122. Mencari segala sesuatu pada luar bagian;
123. Melakukan perbuatan dengan sekuat tenaga dan berlebih-lebihan;
124. Menikmati nafsu birahi sampai melampaui batas;
125. Melakukan kemunafikan dengan muka berpura-pura alim;
126. Memberikan makanan kotor pada orang lain;
127. Menjalankan ilmu hitam agar dapat mengelabui orang lain;
128. Memendekkan ukuran;
129. Menyempitkan luasan;
130. Meringankan timbangan;
131. Menyusutkan takaran;
132. Mengadakan campur-baur antara barang yang palsu dengan barang yang tulen;
133. Mencari keuntungan dengan jalan tidak sah;
134. Menindas orang bajik agar menjadi murka;
135. Membujuk orang dungu;
136. Melakukan keserakahan dengan tiada mengenal jemu;
137. Melakukan sumpah agar dapat meluruskan kesalahan;
138. Bermabuk-mabukkan sampai mengacaukan diri sendiri;
139. Bertengkar antara saudara sendiri;
140. Suami tidak setia pada istri;
141. Istri tidak patuh pada suami;
142. Tiada kerukunan dalam rumah tangga;
143. Kaum istri tidak menghormat pada kaum suami;
144. Selalu suka menyombongkan diri sendiri;
145. Selalu suka menyimpan iri dan dengki;
146. Tidak mendidikkan kebajikan pada anak dan istri;
147. Tidak menunjukkan kesusilaan pada ayah dan ibu mertua;
148. Menghina arwah leluhur;
149. Selalu melanggar perintah atasan;
150. Melakukan perbuatan tanpa kemanfaatan;
151. Menyimpan pikiran yang khianat;
152. Melakukan kutukan pada diri sendiri dan orang lain;
153. Membenci dan menyayang bukan pada tempatnya;
154. Melangkahi perigi dan dapur;
155. Menyia-nyiakan makanan dan manusia;
156. Membunuh anak orok dan melakukan abortus;
157. Melakukan perbuatan dengan sembunyi-sembunyi;
158. Bernyanyi dan berdansa pada akhir bulan dan tahun;
159. Meneriak dan memaki pada awal bulan dan waktu pagi;
160. Mengingus dan meludah serta membuang air seni dengan menghadap Bintang Utara;
161. Menghidung dan menangis di depan dapur;
162. Menggunakan api dapur menyalakan batang hio atau dupa untuk melakukan puja bakti atau sembahyang;
163. Menggunakan kayu kotor untuk memasak;
164. Bertelanjang bulat pada waktu bangun di tengah malam;
165. Melaksanakan azab hukuman pada pertengahan musim;
166. Meludah pada meteor;
167. Menunjuk pada pelangi;
168. Menunjuk pada tri ratna: bintang, mentari, dan rembulan;
169. Memandang lama pada mentari dan rembulan;
170. Membakar gunung dan memburu hewan pada permulaan musim semi;
171. Mencaci-maki dengan menghadap Bintang Utara;
172. Membunuh kura-kura dan ular dengan semena-mena.
BAB VII. PEMBALASAN KEBURUKAN
Sesuai dengan aneka ragam keburukan sebagaimana tersebut di atas, para dewa akan mengikuti ringan dan berat atas kejahatan yang telah dilanggar manusia untuk menetapkan "Perhitungan Jauh" dan "Perhitungan Dekat". Bilamana "Perhitungan Dekat" sudah mencapai tuntas, akibatnya akan menemui kematian. Bilamana sampai kematian pun masih ada sisa kedosaan, maka "Perhitungan Jauh" akan dilanjutkan sampai pada anak dan cucu.
Barangsiapa mengambil harta benda yang dimiliki orang lain secara paksa dan tidak sah, akibatnya akan diperhitungkan pada istri dan anak serta keluarganya, sehingga lambat laun menemui kematian. Bilamana perhitungan itu tidak dikenakan pada penetapan kematian, maka sudah tentu dilibatkan pada bermacam-macam malapetaka:
- Mengalami kebanjiran dan kebakaran,
- Merasai kecurian dan kerampokan,
- Mendapati kehilangan harta benda,
- Menderita penyakit dan pertengkaran.
Semua penderitaan itu adalah sebagai pembalasan atas perbuatan yang telah dilakukan tanpa prinsip kebenaran.
Barangsiapa melenyapkan jiwa raga yang dimiliki orang lain secara semena-mena, akibatnya akan membangkitkan dendam: membalas dendam serta membunuh diri sendiri.
Barangsiapa yang mengambil secara tidak adil atas kekayaan yang dimiliki orang lain, sama pula dengan menelan makanan atau minuman yang mengandung tuba hal mana bukannya dapat sementara mengenyangkan perut atau menghilangkan dahaga, namun sekaligus akan menemui akibat kematian.
BAB VIII. MENUNJUKKAN INTISARI
Bilamana timbulnya pikiran di dalam hati ternyata bajik, kendatipun peri kebajikan belum juga dilakukan, namun Dewa Bajik sudah senantiasa mengikutinya. Bilamana timbulnya pikiran di dalam hati ternyata buruk, kendatipun peri keburukan belum juga dilakukan, namun Dewa Buruk sudah senantiasa mengikutinya.
BAB IX. BERTOBAT ATAS KEDOSAAN
Barangsiapa sudah pernah melakukan keburukan dan kemudian suka bertobat sendiri, serta tidak mengulangi segala peri keburukan dan menjalani segala peri kebajikan, maka lama-kelamaan akan mendapatkan karunia kebajikan.
Itulah yang disebut sebagai: membalikkan malapetaka menjadi besar rezeki.
BAB X. MELAKSANAKAN SECARA INTENSIF
Yang disebut orang bajik senantiasa mengucapkan kata yang bajik, melihat sesuatu yang bajik, melaksanakan ikhwal yang bajik. ( bukan berkata-kata manis , melihat yang sesuai kemauan nya dan melakukan perbuatan yang di anggap baik). Bilamana tiap hari melaksanakan tiga macam kebajikan, maka dalam tiga tahun Thian (Tuhan) akan memberkati rezeki.
Yang disebut orang jahat senantiasa mengucapkan kata yang buruk, melihat sesuatu yang buruk, melaksanakan ikhwal yang buruk. Bilamana tiap hari melaksanakan tiga macam keburukan, maka dalam tiga tahun Thian (Tuhan) akan mendatangkan malapetaka.
Mengapa Teecu (Kita) sekalian tidak dengan giat dan rajin melaksanakan peri kebajikan? [Jasisca Wang / Jambi / Tionghoanews]
Selesai ...