Tidak mempunyai harapan besar terhadap perempuan cantik ataupun menang dalam saling menohok, dalam hidup yang terbatas ini secara ikhlas menempuh hidup yang hambar, maka akan dengan mudah mendapatkan kebahagiaan.
Kekayaan dan kemuliaan besar di dunia fana ini tidaklah layak dibuat iri hati, kenikmatan manusia yang diperoleh secara material tidaklah mungkin abadi. Manusia yang ingin memperoleh kegembiraan dan kebahagiaan kekal secara rohani haruslah melewati jalan kembali kepada jati diri sejati.
Tentu saja perlu bersikap keras menuntut diri sendiri, dan tak lupa memberi maaf dan berterima kasih kepada orang lain. Dengan hambar menghadapi badai dalam kehidupan, maka akan dapat menempuh hidup ini dengan hati ringan dan berleha-leha.
5.000 tahun kebudayaan Tiongkok memiliki makna yang sangat luas dan mendalam. Aksara Tionghoa sendiri merupakan sebagian dari kebudayaan warisan para dewa. Setiap aksara mengandung makna yang sangat mendalam dan berjumlah puluhan ribu.
Saya sangat menyukai aksara 淡 (Dan, baca: tan) yang artinya hambar. Karena kalau aksara itu dilihat dengan lebih teliti, di atas seberkas lidah api dituangkan sealiran air, sehingga manusianya tidak hangus terbakar oleh api nafsu keinginan dalam hati.
Setengah dari aksara 淡 adalah air (水, shui), setengahnya lagi adalah api (火, huo). Air dan api sebenarnya tidak saling bertoleransi, namun yang mengherankan jika dipadukan menjadi satu, sungguh suatu mukjizat yang mengagumkan, dan maknanya pun terkesan sangat dalam.
Setiap kali merasa terlalu akrab dengan keluarga atau teman, di dalam otak saya akan muncul huruf 淡 (Dan), dia telah memperingatkan saya agar tidak berlebihan terhadap segala sesuatu.
Sesungguhnya dalam berhubungan dengan manusia, bila selalu dilakukan dengan wajar tidak berlebihan, jalinan akan dapat bertahan lama, masing-masing dengan hati yang hambar seperti air, jodohnya akan bertahan sepanjang masa.
Masyarakat yang hidup di negara tropis banyak berkeringat, sehingga tiada hentinya memerlukan tambahan pasokan air. Saat ini untuk memuaskan selera masyarakat telah tersedia beraneka ragam minuman kopi, coca cola, susu, bir dan lain-lain. Namun bila dibandingkan dengan lebih teliti air bersih adalah yang paling baik diminum, selain juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.
Sering terlihat beberapa teman yang untuk memilih minuman saja masih perlu waktu untuk berpikir. Tak perlu disangsikan, air asin, air pahit dan air asam memang tidak enak diminum, namun sekali pun air madu yang sangat banyak disukai orang juga tidak seperti air bersih tanpa rasa yang dapat membuat orang merasa lebih segar.
Akhir-akhir ini, saya sangat ingin menyantap makanan yang rasanya hambar, dan ingin meneguk minuman yang hambar. Meski hidup di kota besar yang sibuk, setiap hari saya juga akan menyediakan sedikit waktu untuk berjalan-jalan menikmati angin segar dan terangnya rembulan.
Pada larut malam yang hening, saya suka mendengarkan musik yang lembut. Bunyi yang indah menyedapkan telinga membuat hati santai dan riang. Jalan pikiran berjalan-jalan santai dalam samudera musik, jiwa bagaikan telah tumbuh sayap, terbang menari-nari dalam alam bunyi yang bebas.
Suara musik yang lembut bagaikan angin sejuk, bagaikan mata air yang mengalir, bagaikan awan putih, bagaikan plum pada awal musim semi yang baru melewati musim dingin yang ekstrim, bagaikan bunga lotus yang menghijau pada pertengahan musim panas, bagaikan jernihnya langit pada musim gugur, bagaikan salju yang turun tepat pada waktunya, terlebih lagi bagaikan hujan rintik-rintik pada musim buah plum.
Dalam suara musik yang lembut, memejamkan mata mengheningkan cipta, hati bersih jernih, membuatku merasakan keindahan yang tanpa batas dari suasana hati yang tenang dan hambar, melampaui materi keduniawian.
Dengan tiba-tiba saya mengerti mengapa kebiasaan makan dan minum para pertapa zaman dahulu sedemikian hambar! Terlihat bahwa lauk pauk di tempat-tempat ibadah, vihara dan kelenteng zaman dahulu semuanya menu vegetarian, namun makanan sederhana sesungguhnya adalah makanan yang terbaik di dunia!
Para pertapa tinggal di tempat-tempat ibadah, bertemankan bulan, matahari dan angin sejuk, melewatkan seumur hidupnya yang lega dan santai dengan membaca kitab suci dan bermeditasi.
Sejak memiliki iman dalam hati, hidup terasa biasa saja, tiada yang menonjol dan memesona. Saya tidak lagi memiliki perasaan merana, setiap saat selalu dipenuhi rasa bahagia dan suka cita. [Ernawati H / Medan] Sumber: Kebajikan
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com