1. Mencius berpendapat bahwa sifat dasar manusia itu baik, meskipun seorang kriminil yang besar, kalau melihat seorang anak akan jatuh kedalam sumur, dia secara reflektoris lari untuk menolongnya.
2. Sebaliknya Xunzi mengatakan bahwa sifat dasar manusia itu adalah jelek, karena manusia mempunyai keinginan dan nafsu. Kedua faktor faktor ini mengakibatkan iri hati dan ambisi.
Namun kedua orang bijaksana ini berpendapat yang sama, bahwa manusia harus mendapat pendidikan agar menjadi baik. Sebaliknya kalau orang itu sedari kecil kumpulannya dengan orang-orang yang jelek, maka kemudian dia juga mempunyai sifat jelek.
Karenanya kedua pemikir yang besar ini menganjurkan agar pemimpin negara harus investasi di dalam bidang pendidikan, agar masyarakat yang dipimpinnya berbudaya dan aman.
Mencius seperti filosof-filosof Tiongkok lainnya banyak menulis essay pendidikan dan salah satu tulisannya ialah:
Dahulu ada orang yang malas tidak mau bekerja dan untuk mencukupi penghidupannya, berbuat sebagai pencuri, dan paling mudah baginya ialah mencuri ayam disekitar rumahnya. Orang ini sudah beken didaerahnya, karena waktu mudanya tidak mau sekolah dan sering dijalanan dengan anak-anak sebayanya yang bersifat sama.
Pada satu hari waktu dia mencuri ayam kepunyaan seorang guru sekolah, dan waktu mau dibawa pulang, ketahuan oleh sang guru yang kenal padanya. Guru itu mengatakan padanya:"Ambillah ayam ini, bawalah pulang. Tetapi untuk selanjutnya pikirlah baik-baik tentang pekerjaanmu ini. Menurut saya mencuri barang kepunyaan orang itu tidak etis, banyak urusannya. Bagaimana apabila ayammu dicuri oleh orang lain, apa perasahanmu? Disampingnya itu kau memberi contoh jelek pada anak-anakmu. Kerjakanlah tanahmu untuk penghidupan keluargamu. Bukankah ini baik buat kesehatan jiwamu dan keluargamu."
Pencuri itu menjawab: "Betul perkataan bapak, saya akan berangsur-angsur mengurangi kerjaan yang jelek ini. Dan aku berharep dalam satu tahun aku akan menghentikan sama sekali pekerjaan mencuri."
Semua orang akan mengatakan: kalau dia tahu kelakuannya salah, merugikan masyarakat, mengapa harus menunggu sampai setahun?
Kesimpulan saya tentang artikel ini ialah:
Kalau kita tahu tindakan salah, kita harus berani merobahnya dan peribahasa Tionghoa mengatakan:" kesalahan adalah ibu dari sukses, kalau kita mau merobahnya."
Janganlah berbuat sesuatu pada orang lain apabila kau sendiri tidak senang kalau apa yang kau kerjakan itu terjadi pada dirimu.
Sebagai kepala keluarga atau pimpinan negara berilah contoh yang baik pada anak-cucu dan masyarakat; kesalahan sejarah harus segera di rubah, negara harus invest untuk pendidikan, seperti yang kita lihat di Singapore, Korea Selatan, RRT, dan India. Kita tahu bahwa persaingan perdagangan pada jaman sekarang ini tidak lain ialah konkurensi antar "know how", kepandaian dari perusahan-perusahan masing-masing. [Julianty Chang / Singkawang / Tionghoanews]