Pada tahun 743 Masehi, terdapat dua orang biksu dari Jepang yang datang ke Yangzhou untuk mengundang Jianzhen agar berceramah di negara mereka. Ia menerima undangan tersebut dan siap berlayar ke Jepang dengan membawa 21 orang pengikut. Namun, rencananya untuk berlayar itu gagal karena tidak disetujui oleh pemerintah pada waktu itu.
Namun, Jianzhen tidak menghentikan usahanya untuk berlayar ke Jepang. Ia membeli kapal militer milik pemerintah, membawa patung Buddha dan barang-barang terkait dengan agama serta obat-obatan dan barang makanan untuk perjalanan kali ini. Navigasi ini diikuti oleh 85 orang, termasuk pengikutnya dan staf kapal. Sayangnya, kapal tersebut rusak dalam pelayarannya akibat dipukul gelombang besar. Setelah kapal itu diperbaiki, Jianzhen dan kelompoknya membuat penjelajahan ketiga. Namun, usahanya kali ini gagal karena kapalnya menabrak terumbu karang di laut.
Namun, ketiga kegagalan tersebut tidak menghalangi Jianzhen untuk melanjutkan rencana pelayarannya. Pada tahun 744 Masehi, permohonannya sekali lagi ditolak oleh pemerintah Cina. Empat tahun kemudian, beliau yang sudah berusia 61 tahun itu bertolak dari Yangzhou menuju ke Jepang. Kali ini, haluan kapalnya pula berubah akibat topan. Kapalnya tidak sampai ke tujuannya, hanya tiba di bagian selatan Pulau Hainan Cina. Setelah itu, Jianzhen membuat penjelajahan kali kelima. Namun, ia mengalami kerugian yang agak besar. Seorang dari biksu Jepang yang menjemputnya untuk memberikan kuliah itu meninggal, diikut oleh seorang mahasiswa. Bahkan ia sendiri pun menjadi buta karena terlalu kecapekan.
Pada 19 Oktober tahun 753 Masehi, Jianzhen meninggalkan kota Yangzhou untuk memulai pelayarannya kali keenam. Akhirnya, pada 20 Desember berikutnya, biksu yang buta ini berhasil menjejakkan kakinya di bumi Jepang, dan mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat Jepang. Pada tahun 756, pemerintah negara itu mengangkat beliau menjadi Kepala Sami di sana. Selama 10 tahun berada di sana, Jianzhen bersama dengan para mahasiswa telah mengembangkan Kuil Jietai dan Kuil Toshodaiji. Pada bulan Mei tahun 763 Masehi, biksu yang tersohor ini telah meninggal dunia pada usia 76 tahun, dan jasadnya telah dikuburkan di Jepang.
Selama 10 tahun di Jepang, Jianzhen telah memberikan kontribusi yang tidak terhingga besarnya kepada perkembangan budaya Jepang dan aktivitas pertukaran kebudayaan antara China dengan Jepang. Seni budaya China yang dibawanya ke Jepang, seperti lukisan, hasil sulaman, barang batu giok dan cermin perunggu telah menjadi bagian dari budaya negara itu. Namun, kontribusinya yang cemerlang dalam bidang agama Buddha. Arsitektur Kuil Toshodaiji yang diciptanya menjadi arsitektur bangunan kuil Jepang pada waktu yang berikutnya. Teknik membuat patung Buddha yang diwarnai dengan cat yang dibawanya juga diserap ke dalam budaya Buddha Jepang . [Mei-ing]
--
Harap bantuan teman2 meneruskan artikel ini kepada teman2 Tionghoa anda, untuk mengajak mereka gabung bersama dalam e-group ini http://groups.yahoo.com/group/yinnihuaren atau gabung dalam blog http://yinnihuaren.blogspot.com xie xie ni men (*v*) Mei-ing