Pada jaman dahulu kala, tersebutlah sepasang suami istri yang hidup serba berkecukupan. Sebut saja namanya Tuan Po dan Ny. Po.
Sebelum kawin dengan Ny. Po, Tn. Po adalah orang yg hidup pas-pasan. Namun berkat rejeki yg dibawa oleh istrinya, perlahan-lahan usaha Tn. Po semakin maju.
Ny. Po adalah seorang yg berhati mulia dan selalu menolong orang yg kesusahan. Karena itulah ia dikaruniai rejeki yg besar oleh Dewa-dewa di langit. Kemanapun ia pergi, rejeki selalu mengikutinya.
Bahkan ketika kawin dengan orang miskin, rejekinya pun menular ke suaminya sehingga menjadi kaya. Akhirnya usaha Tn. Po pun semakin maju dan mereka hidup bahagia.
Namun, sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tn.Po pada dasarnya memang mempunyai watak egois dan suka menang sendiri. Sejak kehidupannya membaik, teman-temannya sering bergunjing di belakangnya bahwa kehidupannya tidak akan berubah kalau dia tidak kawin dengan istri yg membawa rejeki.
Sejak mendengar itu Tn.Po menjadi kesal kepada istrinya. Dia tidak percaya bahwa istrinya lah yg membawa rejeki kepadanya. Maka suatu hari ia berniat mencobai "rejeki" istrinya itu...
Dibawanyalah segenggam kacang tanah yg masih ada kulitnya kepada istrinya. Lalu dia mengadakan permainan memilih kacang, siapa yg memilih kacang yg isinya paling besar maka dialah yg menang. Dasar mau menang sendiri, Tn.Po pun mengambil kacang yg paling besar lebih dulu. Giliran Ny.Po, ia hanya memilih sembarangan.
Saat dibuka kulitnya, ternyata kacang yg dimiliki Tn.Po isinya sangat kecil, sedangkan kacang yg dipilih Ny.Po malah mempunyai isi yg padat dan lebih besar. Tidak puas dengan itu, Tn.Po pun mengulangi permainan itu berulang-ulang, namun selalu kalah terus karena memang rejeki istrinya yg sangat besar itu. Akhirnya Tn. Po menjadi sangat gusar dan diusirnya istri yg telah memberinya rejeki berkelimpahan itu dengan kejamnya.
Setelah diusir, Ny. Po menjadi sebatang kara dan mengembara. Suatu hari ia sedang berjalan melintasi sebuah gubuk reyot, ketika mendengar suara rintihan seorang wanita. Heran bercampur iba, iapun masuk ke gubuk itu. Ternyata didalamnya ada seorang nenek tua yg sedang sakit keras. Ny.Po segera merawat nenek itu seperti ibunya sendiri. Ternyata anak dari nenek itu tidak sempat mengurus ibunya karena harus bekerja di ladang. Karena hatinya yg sangat mulia, Ny.Po memutuskan utk tinggal sementara disitu sampai nenek itu sembuh.
Singkat cerita, nenek itu pun sembuh dan akhirnya Ny.Po pun menikah dengan anak dari nenek itu. Dasar pembawa rejeki, tidak lama setelah pernikahannya, derajat kehidupan suami yg baru dinikahinya itu pun berangsur membaik. Dari buruh tani miskin akhirnya suaminya menjadi seorang petani kaya raya yg memiliki sawah yg luas dan hidup serba berkecukupan.
Suatu ketika terjadi musim paceklik yg hebat di wilayah itu, yg membuat banyak orang menderita kelaparan. Namun tidak demikian halnya dengan sawah yg dimiliki oleh Ny.Po yg terus menghasilkan di musim paceklik sehingga lumbung padinya selalu penuh terus. Terdorong oleh jiwa sosialnya yg sangat tinggi, maka Ny.Po membuka lumbungnya dan membagi-bagikan berasnya secara cuma-cuma kepada orang-orang yg membutuhkan. Setiap hari dari siang sampai sore ia membagi-bagikan beras di lumbungnya secara cuma-cuma.
