BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 04 April 2012

MENGUAK KEHIDUPAN NYATA ORANG ANEH DI LUAR DUNIAWI (3)

Tuan Ping sendiri yang menemukan rumah saya, ia berbicara dengan aksen dialek yang berat, meskipun sulit didengar, tapi bisa dimengerti. Ia mengatakan kepada kakek melihat rumah saya ada medan berdarah, maka ia datang untuk mencari tahu.

Kakek mendengarkan kata-katanya, mengetahui bahwa ia bukan orang biasa, dengan cepat kakek memintanya masuk. Setelah memahami sedikit tentang situasinya, ia kemudian berkata kepada keluarga saya, "Ini bukan masalah besar, saya bisa menyingkirkan Fase Seratus Hari ini pada malam hari nanti."

Setelah mendengarnya, kakek sangat terharu, bahkan memaksa ayah untuk berlutut kepada Tuan Ping mengucapkan terima kasih, namun ditolaknya. Tuan Ping tidak suka berbicara, Anda bertanya kepadanya satu kata, ia perlahan-lahan setengah hari baru menjawab.

Saat makan malam, ia tidak menggunakan piring keluarga kami, hanya menggunakan mangkuk nasi yang dibawa sendiri, ia mengatakan tubuhnya kotor karena berkelana, takut mengotori piring keluarga kami. Ia juga menolak makan di meja, hanya membawa semangkuk nasi, duduk di sudut ruang sambil makan perlahan-lahan. Sehari hanya makan satu kali, juga tidak banyak minum air. Setelah makan malam, ia meminta air dingin, dan dituangkan ke mangkuk nasinya, agar dapat membersihkan beberapa butir nasi dan minyak yang menempel di dinding mangkuk, kemudian diteguk seluruhnya.

Sore hari, Tuan Ping pergi bersama ayah membawa sekop, berjalan ke kaki gunung yang berjarak puluhan mil. Ia merujuk pada sebidang tanah, membiarkan ayah menggali lubang sekitar dua meter persegi.

Ia mengatakan ayah harus menggali hingga keluar air. Sudah menggali sampai hampir dua meter, lubang masih kering. Ayah sangat lelah kehabisan napas, ia mengatakan digali lebih dalam pun tempat ini tidak akan ada air.  Ia membuang sekop enggan menggalinya. Tuan Ping tidak berbicara, dengan mata tertutup tetap saja duduk di samping.

Ayah tidak punya pilihan selain terus menggali. Tiba-tiba sekop jeblos ke bawah, seperti memutuskan urat nadi darah. Air dalam tanah tiba-tiba menyembur keluar, dalam sekejap lubang diisi penuh, permukaan air  hampir rata dengan tanah. Ayah terkejut, ia bilang seumur hidupnya, baru pertama kali menyaksikan hal yang paling menakjubkan. Air jernih, sangat dingin, dengan sedikit rasa manis.

Kemudian Tuan  Ping mengambil guci keramik dari balik bajunya, ia membuka stoples yang tertutup lumpur, memasukan guci ke dalam air. Guci di isi dalam waktu yang sangat lama, juga tidak terisi penuh. Kemudian ia menyegel gucinya, agar ayah membawanya pulang.

Anehnya, jalan yang berjarak sepuluh mil, pulang - pergi hampir satu hari, namun sebelum matahari tenggelam mereka sudah kembali. Ayah mengatakan, terburu-buru mengikutinya dari belakang, kaki seperti ada angin, langkahnya juga tidak lebih cepat dari biasa, namun jarak sepuluh mil, hanya perlu waktu kurang dari setengah waktu yang biasa. Dari ini, ateisme ayah mulai goyah, sampai kakek meninggal, ia juga tidak lagi percaya takhayul.

Pada malam hari, Tuan Ping membiarkan seluruh keluarga pergi tidur, siapa pun tidak boleh berjaga. Kakek khawatir, duduk sendiri di sebuah kamar, menatap setiap gerakan dalam ruangan. Tuan  Ping tidak berbicara, hanya mengeluarkan guci dari tubuhnya, ditempatkan di bawah tempat tidur saya, dan kemudian ia duduk di sudut luar ruangan, membelakangi pintu dengan mata tertutup.

Pada sekitar jam dua atau tiga malam, kakek tiba-tiba mendengar suara ledakan di dalam ruangan, ia melihat sebuah bayangan putih melompat keluar dari bawah tempat tidur dan berputar dua kali di sekitar balok, kemudian terdengar suara kepakan sayap di atas, lantas jeritan nyaring beberapa kali, seperti gagak tua, juga  seperti kucing liar. Ia melihat ke dalam kamar, muncul angin kencang, jaring ikan juga tertiup naik, ayah sangat kaget cepat melompat dari tempat tidur, mengambil pedang di samping tempat tidur saya, memeriksa seluruh rumah.

Pada saat ini, terdengar suara ledakan di atap, genteng juga terpental ke atas, begitu mendongakkan kepala tampak terdapat lubang besar di atap. Ketika orang-orang belum sempat bereaksi, dalam sekejap semua tiba-tiba pulih kembali tenang, seperti tidak terjadi apapun.

Saat itu kesadaran kakek pulih, ia melihat sekejap tidak menemukan Tuan  Ping, tidak tahu kapan ia pergi. Melihat-lihat di luar rumah juga tidak bisa melihat bayangannya. Sampai ayam berkokok tiga kali, Tuan  Ping tiba-tiba kembali. Ia mengatakan kepada kakek, saya telah aman, Fase Seratus Hari sudah ia disingkirkan. Selesai bicara ia berbalik langsung pergi, bagaimanapun berusaha meminta agar tetap tinggal, namun ia  tetap pergi.

Kakek membiarkan ayah menariknya keras dan berkata sebagai tanda terima kasih akan memberi ia barang antik keluarga kami sebagai hadiah. Namun begitu barang antik dikeluarkan orangnya telah menghilang. Ayah terkejut menatap di sana, juga tidak tahu apa yang terjadi, ia pergi ke desa untuk mencari hingga dua sampai tiga mil di luar desa, juga tidak menemukan bayangannya.… [Susan Sie / Bandar Lampung]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA