BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 19 Oktober 2012

MENYADARKAN DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

Dalam belajar ajaran Buddha, kita harus belajar menyadarkan diri sendiri dan orang lain. Dalam "menyadarkan diri sendiri", harus senantiasa melakukan refleksi pada aktifitas tubuh, ucapan dan pikiran, jika ada tutur kata atau prilaku yang kurang pantas atau salah, maka kita harus memecut diri sendiri agar di kemudian hari dapat lebih bersungguh hati lagi.

Sedangkan dalam "menyadarkan orang lain", harus memberi bimbingan sesuai kesempatan yang ada dan kemampuan batin setiap orang.
Sang Buddha mengatakan bahwa semua makhluk memiliki 84 ribu macam kerisauan dan pemikiran setiap orang tidaklah sama.

Oleh karena tidak sama, maka dalam membimbing semua makhluk harus mempergunakan metode yang disesuaikan dengan kemampuan batin setiap makhluk, juga pada waktu dan tempat yang sesuai pula, sehingga ajarannya dapat terserap ke dalam batin, dengan demikian baru merupakan ajaran yang baik. Intinya adalah mesti benar-benar terserap ke dalam batin semua makhluk.

Ada sebuah kisah yang terjadi pada suatu desa di Nara Jepang. Pada sebidang tanah yang lapang dan kosong, berdiri sebuah rumah yang didiami oleh kakek Seikuro dan anak perempuannya.

Pada suatu malam di musim dingin, di mana salju turun dengan disertai angin kencang, sehingga udara dingin masuk ke rumah melalui lubang bolong di dinding. Sepasang ayah dan anak ini sudah pun tertidur dengan lelap, sedangkan hujan salju di luar turun semakin lebat.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka dan dua orang berjingkat-jingkat masuk ke dalam rumah. Begitu mendengar suara dengkur dari penghuni rumah, mereka dengan tenang mencari-cari barang berharga, tetapi ternyata hanya menemukan dua karung padi. Ketika hendak ke luar dengan masing-masing memanggul sekarung padi, kakek Seikuro tiba-tiba batuk dan terbangun, saat menemukan ada orang di luar pintu, dia bertanya: "Siapa?" Mendengar pertanyaan ini, kedua pencuri terkejut dan terjatuh. 

Kakek Seikuro berdiri dan ke luar rumah, ketika melihat ada dua orang tergeletak di atas tanah, dia berkata dengan suara sangat tenang: "Di luar badai salju sangat besar, karena anda berdua telah datang bertamu di tengah malam, mari masuk untuk minum secangkir teh hangat!"

Mendengar perkataan itu, kedua pencuri itu saling pandang dan berpikir dalam hati: Kakek ini sudah pun tahu kami adalah pencuri, mengapa masih bersikap demikian baik pada kami? Benar-benar orang bodoh.
Kakek menyapa mereka dengan ramah, "Mari masuk! Di luar sangat dingin, mari!" Pencuri menganggap kakek sudah pikun, jadi tidak perlu ditakuti, mereka lalu masuk dengan lenggang sombong. Kakek lalu membangunkan anak perempuannya, memintanya untuk memasak air dan menyeduhkan teh.

Kakek berkata kepada pencuri, "Saya sungguh merasa kurang enak di hati, sebab dalam udara sedemikian dingin, masih harus merepotkan kalian untuk datang ke mari, sungguh terima kasih sekali!" Pencuri merasa heran mendengarnya dan berpikir dalam hati, "Anda jelas-jelas tahu kalau kami adalah pencuri, mengapa harus meminta maaf dan berterima kasih kepada kami ?"

Salah seorangnya lalu bertanya, "Bapak tua, tahukah anda apa tujuan kami ke sini?" Kakek menjawab, "Tahu! Namun maaf sekali, walau pun saya memiliki sedikit lahan sawah, namun tahun ini hasil panen kurang baik, sehingga hanya memperoleh dua karung padi ini. Dulu saya pernah berhutang pada kalian, jadi sudah seharusnya saya bayar, sungguh merepotkan kalian untuk datang begitu jauh mengambilnya, benar-benar berterima kasih sekali pada kalian!"