Maka berduyun-duyunlah orang datang dari seluruh wilayah yg mengalami paceklik. Kabar itu juga sampai ke telinga Tn. Po yg sekarang sudah jatuh miskin karena rejekinya telah dibawa pergi oleh Ny.Po! Semenjak kepergian istrinya, satu persatu musibah datang menimpanya, akhirnya ia pun jatuh miskin dan kehilangan semua kekayaannya. Dalam keadaan miskin dan lapar ia pergi ke rumah yg menawarkan beras cuma-cuma itu, tanpa menyadari bahwa yg membagikan beras itu adalah istri tersayang yg sudah diusirnya....
Akhirnya ia pun sampai di antrian orang yg mengantri beras. Ny. Po menyerahkan urusan membagi beras itu kepada pesuruhnya, sehingga Tn.Po tidak melihatnya di situ. Namun dasar sial, Tn.Po selalu gagal mendapatkan jatah, karena jam pembagian beras selalu habis sebelum tiba gilirannya. Tiga hari berturut-turut selalu gagal mendapatkan beras, akhirnya Tn.Po pingsan menahan lapar.
Si pesuruh yg bertugas membagikan beras, segera membawanya ke belakang rumah, yaitu ke bagian DAPUR rumah itu. Mendengar ada orang pingsan, Ny.Po segera datang dan terkejut melihat bahwa org yg pingsan di dapurnya itu adalah mantan suami yg dulu pernah mengusirnya....
Maka Ny.Po pun segera menyuruh pembantunya menyiapkan makanan utk mantan suaminya. Ny. Po masih bingung dengan cara apa ia harus memberitahu identitas dirinya kepada Tn. Po. Ia harus melakukannya tanpa ketahuan orang lain. Akhirnya ia mendapatkan suatu cara, yaitu dengan menunjukkan cincin kawin lamanya kepada sang mantan suami. Ny.Po lalu mengambil cincin kawin lama yg masih disimpannya itu dan menyembunyikannya di bawah nasi di dalam mangkuk nasi yg akan diberikan kepada Tn. Po...
Malam itu, akhirnya Tn.Po sadar dari pingsannya. Si pesuruh yg telah menungguinya di dapur segera menyuruhnya makan. Ia pun ditinggal di dapur itu dan dibolehkan beristirahat di sana. Saat sedang menyendok nasinya, sendoknya terbentur oleh sebuah benda keras. Setelah diperiksa ternyata benda itu adalah sebentuk cincin, yang ternyata adalah cincin yg pernah diberikannya kepada mantan istrinya....
Saat itu pula ia tersadar bahwa org baik hati yg telah memberinya makan di saat ia kelaparan adalah mantan istrinya yg dulu pernah diperlakukan secara kejam dan diusirnya semena-mena....
Saat itu juga penyesalan dan rasa malu yg tiada terhingga menyerang dirinya. Sebelum menghabiskan makanannya, ia mengambil sebuah tali dan langsung menggantung dirinya sampai tewas di dapur itu.... Sejak itu lah orang percaya bahwa jiwanya selalu menghantui dapur di rumah itu dan juga dapur-dapur yg ada di rumah lainnya.
Akhirnya orang mulai menyembahyangi dia sebagai DEWA DAPUR (Cuo Sen) dan menganggapnya sebagai utusan dari Kaisar Langit (Thian Ti), pemimpin segala dewa, yg bertugas utk menyelidiki perilaku setiap manusia di bumi melalui dapur rumahnya masing-masing.
Berkembang juga kepercayaan bahwa Dewa Dapur akan melaporkan hasil penyelidikannya itu kepada Kaisar Langit setiap menjelang Tahun Baru Imlek, tepatnya seminggu sebelum Imlek, yaitu tanggal 24 bulan 12 tahun Imlek. Agar sang Dewa Dapur tidak melaporkan hal-hal yg buruk-buruk kepada Kaisar Langit, maka ia perlu dijamu dan disuap dengan kue-kue, manisan, dan buah-buahan yang serba enak.
Dan salah satu kue yg sangat disenanginya adalah kue manis yg terbuat dari bahan beras ketan, yang kemudian disebut Nian Gao (Kue Tahun Baru) atau yg di Indonesia dikenal dengan nama Kue Keranjang atau Kue Manis. Seluruh warga menyediakan dodol manis yang disajikan dalam keranjang, yang disebut kue keranjang. Kue keranjang itu berbentuk bulat, mengandung makna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. Kue keranjang disajikan di depan altar atau di dekat tempat sembahyang di rumah. [Irene Lim / Bandung]
Sebelum kawin dengan Ny. Po, Tn. Po adalah orang yg hidup pas-pasan. Namun berkat rejeki yg dibawa oleh istrinya, perlahan-lahan usaha Tn. Po semakin maju.
