BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 20 Desember 2011

SEJARAH PERAYAAN TUNG CHE (1)

Perayaan Tungche/Tangcik/Dongzhi adalah hari saat matahari tepat di atas garis balik 23,5 derajat Lintang Selatan, yang bertepatan dengan tanggal 22 Desember atau 21 Desember pada saat tahun kabisat. Pada saat itu di belahan bumi utara mempunyai siang hari paling pendek dan malam hari paling panjang. Pada daerah-daerah utara khatulistiwa yang mempunyai iklim subtropis dan dingin, tibalah saat musim dingin.

Sembahyang Dongzhi disebut juga sembahyang Zheng, atau sembahyang Syukur dan Yakin kepada Tuhan Yang Maha Esa yang bermaknakan rasa syukur dan yakin atas rahmat-Nya. Sembahyang ini merupakan salah satu dari empat sembahyang besar kepada Tian (Yue, Ci, Zheng, Chang deperti tertulis dalam sanjak Tian Bao).

Persembahyangan Tangcik/ Dongzhi sudah dilakukan sebelum jaman dinasti He/ Xia (2205 -1766 SM), kemudian pada Jaman Dinasti Siang/ Shang (1766 - 1122 SM) diselenggarakan sebagai Sembahyang Besar Lima Tahun sekali dan dipimpin langsung oleh Kaisar (yang bestatus sebagai Thian Cu/ Tian Zi/ Putra Tuhan) yang disebut sembahyang Tee/ Di.

Pada jaman dinasti Ciu/ Zhou (1122 – 155 SM), saat Dongzhi ini ditentukan sebagai permulaan tahun baharu karena pada hari itu adalah merupakan titik tolak matahari bergerak dari selatan ke arah utara. Hari-hari selanjutnya letak matahari mulai balik kearah utara, siang hari kian panjang dan malam hari kian pendek, sekalipun saat ini udara makin bertambah dingin sampai tiba musim semi, yaitu saat matahari melewati garis khatulistiwa.

Pada masa, rajamuda-rajamuda mengadakan upacara sembahyang besar yang dinamai Kau/Jiau, yang dilakukan di hadapan sebuah altar yang dibangun di alun-alun sebelah selatan untuk mengucapkan puji syukur kepada Tian, Tuhan Yang Maha Esa. istilah Tee/ Di ini diperluas/digunakan sebagai sebutan untuk semua acara Sembahyang Besar yang diselenggarakan pada keempat musim sepanjang tahun.

Biarpun pada masa berdirinya dinasti Han (206 SM– 220 M), dimana sistim penanggalan diubah menjadi Khongcu Lik atau He Lik/Xia Li atau Yin Li, yang hari tahun baharunya ditentukan kira-kira satu– dua bulan setelah Dongzhi, namun Raja-raja tetap melakukan sembahyang besar kepada Tian disaat Dongzhi.

Rakyat jelatapun melakukan sembahyang kepada Tian dan leluhurnya, dengan sajian utama ialah ronde yang berbentuk bulat, dibuat dari tepung ketan dan diberi warna merah dan putih yang melambangkan sifat Yin dan Yang, dan diberi kuah jahe manis. Disajikan tiga mangkok ronde, tiap mangkok diisi 12 ronde merah dan putih dan diberi sebuah ronde merah besar yang melambangkan berkat yang diterima sepanjang tahun. Sembahyang Dongzhi ini dilakukan pada saat dini hari jam 03.00 s/d 05.00 di rumah masing-masing untuk sembahyang kepada leluhur dan di lithang. Sebagai sajian khusus sembahyang Dongzhi ditambahkan 3 mangkok ronde selain sajian seperti biasanya. Masing-masing isinya 12 ronde kecil warna merah dan putih dan satu ronde besar warna merah.

Bagi umat Khonghucu, hari Dongzhi mempunyai makna suci khusus, disebut hari Bok Tok/Mu Duo atau hari Genta Rohani. Saat itu Nabi Kongzi berusia 56 Tahun, beliau memutuskan meninggalkan Negeri Lu. tanah tumpah darah yang dicintainya, meninggalkan kedudukan yang mulia, meninggalkan segala yang dimilikinya, karena rajamuda Lu sudah ingkar dari jalan suci. Dan mulai mengembara dari satu negeri ke lain negeri selama kira-kira 13 tahun untuk menebarkan agama Khonghucu. Beliau meninggalkan negeri Lu, untuk menjadi Mu Duo atau Genta Rohani yang memberikan Firman Tuhan bagi hidup insani. Nabi Kongzi bukan pembawa Mu Duo Raja, tetapi Mu Duo Tuhan yang Maha Esa bagi segenap manusia.