Saat ini anak perempuannya datang dengan membawa teh hangat, kakek berkata, "Udara begitu dingin, mari minum teh hangat!" Kedua pencuri itu merasa sangat malu di hati, kemudian bertanya, "Kapan anda pernah berhutang kepada kami?"

Kakek berkata, "Mungkin di masa kehidupan lampau! Jika dulu tidak pernah berhutang dan tidak bayar, kalian tentu tidak akan datang ke sini malam-malam begini; lagipula di desa ini ada begitu banyak rumah orang kaya, ternyata kalian malah datang ke tempat terpencil ini, sudah tentu kita ada jalinan jodoh."

Pencuri satunya lagi yang sedari tadi diam membisu, saat ini tidak dapat menahan diri dan segera berlutut, dia berkata dengan penuh hormat, "Sungguh malu sekali! Lama mendengar cerita di desa bahwa Bapak Seikuro adalah orang baik yang memperlakukan orang lain dengan tulus, kami malah menganggap anda sebagai orang bodoh, benar-benar sangat malu sekali!"

Kemudian dia melanjutkan, "Saya juga pernah mencoba untuk menjadi orang baik-baik, namun sulit sekali untuk memulai dari awal, hidup sudah sedemikian susah, bagaimana mungkin dapat berbuat kebajikan pula?"
Kakek itu berkata, "Kehidupanku juga sangat susah, namun hari-hari tetap dapat dilewati dengan baik. Sebetulnya, kehidupan miskin sangat menyenangkan, sebab tiada ganjalan batin, nyaman dan bebas dari kerisauan, ini adalah kehidupan yang paling bebas tanpa kekangan."

Kedamaian dan keleluasaan yang ditampilkan dari dalam  lubuk hati kakek ini membuat pencuri merasa sangat terharu, lalu berpikir dalam hati, " Bapak tua ini menangani masalah dengan tenang dan penuh penguasaan diri, lagipula dapat bersikap begitu suka cita dalam menghadapi kemiskinan, pengasuhan dirinya tentu sangat hebat."

Maka dia bersujud di lantai dan berkata, "Akhlak anda demikian tingginya, saya ingin berguru pada anda, mohon anda menaruh wela asih dan menerima diriku!" Pencuri lainnya juga berkata, "Saya juga ingin belajar jadi orang baik-baik, harap anda juga menerimaku sebagai murid!"  

Kakek berkata dengan rendah hati, "Saya sama seperti kalian juga sedang belajar, mari kita sama-sama belajar, saling memecut diri dan memberi dorongan  satu sama lainnya!" Dikarenakan kedua orang ini memang sangat ingin menjadi orang baik-baik, mau menghormati guru dan mengikuti ajarannya, maka keduanya bersujud dengan sangat hormat dan mengangkat kakek sebagai guru mereka.

Ternyata kakek Seikuro adalah seorang umat Buddha yang dalam kesehariannya memang sangat bersungguh hati dan giat membina diri, dia selalu memperlakukan orang dengan hati tulus dan penuh cinta kasih, maka ketika kondisi buruk timbul di hadapan, dia tetap dapat menjaga ketenangan diri, dia berhasil mengembangkan kebijaksanaan dan kewelas asihan untuk membimbing orang sesuai kemampuan batinnya, sehingga berhasil menyadarkan kedua pencuri itu untuk menuju ke jalan yang benar.

Penguasaan diri dan kebijaksanaan diri ini berasal dari pembinaan diri dalam keseharian yang giat tanpa kenal kendur. Dalam pembinaan diri memang harus dimulai dari diri sendiri, jika batin sendiri sudah dapat diselaraskan, tak peduli bertemu dengan kondisi bagaimana pun, tetap akan dapat menenangkan diri, serta mengembangkan kebijaksanaan untuk merubah hal tidak baik menjadi hal baik. Dari itu, dalam keseharian, kita harus setiap saat melakukan refleksi diri dan lebih bersungguh hati lagi! [Ernawati H / Medan] Sumber: Kebajikan

PESAN KHUSUS

Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

MENU LINKS

http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA