BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 05 April 2012

MENGUAK KEHIDUPAN NYATA ORANG ANEH DI LUAR DUNIAWI (10)

9.  Shinse Ajaib Berlengan Tunggal
Seperti sebagian besar anak seusia saya saat itu sangat tertarik pada petualangan, tak kenal takut. Begitu mendengar Tuan Ping akan pergi membasmi monster ikan hitam, saya memberanikan diri meminta izin Ayah untuk mengikuti perjalanan Tuan Ping, mencari pengalaman, bagaimana memusnahkan monster tersebut.

Kebetulan saat itu bertepatan liburan musim panas. Tuan Ping pernah mengatakan bahwa dia memiliki takdir pertemuan besar dengan saya, seketika teringat saat Tuan Ping mengajak saya pergi menangkap Naga Tanah, saat masih kecil. Sempat terpikir, itu pasti seperti dongeng yang ditulis dalam cerita, suatu peristiwa yang sangat mendebarkan, sambil berpikir saya jadi lebih bersemangat, malah semakin memperkuat kepercayaan diri.

Ayah sangat terkejut mendengar permintaan saya, namun Tuan Ping luar biasa tenang, sepertinya sudah tahu masalah ini dari awal. Dia hanya berkata kepada saya, mengembara adalah sesuatu yang sangat menderita, makan di tempat terbuka, tidur di lantai, bisa kenyang satu kali makan juga bisa kelaparan, sama sekali tidak makan, dan juga berbahaya.

Saya telah membulatkan tekad, meski kehilangan nyawa juga tidak takut. Saya mengira Tuan Ping tidak akan memperbolehkan, lantas  saya mati-matian memohon padanya, tidak membiarkan dia pergi. Tuan Ping berhenti sejenak, lalu menatap ayah, dan berkata kepada saya,   usiamu masih kecil, jika ingin pergi, harus terlebih dahulu meminta izin ayahmu baru boleh, ayahmu yang harus membuat keputusan.

Saya terus memandang ayah, akhirnya ayah mengaku sebenarnya dia juga ingin pergi, tapi dia mengurungkan niatnya. Ayah sangat serius terhadap keteguhan saya, dia merasa seorang pria harus mencoba berkelana ke mana-mana, melihat dunia luar. Ditambah lagi ada Tuan Ping yang menjaga saya, maka ayah pelan-pelan menganggukkan kepala, rela melepas saya pergi. Ayah meminta Tuan Ping agar sebelum akhir musim panas mengantar saya pulang, karena ha-rus bersekolah.

Tuan Ping tidak berkata apa-apa, hanya mengangguk sedikit. Saya sangat senang, bergegas membawa beberapa potong pakaian, pasta dan sikat gigi, dimasukan ke dalam tas. Ayah memberi saya sedikit uang, biasanya dia jarang memberi uang saku, sambil berpesan hati-hati di jalan, harus bersama Tuan Ping, jangan bertindak sembarangan, sebelum masuk sekolah harus ingat untuk kembali. Saya mengangguk, ayah menyuruh saya pergi lewat pintu belakang, katanya tidak boleh memberitahu ibu, bila tidak saya tidak dapat pergi. Dengan cara ini, saya keluar dari rumah, pertama kali dalam kehidupan saya melakukan perjalanan, saya sangat terharu.

Setelah berjalan tiga hari, kami tiba di barat daya Provinsi Hubei.

Kami tidak berani berjalan pada siang hari dan sore hari, hanya tidur saja, begitu matahari terbenam, kami mulai melanjutkan perjalanan. Berjalan cepat di malam hari, terus bergegas hingga matahari terbit, setelah itu kami akan mencari tempat yang sejuk untuk tidur. Tuan Ping mengatakan, jika malam hari tidak ada orang, dapat berjalan lebih cepat dibanding siang hari, saya merasa berjalan dengan Tuan Ping kaki saya seperti ditiup angin, ditambah lagi dengan semangat tinggi, sedikit pun tidak merasa lelah.

Kami tidur di alam terbuka, saat tidur Tuan Ping duduk bersila, kedua matanya sedikit terkatup, dengan tenang duduk di situ, sedikitpun tak bergerak. Ketika makan, Tuan Ping memegang mangkuk meminta sedekah ke orang-orang, setelah dapat dia membiarkan saya makan kenyang, dia sendiri tidak makan. Belakangan, saya malu makan duluan, lalu memintanya makan terlebih dahulu. Tuan Ping menggelengkan kepala, sebenarnya dia tidak makan, hanya beberapa kali saat ke rumah saya, karena takut kami salah paham maka dia baru makan di rumah kami.

Tuan Ping mengatakan tidak boleh sembarang meminta sedekah, jika meminta terlalu banyak, ia akan mengikat dirinya sendiri, akan sulit dilepas. Setelah mendengar merasa sangat sedih, merasa tidak enak. Hanya karena ingin menjaga saya, Tuan Ping membiarkan saya makan kenyang, demi saya dia meminta sedekah, ini menambah kerepotannya.

Namun Tuan Ping sambil tersenyum rileks berkata, bisa bersama saya karena takdir yang ditentukan langit, ada misinya, jadi tidak masalah, sedekah yang dia minta demi saya juga sudah ditakdirkan langit, langit dapat mengevolusi takdir, juga dapat melepaskannya. Dia juga menambahkan sebenarnya bisa membawa saya keluar melihat sedikit pengalaman, juga adalah takdir yang sudah ditetapkan jauh hari, kalau tidak saya tidak mungkin bisa ikut. Saya sangat menyadarinya.

Sepanjang perjalanan, karena saya terus bertanya, Tuan Ping memberitahu saya banyak hal, dia mengatakan monster ikan hitam raksasa, asal-usulnya tidak rendah, ia telah berkultivasi selama 4.000 tahun lebih. Terus berkultivasi di dasar danau, karena Danau Dongting adalah tempat pengumpulan meridian air, tempat keberadaan saripati, maka ikan hitam ini memperoleh spirit energi dari meridian air, telah menjadi Dewa air, kekebalannya luar biasa, pisau dan senjata tidak dapat melukainya.

Sebenarnya selama ia berkultivasi di dasar danau, tidak ingin menimbulkan masalah, sehingga tidak ada masalah dengannya. Namun beberapa tahun terakhir ini, fenomena langit agak aneh, monster ini menjadi sombong, ia merasa kultivasinya sangat baik, tidak ada yang bisa mengalahkannya, maka ia mulai menyerang ras Naga, berangan-angan akan mengambil alih Danau Dongting. Kini ia telah melukai ras Naga, maka harus dibasmi, bila tidak, akan mencemari meridian air, maka habislah sudah.

Tuan Ping mengatakan monster ini memiliki pelindung badan dari Dewa air, jadi sekarang tidak dapat menyingkirkannya, harus mencari bantuan pada satu makhluk. Saya bertanya, apa itu? Tuan Ping menjawab ini tidak ada dalam enam jalur reinkarnasi, nama makhluknya adalah Yi (monster ini berbentuk seperti kura-kura yang luar biasa besar, pasir cor yang dikeluarkan dari mulutnya, diyakini bisa membunuh manusia). Binatang Yi sangat kotor, tapi ia dapat melukai monster ikan hitam ini.

Saya sangat penasaran, lalu bertanya apa sebenarnya Yi itu. Tuan Ping mengatakan, Yi semacam makhluk tingkat rendah yang sangat ganas. Ia tidak berada dalam enam jalur reinkarnasi, biasanya ia suka berbaring di bawah Neraka, melahap makanan yang telah terkontaminasi di dalam Neraka. Tuan Ping mengatakan bahwa beberapa orang di dunia secara kebetulan, pada waktu tertentu, dalam lingkungan yang sangat spesifik bila melakukan hal-hal yang sangat kotor, maka Yi ini bisa menempel pada tubuhnya, mengontrolnya. Dia mengatakan sekitar sepuluh tahun lalu, ketika berkelana, dia bertemu seorang yang dirasuki makhluk Yi ini. Tapi dia tidak bisa menyingkirkan Yi dari tubuh orang tersebut, jadi sekarang harus pergi mencari Shinse berlengan tunggal untuk membantunya.

Saya terus saja bertanya, apakah Shinse berlengan tunggal hanya memiliki satu tangan? Tuan Ping tertawa dan berkata, lengan tunggal ini maksudnya bukan lengan tunggal manusia ini, tetapi adalah lengan sakral. Tuan Ping mengatakan, lengan sakral ada dalam tubuh sejati, lengan sakral Shinse Dewa dalam sejarah diwariskan turun temurun secara tunggal, seperti Bian Que, Hua Tuo dan lain-lain, mereka adalah warisan lengan sakral Shinse Dewa.

Dahulu ada dua lengan sakral, tapi entah kenapa, lengan sakral ini ketika diwariskan hingga saat akhir Dinasti Tang, terjadi sedikit masalah, akhirnya hanya menyisakan satu lengan. Oleh sebab itu, yang diwariskan belakangan semua adalah Shinse Ajaib berlengan tunggal. Tuan Ping mengatakan selama ini Shinse Ajaib berlengan tunggal dengan Tao primitif ada sumber asalnya, pengobatan awalnya adalah salah satu cabang di bawah Tao primitif. Dia mengenal Shinse Ajaib berlengan tunggal generasi sebelumnya, yaitu Guru dari Shinse Ajaib lengan tunggal di masa ini. Tapi dia sekarang sudah pergi, harus menemukannya, namun dia tahu Shinse itu tinggal di mana.

Hari keempat, kami tiba di sebuah tempat dekat tempat tinggal orang Tujia, ada di dalam gunung, kami menemukan Shinse Ajaib tersebut. Shinse Ajaib ini sudah tua, berjanggut putih panjang, dia berdiam di tengah gunung membuat rumah dari batu yang bersandar pada gunung, dia membuka beberapa lahan  di pegunungan dan menanam beberapa jenis sayuran untuk dimakan sendiri. Melihat Tuan Ping, Shinse Ajaib terkejut, dia menatap saya, lalu memicingkan matanya pada Tuan Ping, setelah berpandangan agak lama, dia kemudian bertepuk tangan tertawa lebar mengatakan, sudah bertahun-tahun, tampangnya seperti tak berubah, tetap terlihat muda.