Dalam pengembaraannya ketika Nabi melewati tapal batas negeri Yi, penjaga tapal batas negeri Yi yang ternyata adalah seorang suci dan bijaksana yang menyembunyikan diri, ingin bertemu dengan Nabi dan berkata; "Setiap ada seorang Junzi yang lewat disini, aku tidak pernah tidak menemuinya." Oleh para murid ia disilakan menemui Nabi. Setelah keluar ia berkata: "Saudara-saudaraku, mengapa kalian nampak bermuram durja karena kehilangan kedudukan? Sudah lama dunia ingkar dari Jalan Suci, kini Tian menjadikan Guru selaku Mu Duo." Lun Yu III : 24.

Pada saat sembahyang Dongzhi ini umat Khonghucu memperingati tiga peristiwa penting yaitu sembahyang Dongzhi itu sendiri, juga untuk memperingati Hari Genta Rohani/Mu Duo yang mengingatkan saat Nabi Kongzi memulai pengembaraanNya untuk menyebarkan Agama Khonghucu disamping itu juga memperingati hari Wafat Rasul Bingcu/ Mengzi.

* Asal usul Perayaan

Setengah bulan bagian awal adalah 大雪 Da Xue (yang ke-21 dari 24 Jie Qi, erti harfiah = Salju Besar), kemudian setengah bulan bagian akhir adalah 小寒 Xiao Han (yang ke-23 dari 24 Jie Qi, arti harfiah = Dingin Kecil/Ringan). Hari Dong Zhi jatuh pada bulan 11 penanggalan Imlek, namun tidak ada tanggal yang pasti, tanggal berapa. Kadang kala jatuh pada masa 10 hari pertama dalam bulan 11 penanggalan Imlek, kadang-kadang pada masa 10 hari terakhir dalam bulan 11 Imlek ini. Namun berdasarkan perhitungan almanak, Dong Zhi biasanya jatuh pada tanggal 21 atau 22 Desember Kalender Masehi.

Berdasarkan penjelasan Ilmu Astronomi, peredaran Matahari sewaktu sampai pada waktu Dong Zhi ini, kebetulan melewati 冬至點 Dong Zhi Dian (Titik Puncak Musim Dingin). Pada waktu ini matahari berada pada posisi titik balik Selatan atau Winter Solstice. Matahari pada saat ini berada pada lintang Selatan 23,5 derajat, dan mulai berbalik ke Utara. Maka, Belahan Bumi Utara & Belahan Bumi Selatan mengalami perbedaan yang amat besar; Di Belahan Bumi Utara siang hari lebih pendek daripada malam hari, sedangkan di Belahan Bumi Selatan siang hari lebih panjang daripada malam hari.

Ada sebuah buku Tiongkok kuno yang berjudul 周禮 Zhou Li, yang di dalamnya ada menuliskan : [Pada saat Dong Zhi; siang hari = 40 Lou Khe, malam hari = 60 Lou Khe, sedangkan pada saat 夏至 Xia Zhi (Puncak Musim Panas), 春分 Chun Fen (Musim Semi), 秋分 Qiu Fen (Musim Gugur), adalah sebaliknya, yaitu siang hari = malam hari = 50 Lou Khe].

Lou Khe pada zaman dulu, menghitung waktunya menggunakan sebuah alat (Klepsidra = Alat pengukur waktu menurut jatuh atau mengalirnya air) yang konon ditemukan oleh Kaisar 黃帝 Huang Di.

Lou Khe adalah menggunakan cerek tembaga yang diisi air, di bagian bawah dibuat sebuah lubang kecil, di dalam cerek diletakkan sebatang panah, di atasnya diukir (dipahat) angka ukuran derajat; air yang mengalir semakin berkurang, angka derajat juga ikut turun, pada panah berjumlah 100 (seratus) Khe, jam air tepat menunjukkan 1 (satu) periode siang & malam, waktunya amat tepat. [Robin Lim / Medan / Sumut / Tionghoanews]

Bersambung .....

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA