Nilai-nilai dasar dalam budaya Tiongkok kuno, orang Tiongkok kuno menghargai filosofi kultivasi kebajikan dan perilaku moral dalam cara pengasuhan mereka, dan menganggap hal itu sebagai dogma disiplin keluarga.
Ilmuwan kuno dan orang bijak menunjukkan belas kasih yang besar dan merawat anak-anak mereka dengan sangat ketat. Dengan cara ini, mereka mendidik anak-anak untuk mengikuti nasihat yang baik dari orang lain dengan menjalani kehidupan yang lurus tanpa menyesal. Metode orangtua Tiongkok kuno sangat berharga bagi kita. Berikut ini adalah beberapa contoh.
* Konfusius Mengajari Putranya mempelajari Buku Seni Musik & Sastra dan Buku Kesusilaan
Konfusius adalah seorang pemikir besar dan pendidik. Dikatakan bahwa ia memiliki lebih dari 3.000 siswa. Dalam Lunyu, ada cerita tentang seorang siswa bernama Chen Kang dan putranya Kong Li. Kang bertanya kepada Li: "Apakah Anda mendengar hal-hal khusus dari Guru?"
Li menjawab: "Tidak. Ayah berdiri di halaman saja. Saya berjalan mendekati dia. Dia bertanya: "Apakah Anda sudah mempelajari Buku Seni Musik & Sastra?"
Saya menjawab: 'Belum'
Jadi dia berkata: "Anda tidak memiliki alasan untuk mengatakan apa pun jika Anda belum mempelajarinya."
Oleh karena itu, saya bergegas kembali untuk mempelajarinya.
Lain waktu, saya bertemu dengan ayah. Dia berdiri sendirian. Saya berjalan mendekatinya. Dia bertanya: "Apakah Anda sudah mempelajari Buku Kesusilaan?"
Saya menjawab: 'Belum'
Maka dia berkata kepadaku: "Anda tidak memiliki tanah untuk berdiri jika Anda belum mempelajarinya."
Jadi saya bergegas kembali untuk mempelajarinya. Tidak ada lagi yang khusus.
Setelah mendengar hal ini, Kang sangat bahagia. Dia berkata: "Saya hanya bertanya satu pertanyaan, tapi saya telah belajar tiga hal. Saya mengetahui pentingnya mempelajari Buku Seni Musik & Sastra dan Buku Kesusilaan dan saya belajar bahwa Guru memperlakukan semua orang sama, baik muridnya maupun anaknya sendiri. "
Memang, Buku Seni Musik & Sastra dan Buku Kesusilaan adalah salah satu dasar dari ajaran Konfusius. Konfusius mengatakan: "Puisi dapat mengungkapkan pikiran seseorang, puisi dapat mengekspresikan ambisi seseorang dan lagu dapat menyanyikan kata-kata seseorang." Ia percaya bahwa menggunakan seni dan sastra sebagai bahan mengajar lebih efektif daripada khotbah.
Dikatakan bahwa Buku Seni Musik & Sastra memiliki total 305 bagian, yang semuanya disusun dan disunting oleh Konfusius. Sebagian besar potongan-potongan tentang kultivasi, mengikuti etika yang baik, dan kehendak Surga, yang mana Konfusius percaya bahwa seseorang berkultivasi harus mulai dari moralitas dan membangun wawasan seseorang. Selain itu, seseorang dapat belajar banyak tentang sejarah, alam dan sosiologi melalui membaca. Di Buku Kesusilaan, ia membahas perilaku moral dan kebajikan. Pendidikan mulai dari mengajarkan siswa perilaku moral dan kebajikan. Dari praktek, seseorang dapat mengolah moralitas dan disiplin. Oleh karena itu, dapat meletakkan dasar bagi perkembangan masa depan seseorang.
Konfusius memperlakukan anaknya sama dengan memperlakukan siswa yang lain dalam hal mempelajari Buku Seni Musik & Sastra dan Buku Kesusilaan. Dia menggunakan standar yang sama dan tidak pernah menurunkan kemudahan untuk anaknya, Kong Li. Dari sini dia bisa melihat semua orang diperlakukan sama dan memiliki harapan yang tinggi untuk anaknya dan murid yang lain. Intelektual dari jaman Konfusius selalu menganggap metode pengajaran Buku Seni Musik & Sastra dan Buku Kesusilaan sebagai warisan keluarga. (Bersambung)
[Mobile Upload by: Chen Mei Ing]