China Benteng juga istilah yang mengacu pada kaum keturunan Tionghoa penghuni Benteng dan sekitarnya. Padahal, menurut kitab sejarah Tina Layang Parahyang, kehadiran kaum Tionghoa di daerah itu sudah ada sejak awal abad ke-15. Para perantau Hokkian itu bermukim di muara Sungai Cisadane, daerah yang hingga kini masih dikenal dengan sebutan Teluk Naga.
Kehadiran kaum keturunan Tionghoa yang sudah lebih dari enam abad di sana dengan sendirinya juga telah meninggalkan jejak kuliner yang nyata. Salah satu masakan Peranakan Tionghoa yang hingga kini masih eksis di Tangerang adalah ikan ceng cuan. Kaum keturunan Tionghoa di Tangerang pun tidak ada yang tahu apa arti ceng cuan ini. Tetapi, umumnya mereka yakin bahwa ikan masak ceng cuan ini adalah hidangan sehari-hari - bukan jenis masakan yang hanya tampil pada perayaan atau pesta-pesta.
Kaum keturunan Tionghoa umumnya memasak ceng cuan dari ikan samge (ikan alu-alu = ikan kacang-kacang = barakuda). Pada hari-hari perayaan, mereka menggunakan ikan bandeng yang dalam budaya Betawi selalu dianggap sebagai ikan yang mewah. Tetapi, umumnya, ikan tenggiri juga sering digunakan untuk memasak ceng cuan.
Bumbu utama ikan ceng cuan adalah tauco dan kecap manis. Harap diingat, Tangerang dari dulu memang dikenal sebagai penghasil kecap manis dan tauco yang terkenal. Hingga kini, istilah Kecap Benteng masih tetap dipakai untuk menyebut kecap manis buatan Tangerang. Beberapa merk lama juga masih eksis hingga sekarang, dan masih pula dengan teknik serta proses pembuatan cara dulu.
Ikannya digoreng dulu, dan kemudian dimasak dalam kuah tauco dan kecap manis itu. Nada-nada cabe, jahe, bawang merah, dan bawang putih tampil bareng menciptakan citarasa yang sungguh gurih dan segar. Biasanya, bila saya disuguhi ikan ceng cuan dengan nasi putih, saya tidak rela citarasa khas ini "diganggu" dengan masakan lain. Artinya, ikan ceng cuan dimakan sebagai lauk tunggal. Mak nyuss!
Di kalangan keturunan Tionghoa di Tangerang, ikan ceng cuan hingga kini masih cukup dikenal dan disukai. Maklum, selain membuatnya cukup mudah, masakan ini memang cocok di lidah, dan disukai segala usia.
Satu lapak makanan di Pasar Lama Tangerang merupakan salah satu tempat favorit saya untuk menemukan masakan khas Peranakan ini. [Antony Ong, Tangerang - tionghoanews.com]