Ny. Po adalah seorang yg berhati mulia dan selalu menolong orang yg kesusahan. Karena itulah ia dikaruniai rejeki yg besar oleh Dewa-dewa di langit. Kemanapun ia pergi, rejeki selalu mengikutinya.
Bahkan ketika kawin dengan orang miskin, rejekinya pun menular ke suaminya sehingga menjadi kaya. Akhirnya usaha Tn. Po pun semakin maju dan mereka hidup bahagia.
Namun, sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tn.Po pada dasarnya memang mempunyai watak egois dan suka menang sendiri. Sejak kehidupannya membaik, teman-temannya sering bergunjing di belakangnya bahwa kehidupannya tidak akan berubah kalau dia tidak kawin dengan istri yg membawa rejeki.
Sejak mendengar itu Tn.Po menjadi kesal kepada istrinya. Dia tidak percaya bahwa istrinya lah yg membawa rejeki kepadanya. Maka suatu hari ia berniat mencobai "rejeki" istrinya itu...
Dibawanyalah segenggam kacang tanah yg masih ada kulitnya kepada istrinya. Lalu dia mengadakan permainan memilih kacang, siapa yg memilih kacang yg isinya paling besar maka dialah yg menang. Dasar mau menang sendiri, Tn.Po pun mengambil kacang yg paling besar lebih dulu. Giliran Ny.Po, ia hanya memilih sembarangan.
Saat dibuka kulitnya, ternyata kacang yg dimiliki Tn.Po isinya sangat kecil, sedangkan kacang yg dipilih Ny.Po malah mempunyai isi yg padat dan lebih besar. Tidak puas dengan itu, Tn.Po pun mengulangi permainan itu berulang-ulang, namun selalu kalah terus karena memang rejeki istrinya yg sangat besar itu. Akhirnya Tn. Po menjadi sangat gusar dan diusirnya istri yg telah memberinya rejeki berkelimpahan itu dengan kejamnya.
Setelah diusir, Ny. Po menjadi sebatang kara dan mengembara. Suatu hari ia sedang berjalan melintasi sebuah gubuk reyot, ketika mendengar suara rintihan seorang wanita. Heran bercampur iba, iapun masuk ke gubuk itu. Ternyata didalamnya ada seorang nenek tua yg sedang sakit keras. Ny.Po segera merawat nenek itu seperti ibunya sendiri. Ternyata anak dari nenek itu tidak sempat mengurus ibunya karena harus bekerja di ladang. Karena hatinya yg sangat mulia, Ny.Po memutuskan utk tinggal sementara disitu sampai nenek itu sembuh.
Singkat cerita, nenek itu pun sembuh dan akhirnya Ny.Po pun menikah dengan anak dari nenek itu. Dasar pembawa rejeki, tidak lama setelah pernikahannya, derajat kehidupan suami yg baru dinikahinya itu pun berangsur membaik. Dari buruh tani miskin akhirnya suaminya menjadi seorang petani kaya raya yg memiliki sawah yg luas dan hidup serba berkecukupan.
Suatu ketika terjadi musim paceklik yg hebat di wilayah itu, yg membuat banyak orang menderita kelaparan. Namun tidak demikian halnya dengan sawah yg dimiliki oleh Ny.Po yg terus menghasilkan di musim paceklik sehingga lumbung padinya selalu penuh terus. Terdorong oleh jiwa sosialnya yg sangat tinggi, maka Ny.Po membuka lumbungnya dan membagi-bagikan berasnya secara cuma-cuma kepada orang-orang yg membutuhkan. Setiap hari dari siang sampai sore ia membagi-bagikan beras di lumbungnya secara cuma-cuma.
Maka berduyun-duyunlah orang datang dari seluruh wilayah yg mengalami paceklik. Kabar itu juga sampai ke telinga Tn. Po yg sekarang sudah jatuh miskin karena rejekinya telah dibawa pergi oleh Ny.Po! Semenjak kepergian istrinya, satu persatu musibah datang menimpanya, akhirnya ia pun jatuh miskin dan kehilangan semua kekayaannya. Dalam keadaan miskin dan lapar ia pergi ke rumah yg menawarkan beras cuma-cuma itu, tanpa menyadari bahwa yg membagikan beras itu adalah istri tersayang yg sudah diusirnya....
Akhirnya ia pun sampai di antrian orang yg mengantri beras. Ny. Po menyerahkan urusan membagi beras itu kepada pesuruhnya, sehingga Tn.Po tidak melihatnya di situ. Namun dasar sial, Tn.Po selalu gagal mendapatkan jatah, karena jam pembagian beras selalu habis sebelum tiba gilirannya. Tiga hari berturut-turut selalu gagal mendapatkan beras, akhirnya Tn.Po pingsan menahan lapar.
Si pesuruh yg bertugas membagikan beras, segera membawanya ke belakang rumah, yaitu ke bagian DAPUR rumah itu. Mendengar ada orang pingsan, Ny.Po segera datang dan terkejut melihat bahwa org yg pingsan di dapurnya itu adalah mantan suami yg dulu pernah mengusirnya....
Maka Ny.Po pun segera menyuruh pembantunya menyiapkan makanan utk mantan suaminya. Ny. Po masih bingung dengan cara apa ia harus memberitahu identitas dirinya kepada Tn. Po. Ia harus melakukannya tanpa ketahuan orang lain. Akhirnya ia mendapatkan suatu cara, yaitu dengan menunjukkan cincin kawin lamanya kepada sang mantan suami. Ny.Po lalu mengambil cincin kawin lama yg masih disimpannya itu dan menyembunyikannya di bawah nasi di dalam mangkuk nasi yg akan diberikan kepada Tn. Po...
Malam itu, akhirnya Tn.Po sadar dari pingsannya. Si pesuruh yg telah menungguinya di dapur segera menyuruhnya makan. Ia pun ditinggal di dapur itu dan dibolehkan beristirahat di sana. Saat sedang menyendok nasinya, sendoknya terbentur oleh sebuah benda keras. Setelah diperiksa ternyata benda itu adalah sebentuk cincin, yang ternyata adalah cincin yg pernah diberikannya kepada mantan istrinya....
Saat itu pula ia tersadar bahwa org baik hati yg telah memberinya makan di saat ia kelaparan adalah mantan istrinya yg dulu pernah diperlakukan secara kejam dan diusirnya semena-mena....
Saat itu juga penyesalan dan rasa malu yg tiada terhingga menyerang dirinya. Sebelum menghabiskan makanannya, ia mengambil sebuah tali dan langsung menggantung dirinya sampai tewas di dapur itu.... Sejak itu lah orang percaya bahwa jiwanya selalu menghantui dapur di rumah itu dan juga dapur-dapur yg ada di rumah lainnya.
Akhirnya orang mulai menyembahyangi dia sebagai DEWA DAPUR (Cuo Sen) dan menganggapnya sebagai utusan dari Kaisar Langit (Thian Ti), pemimpin segala dewa, yg bertugas utk menyelidiki perilaku setiap manusia di bumi melalui dapur rumahnya masing-masing.
Berkembang juga kepercayaan bahwa Dewa Dapur akan melaporkan hasil penyelidikannya itu kepada Kaisar Langit setiap menjelang Tahun Baru Imlek, tepatnya seminggu sebelum Imlek, yaitu tanggal 24 bulan 12 tahun Imlek. Agar sang Dewa Dapur tidak melaporkan hal-hal yg buruk-buruk kepada Kaisar Langit, maka ia perlu dijamu dan disuap dengan kue-kue, manisan, dan buah-buahan yang serba enak.
Dan salah satu kue yg sangat disenanginya adalah kue manis yg terbuat dari bahan beras ketan, yang kemudian disebut Nian Gao (Kue Tahun Baru) atau yg di Indonesia dikenal dengan nama Kue Keranjang atau Kue Manis. Seluruh warga menyediakan dodol manis yang disajikan dalam keranjang, yang disebut kue keranjang. Kue keranjang itu berbentuk bulat, mengandung makna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. Kue keranjang disajikan di depan altar atau di dekat tempat sembahyang di rumah. [Irene Lim / Bandung]