BUDAYA | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 11 Mei 2011

FILOSOFI SUMPIT

Sumpit berasal dari Tiongkok kuno, pada awal Dinasti Shang (1766 -1122 SM), dan secara luas digunakan di seluruh Asia Timur.

Namun  menurut perkiraan para ahli, sumpit telah digunakan jauh sebelumnya. Sumpit merupakan pengganti pisau di meja makan, menurut Konfusius, pisau disamakan dengan tindakan agresif dan tidak sesuai digunakan saat makan.

Sumpit umumnya terbuat dari bambu atau plastik, namun ada juga yang terbuat dari metal, tulang, gading, bahkan perak, serta berbagai jenis kayu. Sepasang sumpit digerakkan oleh salah satu tangan dan berada diantara ibu jari, telunjuk dan jari tengah.

Sepasang sumpit paling kuno yang terbuat dari perunggu, ditemukan pada reruntuhan situs pemakaman Yin Ruin 1005 di Houjiazhuang, Anyang, Henan, Tiongkok, dan diperkirakan dibuat 1200 Sebelum Masehi.

Sebutan kuno bagi sumpit, juga beberapa suku di Tiongkok modern, seperti suku Hokkien menyebutnya sebagai Zhù (箸, Pinyin: zhù, Minnan: ti). Namun, zhù menjadi kata yang tabu untuk diucapkan di kapal, karena pelafalannya sama dengan makna kata "berhenti". Sebagai konsekuensinya, diganti dengan kata yang memiliki makna berlawanan yaitu kuài (快, cepat).

Secara perlahan kata ini menyebar hingga menjadi sebutan baru bagi sumpit diberbagai dialek bahasa Tionghoa modern. Aksara Tionghoa bagi sebutan baru sumpit ini, memiliki penambahan aksara yang bermakna bambu (竹, karena biasanya terbuat dari bambu ) diatas aksara kuài (快) sehingga  menjadi kuài (筷, = sumpit). Di kalangan nelayan Tiongkok, menganggap sial kata sumpit kuno ini, sehingga mereka mengganti kata Zhu (箸) menjadi Kuai Zi (筷子), anonim dari kata "berhenti".

Etiket Penggunaan Sumpit

Terdapat perbedaan etika penggunaan sumpit di berbagai negara seperti Jepang, Hong Kong, Taiwan dan Vietnam. Namun kita akan membahas etika yang berlaku dalam budaya Tiongkok.

Secara tradisional, memegang sumpit dengan menggunakan tangan kanan, bahkan meskipun orang tersebut sebenarnya kidal. Meskipun kini aturan tersebut semakin longgar, namun ada beberapa yang masih menganggap tidak etis menggunakan tangan kiri. Aturan ini sebenarnya untuk mencegah pengguna sumpit kidal akan menyikut pengguna sumpit tangan kanan, yang duduk di sebelahnya.

Dalam budaya Tiongkok, adalah normal memegang mangkuk nasi sambil didekatkan kemulut, lalu menggunakan sumpit untuk mendorong nasi masuk ke mulut. Itu sebabnya mereka jarang menggunakan piring untuk makan nasi.

Selain itu, memindahkan makanan dengan menggunakan sumpit kepada orang terdekat (misalnya, kakek, orangtua, anak, pasangan, dan sebagainya) diperbolehkan jika mereka kesulitan dalam mengambil makanan. Mengambilkan makanan kepada orang yang lebih tua saat sebelum makan dimulai juga menandakan penghormatan.

Untuk jamuan makan pada acara perayaan atau pesta, terdapat sumpit khusus untuk mengambil hidangan, dan sumpit ini harus diletakkan kembali pada hidangan tersebut setelah memindahkan makanan ke piring pribadi. Biasanya sumpit ini dibedakan warna dan coraknya dengan sumpit yang digunakan orang untuk makan.

Tidak dibenarkan dalam etika, membunyikan sumpit pada pinggir mangkok (saat mendorong makanan), mereka menganggapnya seperti seorang pengemis  menarik perhatian orang dengan cara ini.

Juga tidak sopan menusuk makanan dengan sumpit, kecuali makanan yang sulit di ambil seperti bakso atau telur. Namun jika bertemu dengan golongan tradisionalis, mereka pasti mengerutkan dahinya tanda tidak senang, kecuali orang asing, mereka akan memakluminya.

Dan akan dianggap tidak sopan mengaduk-aduk makanan dengan sumpit pada hidangan yang disajikan untuk umum, juga merupakan hal yang tabu meletakkan sumpit dengan mengarah pada orang yang duduk di meja tersebut.

Sumpit tidak boleh ditusukkan secara vertikal pada mangkuk nasi, karena menyerupai ritual membakar dupa yang merupakan simbolisasi "memberi makan" pada orang yang meninggal dan kematian.

Di Tiongkok sendiri, diperkirakan terdapat 45 milyar pasang sumpit sekali pakai yang dibuang setiap tahunnya. Ini sama halnya dengan 1,7 juta meter kubik kayu atau 25 juta pohon setiap tahunnya.

Tidak ada yang dapat memastikan kapan sumpit mulai digunakan. Beberapa sejarawan mengatakan telah ada sejak 2.000 - 5.000 tahun yang lalu, ada pula yang mengatakan selama masa Konfusius hidup, sekitar tahun 500 SM. Namun, yang dapat dipastikan bahwa sumpit berasal dari Tiongkok saat peradabannya mulai timbul. Saat itu, mereka menggunakan dua ranting kayu untuk mengambil makanan yang mereka panggang di api, untuk menghindari jari mereka terbakar, dan akhirnya malah digunakan untuk mengambil makanan dari kuali besar. (*)

http://yinnihuaren.blogspot.com
Disalin oleh: Chen Mei Ing - Jakarta

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: KEHIDUPAN

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA