereka untuk kebenaran. Adalah seorangprajurit, Jing Ke, dari Periode Negara Berperang (475-221SM).
Dalam cerita tersebut, dia ditugaskan untuk mencari dan membunuh raja dari Dinasti Qin, "Angin bertiup ke arah barat dan terasa dingin, segera setelah prajurit pemberani pergi menjalankan tugasnya, ada yang tidak dapat kembali," Xiang Yu, seorang prajurit, sangat sedih atas kehilangan rekan-rekan pejuangnya dan malu untuk menghadap ke atasannya, akhirnya bunuh diri dengan memotong lehernya sendiri di Sungai Wujiang.
Mereka semua sangat berani dan tidak takut. Zilu, salah satu murid kesayangan Konfusius, sangat lah jujur dan terus terang. Tetapi Konfusius berkata, "Dia tidak lah takut tetapi tidak layak untuk disebutkan. Kenyataannya, Konfusius menghargai beragam keberanian.
Mensius berkata,"Anda ingin berani?, Jika anda melihat ke diri sendiri, anda akan menemukan bahwa tidak ada keberanian di dalamnya, meskipun pihak lain rendah hati, saya tidak akan mengancamnya. Jika setelah melihat ke diri anda sendiri, dan anda melihat ada keberanian di dalam diri anda, meskipun pihak lain berkuasa, saya tidak akan takut,….." (Bab pertama dari Gongsun Chou, karya Mensius).
* Usaha Konfusius untuk Rakyat
Konfusius membimbing murid-muridnya untuk mengikuti prinsip tersebut sepanjang hidupnya. Menurut legenda, Konfusius memiliki badan yang tinggi dan kuat, tetapi selalu berbaik hati terhadap setiap orang. Beliau sangatlah sabar dengan murid-muridnya dan juga ramah dan bijaksana. Jika beliau berbuat salah, beliau akan meminta maaf kepada murid-muridnya.
Ketika Dinasti Zhou sedang lemah, Konfusius berusaha untuk mengenalkan belas kasih dan membujuk rakyat untuk mendidik rakyatnya dengan meningkatkan etika dan musik. Ketika Konfusius mengunjungi Negara Lu, beliau berusaha untuk menghidupkan kembali tetapi gagal.
Beliau kemudian bepergian ke seluruh penjuru untuk mengenalkan pandangan politiknya. Beliau pergi ke Negara Zhou, Qi, Wei, Cao, Chen, Cai, Song, Ye dan Chu, tetapi pihak penguasa tidak menerima pandangannya dan mengolok-oloknya. Beliau dikelilingi oleh orang-orang yang mengejeknya dan menakut-nakutinya, dan beliau berasa terjebak dan menderita kelaparan. Orang-orang menyuruhnya untuk menyerah.
Menurunnya standar moral tidak mempengaruhi sikpa konfusius. Fitnah dan kelakuan yang jelek tidak dapat mengubah aspirasi orang-orang kudus. Beliau selalu menempatkan warisan kebudayaannya sebagai takdirnya dan melaksanakan kebenaran sebagai tanggung jawabnya. Beliau memberitahukan kepada muridnya,"Jika kebajikan masih ada saat ini, saya tidak akan mengubahnya."
Demi untuk menyebarkan ide dan mendidik rakyat, Konfusius membuka sekolah swasta yang pertama. Tidak perduli apakah murid-muridnya orang kaya atau miskin, pintar atau bodoh, semua dapat masuk ke sekolahnya.
Ketika beliau telah mencapai umur 70an, beliau berkonsentrasi untuk menyelesaikan dan merevisi beberapa buku kuno. Ajaran Konfusius telah jauh melampaui sejarah China, kebudayaan, kepribadian, pemikiran dan masih banyak lagi.
* Melihat Orang Besar Zaman Yunani Kuno Socrates
Pada tahun 594 SM, negarawan Athena Solon menciptakan sistem politik republik dalam bentuk pemilihan umum dan proses penjurian. Akan tetapi, etika, moral baik, dan kepercayaan tidak penting pada masa tersebut. Banyak hakim dan jaksa, yang dipilih dari para petani dan pengusaha, hanya mengenal hukum dan ilmu pengetahuan. Mereka tidak memiliki kerendahan hati yang mempercayai Tuhan.
Socrates tetap mempertahankan tujuan filosofi bukan hanya untuk mengenal alam, tetapi, untuk mengenal "diri sendiri." Beliau mengenalkan pentingnya kebenaran dalam hidup ini dan juga moral kehidupan. Beliau percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini diatur oleh Tuhan.
Beliau menekankan etika dan percaya bahwa "Kebajikan adalah Pengetahuan." Beliau membaktikan hidupnya dengan cara berkomunikasi dengan rakyat dan mencoba mencegah mereka berbuat kesalahan. Beliau ingin agar rakyat menghargai diri mereka sendiri.
Pada tahun 404 SM, sistem tirani menggantikan demokrasi. Diktator yang berkuasa memerintahkan Socrates untuk menangkap orang kaya sehingga dia dapat menyita seluruh harta kekayaannya. Socrates menolak. Beliau bukan hanya berani menolak perintah yang tidak adil, tetapi juga secara terbuka mengritiknya.
Tanpa menghiraukan kekuasaan besar yang dimiliki diktator saat itu, Socrates bersikeras untuk hidup dengan prinsip dan rasa keadilan. Beliau tidak sejalan dengan kekuatan diktator yang tidak adil, sehingga beliau menentang banyak orang.
Menghadapi tuduhan "Merusak Moral Anak Muda," Socrates menyampaikan pidatonya seperti yang pernah disampaikan oleh Plato yakni kepada para juri Athena.
"Adalah saya yang berjalan di jalan saya, patuh pada langit, dan selalu menyelidiki kebijaksanaan setiap orang, apakah dia rakyat atau orang asing, yang kelihatannya bijaksana… Saya memberitahukan kepada anda bahwa kebajikan tidak berasal dari uang, tetapi dari kebajikan lah uang itu ada, dan dari setiap orang baik, apakah itu umum maupun pribadi.Ini adalah ajaran saya, dan jika ini adalah doktrin yang telah merusak masa depan anak muda, maka pengaruh saya memang merusak."
"Tetapi jika ada orang yang mengatakan bahwa ini bukanlah ajaran saya, dia berbicara tidak benar. Maka dengan demikian, hai rakyat Athena, saya berkata kepada kalian, lakukanlah apa yang menjadi tawaran Anytus atau bukan tawaran Anytus, dan apakah membebaskan saya apa tidak, tetapi apapun yang kalian lakukan, ketahuilah bahwa saya tidak akan pernah menyimpang dari cara saya, meskipun saya harus mati beberapa kali."
Orang-orang dengan kebijakan besar dari masa lalu, memiliki pengaruh yang sedemikian besar hingga hari ini. Keberanian yang sebenarnya tidaklah agresif, tetapi lebih kepada keberanian untuk berdiri di sisi yang benar. Sepanjang kita teguh pada kebenaran, bahkan ketika menghadapi kekuatan maupun kekerasan, kita tidak akan pernah menyerah.
Ketika Konfusius dan Socrates hidup, kelihatannya moralitas bukanlah sesuatu yang biasa, tetapi mereka tidak menyerah. Pemikiran mereka sangatlah berpengaruh hingga ribuan tahun ke depan. Keberanian mereka adalah untuk membangun kepribadian mereka dan menciptakan kebudayaan yang tetap mempertahankan moralitas dari generasi ke generasi. [Yenny Jie / Palangkaraya]
Silahkan klik menu kategori lain di bawah ini:
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Atau ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.