Tuan Ping juga tertawa dan mengatakan hari ini datang ke sini adalah untuk meminta bantuan. Shinse Ajaib sedikit berbasa-basi mengatakan, saya tidak pantas, kalau ada sesuatu cepat memberi perintah dan apa masalahnya. Shinse Ajaib sebenarnya lebih muda dari Tuan Ping, juga menyebut Tuan Ping sebagai paman Guru, dia sangat menghormatinya.

Kami beristirahat sehari di rumah Shinse Ajaib. Setelah berjalan empat hari, begitu merebahkan diri, baru terasa lelah, seluruh badan lemas. Shinse Ajaib menjamu kami dengan sayuran hasil kebunnya,  saya melahap makanan lezat sampai kenyang. Saya tidak tahu apa yang dicampurkan ke dalam sayuran yang dimasak Shinse Ajaib itu, sangat wangi, setelah makan sangat bersemangat, capek dan lelah semua lenyap, perut hangat dan sangat nyaman.

Shinse Ajaib mengatakan dia telah memberi sedikit obat ramuan dalam makanan untuk menghilangkan kepenatan kami. Saat beristirahat, dia mengajak Tuan Ping mengobrol. Dia mengaku sudah lama tidak mengobati orang, hanya terkadang saja mengobati. Bila tidak ada uang, dia pergi menjual obat koyonya, dapat sedikit untuk biaya hidup, lalu kembali ke gunung menanam sayuran.

Mendengar obrolan mereka, saya baru tahu mereka terakhir bertemu pada 70 tahun lalu, namun masih bisa saling mengenali. Shinse Ajaib berkata setelah melewati berapa tahun, akhirnya tangan tunggal ajaib ini juga akan kehilangan pewarisnya. Setelah dia meninggal, tangan ajaib tidak boleh diwariskan lagi, sudah tidak mampu, tidak dapat digunakan lagi. Shinse Ajaib menghela napas dan berkata sekarang ini adalah bencana besar buat pengobatan tradisional Tiongkok, tampaknya akan sulit untuk melewati bencana besar ini, dunia telah dikacaukan oleh dokter-dokter gadungan,  orang-orang dibuat semakin tidak percaya pada pengobatan Tradisional Tiongkok lagi.

Menurut Shinse Ajaib, pengobatan medis Barat sekarang ini diciptakan manusia, tarafnya ada di tingkat manusia ini, dan mudah diterima manusia biasa pada umumnya. Namun pengobatan tradisional Tiongkok, adalah diwariskan Dewa pada manusia zaman dulu. Tarafnya sangat tinggi, manusia biasa pada umumnya, akar kebijakannya tidak cukup, maka tidak dapat menyadarinya, sehingga dalam sejarah banyak muncul dokter gadungan, jadi banyak orang memiliki kesalahpahaman. Khususnya masa kini, orang modern sudah tersesat, semakin tidak dapat menerima  pengobatan tradisional Tiongkok yang tarafnya lebih tinggi, sehingga nasibnya juga hampir tamat.

Shinse Ajaib juga mengutipkan contoh untuk saya, seperti orang pergi ke sekolah, mulai dari kelas satu, dua, tiga ... kemudian universitas. Jika Anda memberikan pengetahuan universitas kepada anak kelas satu SD, dia tidak dapat menerima, dan akan membuatnya takut, selanjutnya dia akan menolak dan membenci sekolah, akhirnya bersikap antipati terhadap sekolah, membabi buta menentangnya. Ini juga penyebab merosotnya pengobatan tradisional Tiongkok, oleh sebab itu dalam beberapa tahun ini dia juga tidak ingin mengobati penyakit lagi, hanya mengandalkan tenaganya sendiri itu terlalu kecil, dan ini adalah bencana yang ditetapkan langit, dia tidak bisa mengubah apa pun. Shinse Ajaib makin bercerita makin sedih, mendengarnya saya juga sangat sedih.

Saya menghibur Shinse Ajaib, mengatakan saya sangat percaya pengobatan tradisional Tiongkok. Shinse Ajaib itu tertawa dan berkata, jika murid Tuan Ping tidak percaya pada pengobatan tradisional Tiongkok, maka pengobatan tradisional Tiongkok dari dulu sudah punah, kemudian tertawa terbahak-bahak. Tuan Ping dengan cepat berkata bahwa dia bukan Guru saya, dia jauh dari persyaratan untuk menjadi Guru saya, hanya memiliki takdir dengan saya, pada masa kehidupan ini membawa misi menjalin takdir pertemuan dengan saya. Shinse Ajaib menyadari dan mengangguk, tidak bertanya lebih lanjut. [Susan Sie / Bandar Lampung]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA