Kehidupan memberikan kita banyak toleransi, kalau tangan terluka bisa sembuh dengan sendirinya, kalau salah makan bisa muntah keluar, lalu mengapa kita juga tidak banyak bertoleransi kepada orang lain?
Kalau dalam kehidupan ini kita bisa menyikapi perselisihan dengan toleransi, maka tidak peduli siapapun yang bersalah, kita dapat melangkah mundur dan menjelaskan segalanya dengan tenang juga dengan cara yang bersahabat.
Seseorang yang paling mendominasi pun akan enggan untuk marah ketika ia menjumpai kata-kata dan perilaku yang penuh belas kasih. Hal ini bahkan dapat menyelesaikan perselisihan yang paling rumit sekalipun.
Hal ini sering terjadi dalam hubungan antar perseorangan, pihak yang menderita atau yang dilecehkan akan mengambil sikap, "Anda membuat saya menderita, maka saya akan membuat Anda lebih menderita lagi."
Tetapi ini hanya akan meningkatkan permasalahan menjadi besar, karena keburukan dibalas dengan lebih buruk, sesuatu yang tidak dapat memecahkan pokok permasalahan. Ada seorang anak perempuan yang sering memiliki emosi yang meledak-ledak, bahkan anak laki-laki di sekolah juga takut pada dirinya, tetapi kemudian teman sekolah mendapatkan dia telah berubah.
Dulu, jika ia menghadapi sesuatu masalah bisa membuat emosinya meledak-ledak, sekarang malah tidak ada reaksinya. Dia tiba-tiba tidak memaki orang lagi, teman sekolah yang sering dimaki olehnya, semua merasa tidak terbiasa, oleh karena hal ini semua orang diam-diam bertanya-tanya.
Kemudian guru kelasnya juga melihat perubahan perilakunya, lalu bertanya padanya alasan yang membuat dia berubah. Setelah menjelaskannya, gurunya menganggap proses perubahan itu akan sangat bermanfaat untuk memotivasi teman-temannya, oleh karenanya lalu mendorong dia untuk berbagi pengalaman dengan teman sekolah di depan kelas.
Di rumah, setiap hari sayalah yang bertugas membuang sampah. Ada kalanya saya terlalu pagi membawa sampah keluar rumah, karena mobil sampah belum sampai, saya malas menunggu, lalu melihat ada orang menaruh sampah di depan pintu orang lain, saya juga ikut menaruh sampah di depan pintu orang itu lalu saya tinggal pergi.
Di rumah yang dititipi sampah tersebut, yang bertanggung-jawab membuang sampah adalah dua kakak beradik. Adik laki-laki jadi sering membantu membuangkan sampah orang lain, setelah lama akhirnya tidak tahan juga. Pada satu hari ia marah besar, "Hai, orang brengsek, berani berbuat mengapa tidak berani mengakui, kalau berani ayo tampil keluar!"
Mendengar adiknya berteriak-teriak, sang Kakak lalu keluar menghentikan dia dan berkata, "Apa yang kau ributkan, orang lain kan bukan sengaja, daripada untuk marah-marah, waktunya bisa kau pakai untuk buang sampah saja."
Setelah selesai berbicara, ia lalu mengangkat beberapa kantong sampah berat untuk dibuang. Waktu itu saya perhatikan dari belakang, Kakak perempuan itu terlihat penuh kelembutan, rasanya sungguh membuat hati terharu!
"Malam itu, menjelang waktu tidur, setelah memikirkan kembali kejadian siang itu, saya merasa betapa diri ini berhati sempit, demi sedikit urusan kecil sering marah-marah besar, sama seperti adik laki-laki itu. Penampilan wajahnya mengerikan, kelihatan jelek sekali, sangat menakutkan. Lagipula, kalau terus-terusan begitu, di kemudian hari bukankah tidak ada yang mau menikah dengan saya?"
"Maka saya memutuskan, harus menjadi seperti sang kakak yang penuh toleransi, dan berhati baik itu. Di atas adalah alasan saya berubah." Setelah dia selesai bercerita, di kelas penuh dengan gemeruh tepuk-tangan. [Lily Tjang / Denpasar]
Silahkan klik menu kategori lain di bawah ini:
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Atau ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.