Suatu kali, Raja Wu mengundang pesta untuk semua menterinya. Tiba-tiba, dia memberitahukan kepada seseorang untuk membawa kedelai kecil yang indah. Di muka kedelai tersebut, terdapat secarik kertas dengan tulisan "Zhuge Jin". Semua orang tertawa terbahak bahak.
Zhuge Ke kemudian bertanya kepada raja apakah dia dapat menambahkan kata kata di kertas tersebut. Raja menyetujuinya. Zhuge Ke kemudian menulis sesuatu di kertas tersebut yaitu "Kedelai Milik Zhuge Jin"
Raja sangat senang, begitu juga dengan tamu tamu lainnya. Ini memberikan kegembiraan. Zhuge Jin akhirnya malah mendapatkan kedelai kecil tersebut untuk dibawa ke rumah. Kejahilan dari raja untuk menghibur menterinya menjadi lebih berwarna karena kecerdikan Zhuge Ke.
2. Krisis Wu Zixu
Wu Zixu adalah anak laki laki dari seorang pejabat tinggi dari negara Chu pada masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur. Ketika seseorang memfitnah dan menjebak ayahnya, dia berusaha untuk melarikan diri ke negara Wu. Kemudian dia meninggalkan kisah legenda hidupnya dengan membantu Raja Wu.
Ketika dia melarikan diri dari Chu ke Wu, pejabat penjaga perbatasan menangkapnya dan akan menyerahkannya demi mendapatkan hadiah besar.
Wu Zixu sedang berada dalam masalah besar. Dia tahu bahwa jika dia tidak dapat melewati rintangan ini, dia akan meninggal. Dia menghela nafas dan kemudian meratap,"Anda mungkin tidak tahu. Raja Chu menginginkan saya karena dia berpikir bahwa saya memiliki harta karun yang melimpah. Jika anda menyerahkan diri saya, saya tahu bahwa saya tidak akan dapat hidup. Saya akan memberitahukan kepada Raja Chu bahwa anda memiliki semua harta karun saya. Saya yakin Anda akan membayarnya dengan mahal."
Pejabat tersebut merenungkan hal tersebut dan kemudian membiarkan Wu pergi.
Dalam kondisi yang kritis, menghadapi hidup dan mati tanpa ketakutan, Wu dapat menunjukkan kebijakannya. Dia tidak menggunakan kekuatan otot, tidak memohon ampun dan tidak menyogok pejabat. Dia hanya menggunakan ketamakan pejabat yang menginginkan hadiah dan merubahnya menjadi ketakutan akan implikasi dari perilaku yang tidak tepat. Dia mampu menyelesaikan kesulitannya dengan memutar balikkan drama yang serius menjadi situasi yang kocak.
Bagian 3 Apa yang paling ditakuti oleh tikus?
Suatu kali, seorang hakim melukis seekor harimau dan menggantungkannya di dinding. Seorang pelayannya datang dan melihatnya. Meskipun lukisan tersebut tidak kelihatan seperti seekor harimau, tetapi karena dia sangat pandai menjilat, dia memberitahukan kepada hakim tersebut bahwa harimau tersebut kelihatan sangatlah garang. Hakim tersebut memberinya hadiah.
Pelayan yang kedua sangat jujur dan berkata bahwa lukisan tersebut kelihatan seperti seekor kucing. Pelayan tersebut kemudian ditegur.
Pelayan ketiga berkata,"Tuan, saya takut memberitahukan kepada anda."
"Siapa yang anda takutkan?" -- "Anda, tuanku."
"Apa yang saya takutkan?" – "Serigala besar, tuanku."
"Apa yang serigala besar takutkan?" – "Gajah besar."
"Apa yang gajah besar takutkan?" – "Seekor tikus."
"Apa yang tikus takutkan?"
"Tikus takut terhadap apa yang anda lukiskan, tuanku!"
Bagian 4 Perkawinan Puteri Wen Cheng
Raja Tibet Songtsan (617-650M) sangat muda dan cakap. Beliau juga sangat terpelajar. Beliau telah menaklukkan banyak sekali kelompok suku dan membangun hubungan yang baik dengan kaisar dari Dinasti Tang. Di tahun 640M, dia mengirimkan Perdana Menteri Gar dengan hadiah berharga untuk kaisar dan meminta untuk menikah dengan Puteri Wen Cheng.
Tang Tai Zhong menyetujui pernikahan mereka. Sejak mereka memulai hubungan diplomatik, Raja Tibet telah meminta untuk menikahi Puteri sebanyak empat kali. Akhirnya permintaaannya dikabulkan.
Akan tetapi, menurut legenda rakyat, cerita yang terjadi sedikit lebih menarik dan lebih romantis.
Puteri Wen Cheng bukan hanya cantik tetapi juga sangat cerdas.
Menurut legenda, dia mengirimkan pesan kepada semua pelamarnya. Dia memberitahukan kepada mereka bahwa dia hanya akan menikahi seseorang yang mampu menjawab pertanyaan yang dia tidak mampu jawab. Banyak sekali pihak pelamar yang datang dan bertanya beragam pertanyaan, akan tetapi Puteri Wen Cheng mampu menjawabnya satu per satu.
Ketika Songtsan datang, dia bertanya."Yang mulia, pertanyaan apa yang harus saya tanyakan sehingga anda dapat menjadi isteri saya?"
Banyak sekali jutaan pertanyaan yang ada di muka bumi ini, tetapi Raja Tibet bukannya bertanya mengenai ilmu perbintangan ataupun sejarah atau budaya. Beliau bertanya tepat pada sasarannya dengan sebuah pertanyaan yang sangat unik. Ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat cerdik. Sangat sopan dan juga santun, tetapi membuat puteri menjadi tidak dapat berkata apa-apa. Puteri tidak memiliki pilihan lain selain menikah dengan Songtsan. [Yolanda Li / Banjarmasin / Tionghoanews]